25. Maaf

755 138 54
                                    

Maryam terjatuh ke atas tanah akibat berlari terlalu cepat dengan rasa panik yang memuncak. Membuat ketiga harimau yang mengejarnya sejak tadi tersenyum puas.

"Mau kemana lagi lu? Sini lah, gak usah takut," kata salah satu lelaki yang membuat ketakutan Maryam makin menjadi.

Ya Allah... Tolongin Maryam... Ia tidak berhenti berzikir. Untuk berdiri dan kembali berlari pun rasanya mustahil. Maryam merasa lututnya terluka, gamisnya sedikit sobek. Siapa pun, tolong Maryam!

"Jangan... Jangan..." Maryam menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menunjukkan betapa pasrahnya ia dengan keadaan.

"Bro, sikat!" Ketiganya tertawa puas sebelum melangkah lebih dekat pada Maryam.

BUGGGHH!!

"JANGAN COBA-COBA YA LU!!!"

Pukulan yang begitu keras mendarat sempurna tepat di wajah lelaki yang hampir menyentuh Maryam.

"SIALAN!!! SIAPA LU?! PAHLAWAN KESIANGAN?!"

BUGGGH!!! Cris kembali melayangkan pukulannya sehingga lelaki itu tersungkur. Cari gara-gara! Sembilan saja mampu Cris habisi. Apalagi tiga? Yang diganggu Maryam lagi. Benar-benar!!

"Bangsat! JANGAN DIEM AJA!!!" Kedua temannya yang sempat ternganga oleh ahli bela diri Cris tadi mulai mendekat, mencoba melambungkan pukulan ke wajah Cris.

BUGHH!

Maryam yang dalam keadaan terduduk masih setia menutup wajahnya dengan isak tangis ketakutan dan kesakitan. Ia terlalu takut melihat langsung aksi perkelahian yang ia sendiri tidak tahu siapa penyebab perkelahian itu dimulai.

BUGGHH! Dengan gesit Cris memukul bagian perutnya, ia beralih pada satu orang lelaki yang masih berdiri dengan gemetar. Baru saja menarik kera baju untuk mendaratkan pukulan.

"Ampun bang! Ampun! Tadi temen gua yang macem-macem. Gua c-cuma ikutan ngejer..." katanya terbata-bata dengan tangan memohon.

BUGGH!! Tentu saja itu tidak membuat hati Cris luluh. Ia tetap memukul wajah lelaki itu sehingga membekaskan tanda bulatan merah di sudut bibirnya.

"CEPET PERGI ATAU GUA BERUBAH PIKIRAN!!"

Ketiga lelaki yang berada di atas tanah itu langsung berdiri dengan susah payah, lalu berlari terbirit-birit.

Cris mengatur nafasnya. Ia mulai mendekati Maryam yang sedang terduduk di jalan aspal dengan wajah tertutup kedua tangan.

"Jangan takut." Cris mengulurkan tangannya, mencoba membantunya berdiri.

Maryam yang masih dalam keadaan kacau, belum mengenali sama sekali pemilik suara. Perlahan, Maryam membuka tangannya, sehingga mendapatkan sebuah pergelangan tangan yang sedang terulur sempurna mengajaknya bergandengan.

"M-maaf kak... Kami, Muslim tidak boleh berpegangan tangan d-dengan yang bukan mahramnya," walau sulit, ia mencoba memberi penjelasan.

Cris tersenyum. Tidak jauh dari keberadaan mereka, ada penjual topi. Entah siapa yang memberinya ide, ia menghampiri toko topi kecil-kecilan itu. "Bang, satu ya."

"Dua puluh lima ribu."

Cris memberikan satu lembar duit lima puluh ribu. "Kembaliannya ambil." Ia langsung bergegas menghampiri Maryam, menghiraukan penjual topi yang berteriak mengucapkan kata 'terimakasih'.

Cris mengulurkan topi itu ke depan wajah Maryam yang masih memandang bumi. Ia tahu, pasti kaki Maryam terluka akibat jatuh tadi, makanya ia mencoba membantunya berdiri.

Diferencia (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang