21. THE TRUTH (1)

6.9K 342 21
                                    

Jangan lupa vote nya lurrr~

-Happy Reading-

-Happy Reading-

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

———


ERLAN menimbang-nimbang apakah keputusan ini akan baik kedepannya. Tapi ia tidak mau lagi melihat Aruna kesusahan, sudah cukup selama ini ia hanya diam.

Dulu mungkin karena rasa tidak terimanya akan fakta bahwa Ayah memiliki anak lain membuatnya sempat membenci Aruna. Akan tetapi ia sadar, bukan salah Aruna meski memang benar ia anak Ayah.

Bukan salahnya karena Aruna tidak pernah memilih kepada siapa ia dilahirkan. Kepala Erlan bersender pada tembok rumah sakit.

Hatinya bimbang, ia tahu kebenarannya tapi terlalu takut jika harus mendengar langsung dari mulut Ayah.

"Halo Erlan? Tumben telpon jam segini, ada masalah di Sekolah?"

Bagaimana mungkin sosok Ayah yang selama ini ia kagumi bisa memiliki anak lain? Bagaimana mungkin Ayah bermain hati dengan wanita lain selain Mama?

Kekecewaan itu tidak padam...

... mungkin tidak akan pernah.

"Halo?"

"Ayah bisa datang ke Rumah Sakit? Erlan sharelock tempatnya lewat chat."

"Kamu kenapa? Kenapa ada disana, Erlan?" Itu jelas suara kekhwatiran. Tapi Erlan tak suka mendengarnya.

"Bukan aku, tapi anak ayah yang lain," jawab Erlan dan langsung mematikan sambungan telepon.

Mata Erlan memanas, ia menutup kedua matanya dengan sebelah tangan. Kenangan masa kecil yang indah bermunculan, Erlan sempat merasa sombong dan berpikir tak ada keluarga yang lebih bahagia daripadanya.

Tapi ternyata kebahagiaan itu pun hanya rekayasa orang dewasa.

Dan disaat itu, Aruna tak punya siapa-siapa untuk ia ajak bicara. Satu-satunya Bunda yang ia punya terbaring koma, sedangkan dia tak pernah membayangkan punya seorang Ayah.

Erlan hancur tapi mungkin Aruna sudah lebih dahulu hancur.

Sebuah pelukan hangat datang menenangkan Erlan. Wangi vanilla yang manis merangsek masuk ke dalam indera penciumannya.

"Lo gak apa-apa?" tanya Sofia serak. Selama perjalanan menuju Rumah Sakit gadis itu tak berhenti menangis.

Erlan diam tak berminat menjawab pertanyaan Sofia. Bego! rutuk Sofia dalam hati, ia mungkin di cap sebagai gadis tak tahu malu karena memeluk Erlan begitu saja.

"Sori kalau lancang gue gak ada niat apa apa." Pelukan Sofia mengendur tapi tangan Erlan lebih dulu menahannya.

"Gini aja dulu," cegah Erlan yang malah membalas pelukan Sofia.

ATHALLARUNA Où les histoires vivent. Découvrez maintenant