23. Wanita siapa lagi, sih?

72 22 23
                                    

Dua tahun yang lalu ...

Melupakan seseorang itu mudah, namun caranya yang susah. Apalagi jika orang yang mau dilupakan itu selalu muncul di hadapannya. Di tambah lagi jika seseorang yang akan dilupakan itu telah membuat kenangan yang sangat berkesan dan membekasnya di hati orang yang akan melupakan. Dua tahun ternyata belum cukup.

"Maafkan aku, Lang," ucap perempuan yang berusia sudah lebih satu tahun menginjak kepala dua.

"Tidak ada cara lain, Ta?" tanya laki-laki di hadapannya.

"Orang tua aku udah maksa banget. Aku nggak tega mau nolaknya. Maafkan aku, harusnya aku ngomong waktu pertama kali aku tau mau dijodohkan. Tiga bulan yang lalu itu."

"Kenapa kamu bohongin aku selama tiga bulan itu, Ta?"

"Maaf ...," ucap perempuan yang dipanggil 'Ta' itu secara terus menerus.

"Lalu, bagaimana dengan kita sekarang?" tanya laki-laki itu yang tak lain adalah Gilang.

"Terpaksa, aku harus ninggalin kamu, Lang." Renata, perempuan itu menangis di pelukan laki-laki tercintanya. Laki-laki yang sudah bertahun-tahun bersamanya menjadi kekasih.

"Kenapa sakit sekali, Ta?" tanya Gilang di taman di sekitar kota Bogor. Saat itux mereka masih ada di Bogor. Mengejar mata kuliahnya untuk menjadi sarjana muda.

"Maafkan aku, Lang ...hiks---"

"Udah, jangan nangis," ucap Gilang mengusap air mata yang mengalir di pipi Renata, kekasihnya saat itu.

"Janji jangan lupain aku, ya?"

"Aku nggak mungkin lupain kamu, Ta. Terlalu banyak kenangan yang kita lalui bersama. Apalagi sampai berhalusinasi bahwa nanti kita akan menikah bersama. Tapi faktanya, kamu malah akan nikah duluan hanya karena perjodohan. Laki-laki itu baik sama kamu, kan?"

Renata mengangguk. Ia tidak bohong. Laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanya sangat baik terhadap dirinya. Ia selalu mengalah saat Renata membuat ulah dengan alasan agar laki-laki itu risih, lalu membatalkan pernikahan nantinya. Tapi, sifat sabarnya ngalahin capeknya Renata. Renata kalah. Ia tidak mungkin membatalkan pernikahan ini sendirian.

"Kalau calon suami kamu lukain kamu, bilang sama aku, ya. Aku nggak akan segan-segan habisin dia kalau macem-macem sama mantan pacar tersayangnya aku," ucap Gilang berusaha menghibur Renata yang sekarang sudah menjadi mantan.

Renata tertawa kecil. "Kamu kenapa jadi lebay gini, sih, Lang?"

"Demi kamu, aku rela gini, Ta. Nanti, aku nggak akan kayak gini lagi. Kan, udah ada calon suami kamu itu. Semoga bahagia, ya."

"Makasih, Lang. Maafin aku kalau ada salah, ya?"

"Udah aku maafin sebelum kamu minta maaf, Ta. Sekarang, aku antar kamu pulang, ya."

Mereka berdiri. Menuju mobil putih Gilang yang terparkir di tempatnya. Sesekali mereka tertawa saat ada yang dibicarakannya. Entah apa yang mereka bicarakan, ini detik-detik momen terakhirnya mereka bersama.

"Jadi, kapan kalain nikah?" tanya Gilang sekedar basa-basi.

"Orang tua kami bilang minggu depan," jawaban Renata membuat Gilang tersenyum ngebatin. Jahat sekali, memberi taunya seminggu sebelum pernikahan. Walaupun dari luar tersenyum serius menanggapi, dalam hati Gilang, ia sangat rapuh. Di tinggal nikah oleh kekasihnya yang sudah lama berpacaran. Miris sekali.

"Kamu nggak apa-apa, kan, aku ngasih taunya sekarang? Aku takut soalnya. Kamu ngggak marah sama aku, kan, Lang?"

Gilang mengelus rambut Renata. Ia menjawabnya tidak sesuai kata hatinya. "Aku nggak bisa marah sama orang yang aku sayang."

Argithan √Where stories live. Discover now