24. TEARS

6.3K 310 16
                                    

"GIMANA kondisi bokap lo?"

"Buruk."

Dewa menghela napas ringan. "Lo beneran gak mau ngabarin temen-temen lo?"

Athalla menggeleng. "Pasti ribut kalau mereka tau."

"Seenggaknya mereka bakalan bantuin lo. Gue gak bisa bayangin bakalan semarah apa si Emil kalau sampe tau lo kaya gini. Tu anak emang sompral mulutnya tapi sekali ngamuk gak main main."

"Gue cuma gak mau nambahin beban pikiran orang."

Dewa menggeram kesal. "Goblok! Gue tau kali goblok tuh gratis tapi gak usah lo borong semua."

"Lagian percuma lo mikirin hal kaya gitu sekarang. Emang dengan lo kaya gini bokap lo bakalan langsung sehat? Si Aruna bakalan dateng lagi nyamperin lo? Yang ada malah makin ancur."

Dewa melepas kacamata dan mengacak rambut ikalnya kasar. "Lo gak sendiri, ada gue, Ragas, Emil, Edo. Mereka semua pasti dateng kalau lo butuh bantuan. Selama ini gitu kan? Selama ini lo bisa hidup tanpa mikirin hal semacam Aruna."

"Kali ini beda, Wa."

"Bedanya apa? Bedanya sekarang lo pake perasaan hah? Dulu lo kemana Tha waktu dia terpuruk? Jangan bertingkah kaya lo korbannya disini. Yang harusnya sedih itu dia dan harusnya lo minta maaf, paham sampe sini?"

"Susah buat gue minta maaf. Buat natap matanya aja gue gak sanggup, Wa." Athalla mengerang keras.

Semua berantakan. Hatinya, pikirannya, dan tubuhnya. Athalla tidak bisa berpikiran jernih ia hanya ingin mengembalikan waktu dan merubah semuanya dari awal.

"Gengsi lo turunin dikit. Apa susahnya sih ngakuin kesalahan lo? Apa yang lo takutin? Takut kalau dia nolak permintaan maaf lo?" cecar Dewa habis-habisan. "Wajar, cok. Mau dia mukulin kek, nampar, nendang, itu mah hak dia. Lo gak bisa ngatur dia lagi. Sakitnya dia gak sebanding sama yang lo rasain sekarang."

Athalla tertampar dengan semua ucapan Dewa. "Gue tau, Wa. Gue tau."

"Ya kalau lo tau telpon lah tuh cewek sekarang. Minta maaf gak usah ditunda-tunda. Waktu yang pas itu gak bakalan ada kalau bukan lo yang nyiptain sendiri." Melihat penampilan kacau Athalla dari waktu ke waktu membuat Dewa sadar, bahwa sejak dulu Athalla memang sudah jatuh untuk gadis itu, tetapi gengsi dan dendam yang menahannya.

Hanya saja Dewa tak bisa membenarkan perbuatan Athalla yang kelewat manusiawi. Mungkin ini hal yang harus Athalla terima sebagai bentuk balasan dari perbuatannya selama ini.

"Lo emang sahabat gue tapi di situasi kaya gini gue pengen banget nonjok muka lo." Meski begitu, Athalla tetaplah sahabatnya. "Terus lo mau gimana sekarang? Ngabisin satu bungkus rokok sekaligus gak bikin masalah selesai yang ada hidup lo yang kelar."

"Apa yang harus gue lakuin? Minta maaf gak akan sebanding sama luka yang pernah gue kasih ke dia. Gue malu, malu buat ketemu dia lagi. Gue takut, takut kalau dia benci dan gak mau liat muka gue lagi. Gue emang bajingan, Wa. Gue berengsek nyakitin cewek sebaik itu."

Dewa mengangguk menyetujui. "Minta maaf doang emang gak cukup. Tapi mau sampe kapan lo bakalan kaya gini? Inget Tha, benci atau enggaknya dia sama lo itu udah konsekuensi yang harus lo tanggung."

ATHALLARUNA Where stories live. Discover now