2 - Gagal Di Hari Pertama

59 4 1
                                    

"Hai," sapa seseorang.

Alend mendongak. Ia mencoba melepas earphone-nya. Kedua netranya, menangkap kedua lensa kecoklatan yang indah. Alend hanya menatap dengan ekspresi datar. Wajah lelaki itu penuh pesona. Sanggup membuatnya terpikat ditempat. Namun, ia langsung memutus tatapan itu. Jika Alend tak berhati-hati mungkin ia juga akan jatuh.

"Boleh gue duduk disini? Semua tempat udah penuh soalnya"

Alend tak menghiraukan. Memasang kembali earphone yang sempat ia lepas barusan. Malas mendengar celotehan si cassanova.

Bagaimana pun caranya ia harus menghindari orang seperti Alrescha. Ya, sebenarnya ia butuh teman. Tapi, Alrescha bukan orangnya. Berurusan dengannya hanya akan menambah masalah.

"Oke lo diem berarti boleh"

Alrescha mulai mendudukkan dirinya di depan Alend.

"Gue Alrescha. Lo Alend kan?"

Alrescha memperkenalkan dirinya tanpa diminta.

Tentu saja, Alend tahu kalau orang di depannya ini adalah Alrescha teman sekelasnya. Si cassanova yang suka mengencani gadis-gadis cantik dan sexy.

Alrescha menghembuskan nafasnya. Ia tak akan menyerah pada seorang nerd.

"Lo dengar gue?"

Lagi-lagi diabaikan.

"Lo tau? Gue agak tersinggung sebenernya karena lo kacangin gue"

"Skip baperan." Alend berdiri dari duduknya.

"Eh cantik! pedes banget ngomongnya"

Alrescha mencekal lengan Alend yang hendak pergi.

Alend memasang wajah datar. Keberadaan Alrescha di dekatnya. Membuat berpasang-pasang mata menatapnya tajam, terutama para gadis. Alrescha Nerro Widarwama salah satu personel STREAK EAGLE dengan list cowok dari keluarga terkaya dan populer, di IHT. Walau dirinya di cap sebagai cassanova. Tapi, tak pernah menghilangkan kepopulerannya. Banyak manusia yang semakin menyukainya.

Alend merasa risih. Kemudian, menepis kasar tengan Alrescha dari lengannya.

"Maaf lo salah orang"

Alend berhasil pergi dari kantin.

"Sial!"

Alrescha berdecak berkali-kali tak percaya. Bisa-bisanya seorang Alrescha dicampakkan oleh seorang gadis. Terlebih lagi gadis culun yang tidak menarik. Sebuah penghinaan besar untuknya.

Alend tak seperti yang ia pikirkan. Tak semudah kelihatannya. Alend tak sama dengan gadis-gadis yang ia kencani. Sosok yang semakin membuatnya tertarik dan tertantang untuk melakukan taruhan ini.

"Haha. Gimana bro? udah gue bilang apa juga."

Pasha tiba-tiba datang dan tertawa puas. Alrescha sangat haus. Haus untuk cepat-cepat menjatuhkan seorang Alend!

Regan menyeringai, "Gagal di percobaan pertama?"

Alrescha merasa terhina. Kenapa Regan sangat antusias? Apakah Alend sangat berpengaruh?

"Ck ini gak akan lama," tutur Alrescha pergi meninggalkan teman-temannya dan kembali ke kelas.

***

Alend merapikan buku-bukunya. Berniat pulang dan istirahat setelah berlama-lama di sekolah yang menyesakkan ini. Kepalanya ia tolehkan ke arah luar jendela mencari seseorang di luar sana. Ia tersenyum sekilas. Namun, sesuatu mengejutkannya.

"Alend!" panggil Alrescha. Yang langsung menarik lengan Alend keluar kelas. Alend mengerutkan dahinya seketika.

"Mau pulang bareng gue?" tawar Alrescha.

Alrescha yakin seratus persen Alend akan menyetujui ajakannya. Ajakan yang idam-idamkan para gadis di IHT dan para gadis di luar sana. Biasanya, gadis lain akan salto, jungkir balik, dan teriak-teriak jika Alrescha menawarkan dirinya untuk duduk di Lamborgini miliknya.

"Gak!"

Nihil, kali ini juga tak sesuai ekspektasi Alrescha. Alend justru menolaknya mentah-mentah.

Alend mulai berjalan. Namun, langkahnya dihalangi oleh tubuh Alrescha. "Gue nggak akan biarin lo pulang. Kalo lo ngga terima tawaran gue," desak Alrescha. Alend mendengus. Menurutnya, Alrescha lebih mengganggu daripada orang-orang yang membulinya.

Terpaksa Alend harus berbicara banyak hari ini, dengan orang lain.

"Minggir gak lo," tutur Alend santai namun penuh penekanan. 

"Gak bisa," kekeh Alrescha.

Alend memutar tubuhnya. Kemudian, berjalan berlawanan arah dari pemuda itu.

Alrescha ingin mengejar Alend. Namun, berpasang-pasang mata memandanginya. Jika ia mengejar gadis itu sekarang. Harga dirinya berasa direndahkan. Okelah untuk hari ini, masih ada hari esok.

"Besok pokoknya!"

Batinnya tak sabar.



-REVOTASI-

REVOTASIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin