28. Bagaimana Kalau Kita Menulis Ulang Bintang-Bintang?

836 142 106
                                    

Play song Rewrite the stars - Anne Marie & James Arthur. (Penyuaraan hati Cris dan Maryam malam ini)

***

Malam hari. Di gereja yang sama, hawa yang sama, dan... Pemandangan yang sama.

Cris baru selesai berdoa. Entah sebab dan pertanda apa Maria tidak mendatangi gereja hari ini. Atau mungkin, Cris yang tidak melihatnya.

"Peduli apa gua?" Cris beralih ke arah luar, dari jarak beberapa meter, ada masjid yang di dalamnya sedang pengajian. Ia tersenyum. Wahai takdir, betapa cepatnya engkau memberi tahu sebesar apa benteng yang menghalangi Cris.

Entah senyum pertanda apa. Namun pandangannya nanar saat mendapati seorang gadis bermukena hijau muda tengah lancar melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Jauh sekali, dan sulit sekali menggapainya.

Pandangannya beralih pada bintang-bintang yang gemerlap dilapisi awan malam. Cris lagi-lagi tersenyum. Bolehkah ia mengulang takdir dan meminta untuk tidak bertemu Maryam?

Bagaimana kalau kita menulis ulang bintang-bintang?

Dari kejauhan, dari sudut mata Cris. Ia mendapati Maryam yang tampak keluar masjid. Kini mereka berada di tempat yang seharusnya. Cris yang berdiri di depan gereja dan Maryam yang berdiri di depan masjid.

Pandangan keduanya tiba-tiba bertemu. Saling memandang beberapa detik. Namun dengan cepat Maryam tersenyum ke arah Cris. Saat pertama kali melihat Cris ke gereja, ada perasaan sakit yang tidak bisa Maryam jelaskan. Dan sekarang, perasaan itu semakin rumit. Kendaraan yang berlalu lalang diantara masjid dan gereja malam itu seakan menjadi dinding besar yang menghalangi keduanya untuk bersatu.

"Hai!" Walau suara Cris tidak terdengar akibat bisingnya kendaraan malam. Maryam masih mengerti dengan jelas apa yang baru saja keluar dari mulut lelaki itu.

Cris mulai menyebrang. Langkahnya kian memelan saat jaraknya dengan masjid terkikis. Ia berhenti tepat di luar tulisan 'batas suci'. Yang di dalam tulisan itu, sedang berdiri Maryam yang sedari tadi memperhatikannya.

"Abis selesai ngaji ya?"

Maryam mengangguk.

"Pulang sendirian lagi?"

"Ilham lagi ada kerja kelompok, belum pulang. Makanya pulang sendiri."

"Yaudah pulang bareng gua."

Maryam tampak ragu. Ia melihat ke arah sekeliling. Padahal dia tidak ingin merepotkan Cris lagi.

"Itung-itung biar gak diganggu cowok nakal," kata Cris meyakinkan.

Dengan ragu, Maryam mulai memakaikan kakinya yang terbalut kaus kaki panjang itu dengan sandal sederhana. Ia mulai melangkahkan kakinya dan menyamai langkahnya dengan Cris.

"Halo kalian." Langkah mereka yang beriringan itu harus terhenti saat seseorang memanggil dari arah belakang.

Keduanya menoleh. Dan... Bodoh. Mana mungkin Maria gak ke gereja malem ini. Cris menajamkan matanya. Padahal hubungan mereka belum membaik, tapi kenapa Maria semudah itu menyapanya.

Diferencia (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang