Alrescha

152 11 12
                                    

Plakk!

Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Alrescha, hingga mengenai garis rahangnya. Alrescha tak merasakan sesuatu yang menyakitkan. Justru dirinya malah menyunggingkan senyum. Seakan tak ada setitik pun rasa penyesalan yang tercetak di wajah tampannya.

"Lo mutusin gue? Kita baru jadian seminggu yang lalu Recha!"

"Lo nggak bisa gini dong! Gak! gue gak terima!"

"GAK AKAN ADA KATA PUTUS DI ANTARA KITA! LO DENGER RECHA!"

Selena berteriak di hadapan Alrescha. Alrescha cowok yang ia idam-idamkan sejak masuk di sekolah ini. Memutuskannya begitu saja, ia benar-benar merasa di campakkan seperti gadis-gadis yang Alrescha permainkan. Padahal Selena sudah jatuh dan terpikat pada sosok lelaki sempurna itu. Tapi, apa yang ia dapat? Sama.

Sama seperti mantan-mantan Alrescha lainnya.

Wajah Alrescha berubah datar setelah memberi smirk yang cukup sinis. Dengan, gampangnya Alrescha berbicara.

"Lo pasti udah tahu konsekuensinya kalau jadian sama gue. Dan, diri lo sendiri yang ngizinin gue untuk dekatin lo. Bukan salah gue dong, dan satu lagi"

"Gue bosan-"

Bugh!

Seseorang memberi bogeman mentah di sudut pipi kiri Alrescha. Double kill rasanya. Tapi, Alrescha tetap setia tak memberi ekspresi.

"Sialan lo Recha! Lo kalo gak niat jadi cowok gausah gini dong! Martabat doang yang ada tapi kelakuan nol!" Geral menebas pegangannya dari kerah baju Alrescha.

"Lo pikir sepupu gue gak sakit hati apa!"

"Apaan sih lo! Baper amat jadi orang, yang gue putusin tuh sepupu lo. Napa lo yang darah tinggi?" Alrescha mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya.

Alrescha tak ingin mendengar umpatan Geral untuk kesekian kalinya. Ia memilih pergi meninggalkan dua bersaudara itu.
Berjalan tanpa dosa. Mengabaikan beberapa siswa-siswi yang lalu lalang di depan kelas XI IPS 3. Alrescha acuh akan semua itu. Toh, siapa yang akan memandangnya buruk disini? Jawabannya.

Tidak ada.

Geral memeluk tubuh sepupunya.

"Ral, hati gue sakit." Selena menangis di pelukan Geral.

"Mangkanya jangan pernah pacaran lagi. Apa lagi dengan orang kaya Alrescha." Geral menepuk-nepuk punggung Selena.

Menangis pun tak ada gunanya. Berulang kali ia diingatkan oleh teman-temannya untuk tidak jatuh pada pesona lelaki playboy itu. Tapi, selalu gagal. Perkataan manisnya adalah racun bagi setiap gadis.

"BAJINGAN LO RECHA! MATI LO! MATI LO BESOK ALRESCHA!"

Selena meneriaki Alrescha dalam hatinya yang hancur.

-Revotasi-

"119 lo nggak ada niatan genapin 120?" ujar Jevan. Menyikut lengan Alrescha.

"Selena lo putusin. Kurang apa dia? Cantik, pintar, seksi, body mantap. Banyak yang ngincer. Lo nggak nyesel?" Galang yang baru datang ikut berpendapat.

Alrescha hanya menyunggingkan senyum muak. "Terlalu protektif, manja, cerewet. Bukan tipe gue"

"Buta lo! Haruka yang mulus, cantik, pinter gak manja, gak cerewet, apa adanya. Tetep lo putusin tuh"

"Sandira juga cakep dan perfect attitude lo putusin. Primadona SMA Nusantara lagi"

Jevan dan Galang bergantian menjelaskan satu persatu.

REVOTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang