23. No?

736 129 60
                                    

Cris memberhentikan motornya tepat di depan gerombolan anak motor yang sedang membuat lingkaran maut, tampaknya mereka sedang meninju seseorang tanpa ampun. Entah apa masalahnya.

Tapi bukan itu yang membuatnya berhenti. Cris adalah Cris, bukan Alfath, mana peduli dia soal penderitaan orang lain. Oh, apalagi saat melihat bahwa yang sedang di keroyok itu adalah... Galih?

Entah apa masalah Galih. Yang jelas, orang-orang itu berkelahi di tempat yang salah, di depan SMA Ravindra, sehingga membuat jalan masuk Cris terhalangi.

BRUUUM!

Cris menggeber motornya, membuat anak geng motor itu memberhentikan aksi dan memusatkan pandangan pada Cris. Mereka memandang Cris dengan tatapan tajam, sepertinya masalah ini akan panjang.

"Gua mau lewat!" ucap Cris dengan penuh penekanan, seraya membuka kaca helm full face-nya.

"Tinggal lewat." Salah satu orang dari gerombolan itu tampak maju. Mereka juga tampak memakai baju yang seragaman. Penampilan mereka seperti penguasa jalanan.

"Lu semua nutupin jalan masuknya bodoh!"

Lelaki yang tadi menanggapi ucapan Cris itu makin terpancing emosi.

"Kalo gua gak mau?" Ia mendekati Cris, pandangannya semakin tajam. Merasa suasana makin mencekam, seluruh anak geng motor sekitar 9 orang itu tampak mulai berjaga-jaga memerhatikan gerak-gerik Cris. "Dan lu bilang gua apa tadi? Bodoh?"

Cris melepas helm-nya sembari turun dari motor ninja kesayangan.

"Kenapa? Mau ribut?"

"Nantangin nih anak." Emosinya sudah mencapai puncak. Lelaki itu langsung melambungkan tangannya, namun dengan cepat Cris menangkis dan meninju perut lelaki itu dengan cekatan sehingga lelaki itu tersungkur dengan mudah oleh Cris.

"KENAPA DIEM AJA HA?! SERANG GOBLOK!"

Aksi pukul terus berlanjut. Sembilan lawan satu. Memang tidak bisa di sepelekan. Namun bukan Cris jika mudah menyerah. Berkali-kali pukulan mendarat pada bagian tubuhnya. Tak jarang mereka menahan Cris dan meninjunya tanpa ampun. Namun itu tak lama.

BUUUGGHH!!

Cris meninju satu orang yang tampak sudah sangat teler. Lelaki itu kemudian tersungkur lemah ke atas tanah. Pukulan Cris tidak main-main. Lihat saja, walau beberapa kali terkena pukulan, pada akhirnya pun ke-sembilan orang itu kini sudah terkapar lemah.

"Sini lu!" Cris menarik kera baju lelaki yang tadi beradu mulut dengannya.

"Sorry sorry! Lepasin gua sama temen-temen gua. Masalah gua cuma sama dia doang." Lelaki itu menunjuk Galih yang sudah terkapar lemah.

Cris melepas kera bajunya. Membiarkannya pergi. Namun tidak sampai situ, saat gerombolan anak geng itu mendekati Galih, entah magnet macam apa. Dengan cepat Cris menarik kera baju salah satu di antara mereka.

"Pergi," kata Cris tajam seolah tidak membiarkan Galih di hujam lagi dengan mereka.

Tidak mau memperpanjang masalah. Mereka memutuskan untuk pergi walau harus terpaksa melepaskan Galih di tempat.

"Banci." Cris menatap Galih datar.

"Kenapa lu mau nolongin gua?"

"Mereka nutupin jalan gua!" jawab Cris membenarkan. "Ngapain si lu? Sekolah lu di Jakarta, ngapain masih disini? Ganggu pemandangan," lanjut Cris.

"Jakarta ke Bekasi gak jauh! Orang gua kesini mau ketemu Maryam." Galih kemudian berdiri walau sedikit tertatih.

"GAK ADA!"

Diferencia (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang