DLM 7

49.5K 3.5K 35
                                    

Jangan lupa follow, vote, and comment :)

H

appy Reading ♥️



o0o


Akhir-akhir ini pola makan Gea sangatlah berantakan, ditambah dengan kegiatannya yang semakin padat tidak heran gadis itu hari ini agak demam. Semalam ia harus begadang untuk menyiapkan materi untuk beberapa murid privatnya. Paginya harus ke kampus untuk mencari buku untuk sumber skripsinya, sampai siang hari dan melewatkan sarapannya. Sorenya gadis itu lanjut mengajar privat di rumah dosennnya.

Kepalanya berdenyut, gadis itu berpikir mungkin karena melewatkan sarapannya tadi. Akan tetapi setelah makan ayam geprek dengan cabe 5 pun, pusingnya tidak juga hilang. Semakin sore malah semakin menjadi, suhu tubuhnya juga terasa panas.

Gea duduk di depan pos satpam fakultasnya, gadis itu mengobrol dengan satpam yang terkenal karena ketampanannya. Jam menunjukkan pukul 3, masih terlalu awal untuk berangkat mengajar, jadilah gadis itu mengobrol sembari menikmati kopi yang dibuatkan oleh satpam difakultasnya.

“Mbak Gea masih ada kelas?” Tanya Deny, satpam muda yang memiliki badan kekar dan wajah tampan.

“Engga pak, ini mau pulang bentar lagi.”

“Kok tumben engga sama mas Jerry dan mbak Lia?” mereka bertiga memang sudah biasa nongkrong di pos satpam fakultas sembari ngobrol dengan para satpam ditemani kopi dan gorengan.

“Mereka udah lupa kali kalo masih jadi mahasiswa, males ke kampus mereka mah. Lagian kami udah semester 8, tinggal ngerjain skripsi aja.”

“Tapi mbak rajin ke kampus, saya liat.”

“Iya, saya udah ga betah kuliah. Pengen cepet-cepet kelar, jadinya ngebut ngerjain skripsinya.”

“Gea.”

Gadis dengan jumpsuit putih itu menengok saat mendengar namanya dipanggil. Ia terkejut menemukan Lingga yang berada dibelakangnya. Tumben dosennya itu berada di fakultasnya, karena jarak fakultas hukum dengan fakultas ilmu budaya lumayan jauh.

“Ehh selamat sore bapak.” sapa Gea langsung berdiri.

“Kamu mau pulang? Atau langsung ngajar?”

“Mau langsung aja pak, nanggung kalo mau balik kos dulu.”

“Ya udah, bareng saya aja.”

“Siap pak.”

Lumayan hemat ongkos ojek online.

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran terpadu yang lumayan jauh dari fakultasnya. Kepala Gea tambah pusing karena berjalan jauh, badannya kini juga sakit semua.

“Kamu sering nongkrong di sana?”

“Hahh?” Gea menoleh, pria itu sedang menatapnya.

“Nongkrong di pos satpam.”

Gea menelan ludah dan sedikit menunduk. Tatapan Lingga terlalu intens sehingga ia memilih menghindar dan berdeham untuk memecah kekakuan aneh di antara mereka.

Duda Lebih Menggoda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang