20. Trauma Mona?

57.9K 5.4K 56
                                    

Selamat membaca my friends 🙆

Pasangan suami istri itu sedang melihat-lihat berbagai macam mainan anak, sejujurnya Mona hanya mengikuti Fahri setelah selesai berbelanja bahan dapur.

"Ini bagus nggak?" Tunjuk Fahri ke topeng Spiderman.

"Buat siapa sih?"

"Buat anak kita lah masa buat Sheila." Sheila itu anaknya sepupu Fahri yang tinggal di Bandung.

Mona mengerutkan keningnya lalu menatap topeng itu dengan tatapan aneh, "secepat itu belinya? Nggak usah deh."

Dengan tidak ikhlas Fahri meninggalkan toko perbelanjaan itu, Mona mendesaknya agar tidak perlu membeli sesuatu yang tidak begitu diperlukan

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Dengan tidak ikhlas Fahri meninggalkan toko perbelanjaan itu, Mona mendesaknya agar tidak perlu membeli sesuatu yang tidak begitu diperlukan. Fahri membawa mobilnya kedalam padatnya jalan raya, klakson mobil silih berganti bersaut sautan karena kurangnya rasa sabar.

Setelah terjebak macet hingga sejam lebih akhirnya Mona sampai di rumah, perempuan itu berbaring di sofa sedangkan Fahri langsung masuk kedalam kamar untuk mandi.

Mona memainkan ponselnya menonton tentang ibu hamil di yutube, belakangan ini ia punya hobi baru yaitu menonton semua vlog artis yang melahirkan.

Selang beberapa menit Fahri keluar dengan kemeja hitam yang dilipat sampai siku dipadukan dengan celana jeans, Mona mendongak menoleh ke Fahri yang terlihat lebih ganteng dari biasanya, Mona sampai tidak menghiraukan suara tangisan bayi di ponselnya.

"Nonton apasih kok ada bayi nangis?" Tanya Fahri ikut duduk disamping Mona, wangi parfum pria itu seolah menggelitik indra penciumannya dan membuatnya kecanduan akan wangi tersebut.

Mona menelan ludahnya kasar, jantungnya kembali berdegup kencang, hal sekecil ini saja mampu membuatnya ketar ketir seperti ini.

"Mon, kamu nggak papa kan?"

Mona mengerjap, "i-iya nggak papa kok, ini lagi nonton orang melahirkan."

"Kamu nggak usah nonton gituan deh nanti takut." Fahri mengambil ponsel Mona ditangannya kemudian diletakkan di meja.

"Kamu mau ke kafe?" Tanya Mona.

"Iya."

"Sore?"

"Iya Mona."

"Biasanya malam," gumam Mona.

Fahri menoleh dengan senyum tipis, "kamu nggak masalah kan kalau aku berangkat ke kafe agak cepat?"

"Nggak papa lah," sahut Mona.

"Tapi mukamu kayak nggak rela aku berangkat secepat ini," ucap Fahri tersenyum jahil.

"Apaan sih, ya enggak lah."

Fahri tertawa terbahak-bahak kala melihat pipi Mona yang memerah menandakan perempuan itu sedang salah tingkah.

Wedding Destiny [TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat