6. FEELINGS

5.7K 356 1
                                    

Karena kamu perlu sepahit obat dan sesakit luka dulu agar tahu arti sembuh dan dewasa—Aruna Shaletta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena kamu perlu sepahit obat dan sesakit luka dulu agar tahu arti sembuh dan dewasa—Aruna Shaletta

———

ARUNA masih terisak kecil sembari berjalan lurus hingga kelelahan. Langit semakin menggelap pertanda akan turun hujan. Berulang kali Aruna mengusap air matanya kasar tapi tetap saja air sialan itu selalu jatuh lagi dan lagi.

Matanya sudah berkaca kaca bahkan Aruna tak sadar ada batu di depan jalan hingga membuat langkahnya tersandung.

Ia meringis saat kedua lututnya dengan keras menghantam aspal. "Hiks..."

Aruna memukul mukul aspal guna menyalurkan rasa kesal juga sesak dalam rongga dadanya.

"Berhenti, lo bikin lukanya tambah sakit nanti." Sebuah tangan mencekal pergerakan Aruna.

Suara rendah milik seorang pemuda menyadarkan Aruna kembali dari rasa sakitnya. "Erlan?" tanya Aruna parau.

Kenapa dari sekian banyak manusia Aruna harus bertemu Erlan? Tapi... sebenarnya Aruna sedikit bersyukur paling tidak ia akan bisa meminta pertolongan pada lelaki itu.

Tangis Aruna berubah kencang saat tahu bahwa dirinya selamat kali ini. Hampir saja ia membayangkan akan menjadi mayat disini.

"Lo tahu nama gue?" tanya Erlan disertai senyuman kecil.

Masih dengan isakan kecil dari bibirnya Aruna mengangguk polos. Posisi Erlan yang berjongkok di depan dengan satu kaki yang menyentuh aspal membuat jarak mereka terasa dekat.

"Nangis aja kalau itu bikin lo tenang," ujar Erlan menepuk puncak kepala Aruna pelan. Pemuda itu tahu bahwa Aruna sedang mati matian menahan tangis saat ini.

Lagipula gadis mana yang tidak menangis saat ditinggalkan di tempat asing begini?

Aruna menggeleng kecil dan menghirup oksigen sebanyak mungkin. Harum citrus menguar dari tubuh Erlan dan untuk beberapa saat Aruna kehilangan kendali atas kontrol dirinya. Sebab wangi tubuh Erlan terasa menenangkan.

"Aruna? lo denger gue, kan?"

"Hah?"

Erlan tertawa kecil saat melihat Aruna gelagapan. Meski dengan wajah sembab juga suara yang berubah parau tapi tatapan polos gadis itu selalu menarik di mata Erlan.

Ia seperti menemukan bagian lain dari dirinya.

"Lo kenapa bisa disini?" tanya Erlan mengulang kembali pertanyaan sebelumnya.

"O-oh..." Aruna tersentak kecil saat tangan Erlan membantu tubuh Aruna untuk bangun. "Aku... nyasar?" jawab Aruna yang malah jadi kebingungan sendiri.

Erlan mendengus menatap wajah Aruna dengan tatapan tak percaya. Mata almond berwarna cokelat terang itu memperlihatkan kebohongan. Jelas jelas Erlan melihat sendiri apa yang gadis itu alami.

ATHALLARUNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang