1 - STREAK EAGLE

101 9 26
                                    

Alrescha dan teman-temannya bergantian memarkirkan mobil sport mereka di tempat lapangan hijau khusus milik mereka. Ratusan para murid yang ada di sana memperhatikan mereka. Walau sudah tiap hari pemandangan itu mereka saksikan. Tapi, tidak pernah membosankan di mata mereka. Di tambah pengemudi dari setiap Ferrari dan Lamborghini itu adalah sosok bidadara-bidadara.

Ketika satu persatu dari team yang di sebut STREAK EAGLE itu turun dari mobilnya.

Layaknya mentari yang baru saja terbit. Membuat siapa saja terpana, tertembak, terpingkal, terheran, dan terluar biasa.

"Ya Tuhan, nikmat mana yang kau dustakan," ujar siswi yang menutup mulutnya kagum.

"Gak munafik gue pengen jadi cewek mereka hisks!"

"Alrescha, Regan, Pasha, Jevan dan Galang. Ah sial, gue gak bisa pilih satupun"

Sudah cukup dengan penampakan itu. Eagle dengan kacamata hitam yang membingkai gagah di wajah mereka. Tubuh mereka kontras dengan blazer yang umumnya dikenakan oleh murid-murid di International High Technology. Kelengkapan serba branded menjadi daya tarik nomor satu para siswi-siswi disana. Jam tangan bermerek mengikat tangan mereka masing-masing.

Tak lupa dengan wangi parfum mereka yang tercium dari jarak beberapa meter. Yang tentunya membuat candu bagi siapa saja yang mencium harumnya.

Rambut lebat, lurus, dan jatuh yang termasuk idaman para wanita ada pada diri mereka. Dan, entah bagaimana bisa kelima personel itu memiliki tinggi badan yang sama. Dengan rata-rata 180 cm.

Berjalan sempurna dengan hentakan kaki yang teratur, bagai pangeran-pangeran yang ada di dalam dongeng. Garis wajah yang tampan nan sempurna. Ditambah fakta mereka berasal dari keluarga konglomerat. Bukankah sudah dan sangat pantas disebut pangeran?

Mereka yang sedang menyaksikan memecah posisi ke lain arah membuka jalan untuk Eagle.

"Jangan lupa taruhan kemarin oke?" tutur Pasha, yang diangguki langsung oleh Jevan dan Galang. Tapi, tidak dengan Regan.

"Ck iya iya," balas Alrescha.

*****

Alend berjalan melewati. Koridor sekolah yang selalu ramai tiap pagi dengan lalu lalang manusia berseragam. Jika murid-murid itu bersama dengan pasangan dan teman-temannya. Tapi, tidak dengan Alend yang selalu sendiri dan mandiri.

Ketika Alend hendak membuka lokernya. Seseorang menghampirinya.

"Alend hari ini jadwal lo piket. Nyapu, sama ngepel gih," tutur sang Ketua Kelas Genio.

Alend hanya membalas dengan anggukan. Kemudian, ia mengambil beberapa buku di lokernya untuk di masukkan ke dalam tasnya.

Tak lama Alend mulai membersihkan ruang kelas. Mengepel, mengelap kaca jendela. Semua ia lakukan sendiri tanpa rekan-rekan sejadwalnya.

Ketika Alend hendak membuang sampah ke tempat sampah. Seseorang menyenggolnya hingga terjatuh. Sampah yang sudah ia kumpulkan di serok sampah berhamburan kemana-mana.

"Mata udah empat masih aja buta!" ketus Selena dan pergi begitu saja.

Eagle berjalan kompak melewati depan kelas Alend. Lorong itu menjadi riuh seketika, karena kehadiran mereka. Ketika Alrescha hendak memasuki kelasnya. Atensinya terfokus akan sesuatu. Ia melihat Alend yang sibuk membersihkan sampah. Ini saatnya bagi Alrescha untuk menunjukkan sisi pahlawannya.

Alrescha membungkukkan tubuhnya. Beralih membantu Alend memunguti sampah-sampah itu.

"Gue hari ini juga piket, gue bantu ya"

"Maaf kalau gue jarang ngisi waktu piket gue, jadi harus lo sendiri yang ngebersihin ini semua"

Alrescha sekedar basa-basi.

Alend tak melirik ke arah orang yang berbicara dengannya itu. Ia langsung bergegas melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya. Tanpa memperdulikan sekitar.

Regan, Pasha, Jevan dan Galang menyaksikan Alrescha dari kejauhan.

"Apa gue bilang. Dingin banget anaknya," tutur Pasha menepuk pundak Alrescha.

"Siap kalah?" Regan menyunggingkan senyum.

"Yailah belom apa-apa juga Cha. Semangat dong, jangan biarin Regan ngeremehin lo terus," imbuh Galang.

"Iya lah, lo bukan lagi playboy tapi cassanova." Jevan mengatakannya dengan enteng.

Alrescha mengepalkan tangannya. "Liat aja nanti"

"Alend emang keliatan culun tapi tatapannya beuh," pungkas Jevan.

Tiba-tiba alarm sekolah berbunyi. Tanda sudah memasuki jam pertama pelajaran.

Gadis tanpa senyum itu, baru saja melewati mereka. Kemudian, beralih memasuki kelasnya.

"Ck, bisa-bisanya!" decak Alrescha.

"Makin penasaran gue sama dia."

"Yaudah, kita duluan Cha. Selamat berjuang haha"

Regan, Pasha, Jevan dan Galang menuju ke kelas mereka di lantai 2. Kelas XII RABA (Republik Anak Bu Arin).

Alrescha beralih mengikuti gadis itu sampai ke kelas. Kelas XII PEMA (Persatuan Murid Antusias). Sebagai nama kelas yang sudah mereka diskusikan 2 tahun lalu.

Alrescha tidak memutuskan pandangannya dari Alend. Betapa bodohnya Alrescha yang tidak tahu jika Alend duduk di kursi depannya.
Kemana dirinya selama ini?

Alend gadis yang pintar. Ia tahu, ketika ia pernah sempat membaca di mading sekolah. Nama Alend selalu masuk 3 besar dalam angkatan kelas XII. Saingan Alend adalah Regan? Kelihatannya nama Alend dan Regan sangat dominan bertukar posisi. Kadang Alend nomor 1 kadang juga 2. Begitu juga dengan Regan. Dan, posisi ketiga selalu di tempati oleh Pasha.

Ck, Alrescha tiba-tiba insecure. Kalau dibandingkan dengan nilai mereka. Nilai Alrescha jauh 5 tingkat. Ia hanya bisa masuk 10 besar diantara satu angkatan yang berjumlah 342 siswa.

Alrescha kembali ke kegiatan pertamanya. Ketika Alend terlihat sedang membuat resume literasi. Pulpennya terjatuh. Alrescha ikut membungkuk membantu mengambil.

"Nih pena nya"

"Kalau nulis tuh hati-hati napa sih?" sambung Alrescha sekedar basa-basi.

Tetap saja, Alend tak menggubrisnya.

"Sial! bener jutek orangnya," decak Alrescha.

Ia mengetuk-ngetukkan penanya pada meja seraya bergumam sesuatu. Selama pelajaran, Alrescha hanya memikirkan cara untuk mendekati Alend setelah ini. Bolpoin di tangannya tak henti ia putar-putar. Hampir seluruh materi geografi tak ia perhatikan. Beruntung, guru di depannya tak mencurigainya.

"Gue makin tertantang buat naklukin lo,"

"Alend Marshanda?"

- REVOTASI -









don't forget to Add to ur library ›‹

REVOTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang