28 - Alrescha dan Theresia

28 4 0
                                    

Alrescha terlihat sedang memainkan ponselnya di dalam mobilnya. Sepulang sekolah ia berniat menemui seseorang.

Jarinya bergerak mengetik balasan pesan. Ia sedang menunggu seseorang di depan sebuah Caffe. Berkali-kali ia berdecak karena melihat sebuah pesan di dalam HP-nya. Hari ini adalah hari dimana ia pernah janji dengan salah satu pacarnya untuk melakukan pertemuan. Bukan sebuah pertemuan yang spesial. Melainkan pertemuan terakhir untuk memutuskan hubungannya dengan gadis itu. Pacarnya sebelum Selena. Jika, gadis itu tidak mengirimkan pesan padanya tadi pagi mungkin Alrescha tidak akan mengingat bahwa ia masih punya simpanan.

Cting..

Notifikasi dari handphone.

Theresia :
Sayang... jemput ya..
I love u so so so much alrescha 💗💗

Alrescha memutar bola matanya. Muara membaca pesan itu. Tak terasa, hampir sebulan ia memacari gadis itu. Padahal rekor pacaran terlamanya adalah 10 hari. Sebuah ketidaksengajaan, membawanya menjadi hampir sebulan penuh. Alrescha merasa harus cepat-cepat mengakhirinya hari ini. Kemudian, mencari penggantinya.

Alrescha beralih mengetik balasannya.

me:
Y gw ksna.

Tanpa babibu Lamborghini Alrescha melaju dengan kencang. Menyusuri jalanan menuju rumah Theresia.

Dengan berat hati, Alrescha harus menuruti semua permintaan gadis itu. Termasuk harus menjemputnya. Ia tidak pernah menjadi seorang pesuruh selama hidupnya. Tapi, para pacarnya selalu menyuruhnya ini dan itu. Inilah dampak dari memiliki pacar yang manja. Sangat merepotkan. Entah kenapa, menyakiti hati mereka sungguh menyenangkan.

Karena, yang ia tahu semua gadis yang mendekatinya hanyalah menginginkan uangnya. Bukan ketulusan. Toh, bukan Alrescha yang mengejar-ngejar para gadis. Tapi, mereka yang mengejarnya. Untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan.

Alrescha dengan senang hati menerimanya. Lalu dengan senang hati juga mencampakkan. Sebagai tanda bahwa uangnya tidak gratis diberikan pada gadis murahan seperti mereka.

Itu Alrescha.

*****

Alrescha berhenti tepat di sebuah rumah tingkat minimalis modern. Di sebuah kompleks halaman. Sebelum menelpon Theresia, Alrescha melihat ke sekelilingnya. Wilayahnya begitu sempit dan padat. Kompleks ini dipenuhi dengan rumah-rumah besar.

Alrescha mengambil ponsel di sampingnya. Lalu menekan nomor kontak Theresia. Tak butuh menit, Theresia mengangkat. Gadis itu yang membuka suara pertama.

"Hai sayang... Kamu udah sampai?"

"Cepat atau gue pulang?" balas Alrescha.

"Duh jangan dong sayang! Gue kebawah sekarang. Dan, gue pastiin gue bakal tampil cantik di depan pacar gue"

Tutt...

Alrescha berdecak. Theresia terlalu basa-basi dan sangat membuang waktunya.

Theresia sudah muncul di luar mobilnya. Alrescha memencet tombol, untuk mempersilahkan Theresia masuk. Tubuh gadis itu melenggang masuk, dan duduk di samping Alrescha.

"Apa kabar, sayang?" ujar Theresia dengan nada sayangnya.

Gadis ini menggunakan rok diatas lutut dengan kemeja seksi yang memperlihatkan sedikit dadanya. Rambutnya yang pirang menambah kesan kebulean-nya. Kulitnya putih, dengan hidung mancung.

Mangkanya, ia disebut primadona di kampusnya. Banyak cowok yang ingin mengencaninya. Satu fakta lainnya adalah Theresia 3 tahun lebih tua dari Alrescha.

Alrescha mencoba tersenyum. "Baik."

Gadis itu mencoba untuk menggodanya. Tapi, Alrescha sama sekali tidak tertarik.

"Kita mau kemana?"

"Gak kemana-mana," jawab Alrescha dingin.

"Terus tujuan lo suruh gue dandan? Dan ngajak gue ketemuan ngapain?" Theresia agak menaikkan volumenya.

"Gue gak pernah nyuruh lo buat dandan. Gue cuma mau kita ketemuan, dan gue gak bilang dimana tempatnya kan sebelumnya," ketus Alrescha tiba-tiba.

Theresia mengerutkan dahinya. Ia menghadap Alrescha. Wajahnya penuh tanda tanya. "Maksudnya?"

"Kita putus." Alrescha to the point.

Theresia terlonjak kaget mendengar perkataan pacarnya.

"Alrescha! Lo bercanda kan? Kita baru aja genap sebulan. Apa alasan lo yang tiba-tiba minta putus? Padahal, ini baru kali kedua pertemuan kita"

"Terus kalaupun lo mutusin gue. Emang gue pernah salah apa sama lo Alrescha?!" Theresia menggoncang lengan Alrescha.

"Gue bosan."

Ini jawaban legend Alrescha ketika memutuskan para mantan-mantannya.

Theresia keluar dari mobil dengan buru-buru. Ia berlari menuju ke dalam rumahnya. Wajahnya basah dengan air mata. Make up yang sudah ia tata sedemikian rupa, luntur seketika. Wajahnya berantakan takaruan.

Sia-sia ia merasa bahagia hari ini. Karena, sempat mengira bahwa Alrescha akan membawanya pergi bersenang-senang. Nyatanya tidak. Alrescha membuat ekspektasinya hilang begitu saja.

Harusnya ia sadar bahwa Alrescha yang kaya akan tampang dan harta itu, suka mempermainkan para gadis. Tapi, bohong jika ia tak tenggelam dalam ketampanan dan kekayaan Alrescha. Theresia berpikir bahwa ia adalah satu-satunya gadis yang Alrescha benar cintai.

"BRENGSEK LO ALRESCHA!" teriaknya dalam kamar.

*****


Alrescha mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Melenggang dengan santai tak ada dosa. Setelah, barusan membuat anak orang sakit hati. Alrescha tertawa. Buat apa peduli, itu adalah tujuannya.

Lampu merah menghentikan beberapa kendaraan. Termasuk dirinya. Bagaimanapun, ia harus mematuhi segala peraturan lalu lintas. Jangan mentang-mentang ia adalah anak orang terpandang. Alrescha tidak mau, jika harus dikatai anak yang memakai nama orang tua untuk kebebasannya.

Lampu merah sedang menghitung mundur untuk mengubah menjadi hijau. Ketika, lampu berubah kakinya kanannya mulai menginjak gas. Atensinya menoleh ke arah Fortuner hitam yang melaju berlawanan arah. Kaca pengemudinya terbuka. Mobil itu di kendarai oleh Regan. Dahi Alrescha mengerut. Perhatiannya terfokus pada satu gadis di samping Regan. Rambutnya coklat tergerai. Sayangnya, wajah gadis itu menghadap ke arah lain. Agak tak asing menurutnya.

"Itu Sherin bukan? lagipula siapa lagi cewek yang Regan bawa kalau bukan Sherin," gumam Alrescha.

Ia kembali sadar akan sesuatu. "Et tapi bukannya rambut Sherin item ya?"

"Alend? Heh mana ada."

Alrescha menancapkan gasnya dan melaju kencang. Hari ini ia ingin lekas pulang ke rumahnya. Menikmati hari liburnya dengan rebahan dan bersantai.

Jalanan hari ini agak menyesakkan. Para Polisi sedang bertugas di penjuru jalan. Menilang siapapun yang tidak mengikuti peraturan. Tak sedikit juga, orang yang bergantian menyebrangi jalan raya. Membuat si pengendara harus lebih berhati-hati untuk keselamatan sesama.

Lalu lalang berbagai macam kendaraan membuat suasana jalanan kota semakin berisik. Alrescha baru saja melewati beberapa gedung perusahaan. Salah satunya gedung yang menjulang tinggi, Neogland Company. Pandangannya mengarah ke gedung itu. Alrescha sekilas tersenyum. Otaknya terlintas wajah seseorang.

"Baru sehari aja gue udah kangen sama lo."

"Alend."

- REVOTASI -

REVOTASIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora