3.4

839 78 2
                                    

Terhitung sudah dua bulan berlalu dan usia kandungan Jisoo sudah menginjak bulan ke sembilan.

Seokjin terbilang lumayan jarang dirumah karena pekerjaannya di kantor terlalu banyak sampai mengharuskan ia lembur berkali kali, namun tak sampai situ terkadang ia pun tak pulang untuk beberapa hari.

Hari ini Jisoo tengah berkemas untuk memberikan makan siang pada suaminya, senyum manis tercipta di wajahnya sambil memasukkan beberapa makanan ke dalam kotak makan.

"Apa dia akan menyukai ini?"

Jisoo menunduk dan mengerutkan keningnya lalu mengusap perut besarnya dengan lembut dan menutup makanannya, "Bayiku yang mau tentu Appa nya juga mau."

Akhirnya saat selesai bergulat di dapur ia memutuskan langsung pergi keluar setelah mengambil tas nya yang ia gantung di dekat pintu

Memakai sepatu lalu berjalan keluar menghampiri mobil yang sudah dipersiapkan Seokjin untuk membawa Jisoo ke kantornya.

"Pak Won, apa Seokjin sangat sibuk akhir akhir ini?"

Supir pribadi keluarga Kim itu mengangguk sambil sesekali melirik istri majikannya yang bersandar pada kursi belakang lalu kembali fokus ke jalanan.

"Iya Nyonya, bahkan sudah dua hari Tuan tidak keluar untuk makan siang dan banyak meminta saya mengantarkannya ke tempat meeting."

"Begitu ya? pasti dia sangat kurus."

"Nyonya tenang saja, makanan dari Nyonya akan membuatnya kembali sehat."

Jisoo mengangguk dan tersenyum, mengembalikan atensinya pada pemandangan diluar kota Seoul yang sedikit cerah siang ini.

•••

Melangkahkan kakinya turun dari mobil, Jisoo sedikit meregangkan tubuhnya saat turun dari mobil lalu mulai masuk ke dalam gedung mewah pencakar langit tersebut.

Banyak karyawan yang memberinya sapaan dan dijawab sapaan ramah juga oleh Jisoo, ia tersenyum sedari tadi sambil melangkahkan kakinya pelan.

Namun sesuatu terasa perih dibagian perutnya, ia menjatuhkan kotak makan yang dibawanya untuk Seokjin dan beralih memegang perutnya dengan kuat.

Beberapa pegawai menghampirinya, Jisoo terduduk di lantai dengan seorang wanita yang menahan di belakangnya sambil memberi intruksi.

"Nyonya, tarik nafas perlahan lalu buang melalui mulut."

Jisoo mengangguk pelan dan melakukan intruksi yang diberikannya, sedangkan pegawai lainnya berlarian menuju ruangan Seokjin berada.

Tak lama kemudian pria berbahu lebar itu mendatangi Jisoo dengan wajah yang penuh ke khawatiran lalu beralih menggenggam tangannya.

"Sayang, kau kenapa? sakit sekali?"

"Shh s– sakit Oppa.. "

Seokjin akhirnya mengangkat tubuh Jisoo dan menerobos kerumunan orang orang yang tengah menghalangi jalannya sambil meniupkan keringat di kening Jisoo.

Mereka memasuki mobil dengan Seokjin yang menyetir secepat mungkin, sedikit tak peduli dengan keadaan Jisoo namun ia lebih mementingkan penanganan pertama untuk istrinya.

Setelah sampai di rumah sakit dengan secepat mungkin, lalu memberikan tubuh Jisoo pada para perawat untuk dilakukan penindakan lanjut.

Sesaat setelah Jisoo dimasukan ke dalamn unit gawat darurat Seokjin tak henti hentinya mondar mandir disana, menggigit kukunya tanda ia sudah sangat kalut dengan keadaan.

"Tuan Seokjin?"

Dengan langkah cepat ia menghampiri dokter yang keluar ruangan gelap itu, "Bagaimana dokter?"

"Kami butuh persetujuan pihak keluarga untuk menjalankan operasi."

"Operasi?"





— 15521 —

don't leave me : jinsoo ( ✔ )Where stories live. Discover now