DLM 20

43K 2.7K 36
                                    

Don't forget to follow, vote and comment :)


Dirga terkejut ketika pintu kamar hotel itu terbuka menampikan gadis yang hanya mengenakan tanktop dan hotpants. Pria itu refleks menundukkan pandangannya, dan dalam hati ber istighfar.

“Gea nya di dalem kak, silahkan masuk. Saya permisi ke bawah dulu.”

Pria itu gatal ingin mentupi tubuh gadis itu dengan jaketnya, akan tetapi ia sungkan.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, masuk kak.” Gea menjawab dengan suara seraknya, untung saja gadis itu sempat membasuh wajahnya.

“Ini titipan kamu.” pria meletakkan 2 kantung plastik besar di meja. “kamu kenapa?” Dirga terkejut melihat wajah sembab adiknya.

“Engga papa kok.”

“Dek, sini cerita. Kenapa hmm?” pria itu duduk di sebelah Gea.

Ketika kita tidak baik-baik saja, dan ditanya seperti itu. Membuatnya kembali menangis. Gea mengutuk air mata yang tidak mau berhenti, gadis itu tidak siap bercerita pada kakaknya.

“Gea mau peluk!” gadis itu merentangkan tangannya, dan Dirga membawa tubuh mungil adiknya ke pelukannya.

“Sshhtt… it’s okey, kakak di sini.” Pria itu mengerapkan pelukannya, dikecupnya puncak kepala Gea. Tangis gadis itu semakin menjadi, gadis itu bimbang, dilema dengan pilihannya. Ia juga merasa cemburu dengan mendiang istri Lingga.

Ini bukan hanya masalah wajah ataupun bentuk tubuh, gadis itu merasa kecil dibandingkan Kirana ataupun Lingga. Apa yang bisa dibanggakan dari dirinya?

Lingga merupakan dosen yang memiliki otak cemerlang. Ia berhasil menyelesaikan S 3 nya sebelum 30 tahun. Kepandaian dan ketampanan pria itu sudah tidak dapat diragukan lagi.

Lalu siapa Gea? Hanya gadis yang memutuskan keluar dari rumahnya setelah lulus SMA, lontang lantung berada di kota yang asing untuknya. Berusaha sekuat tenaga untuk melanjutkan pendidikannya dengan mencari beasiswa. Untuk makan dan membayar kos nya dirinya harus membanting tulang. Sepulang kuliah dirinya harus bekerja paruh waktu dan mengajar privat.

Mengingat-ingat perjuangannya untuk meneruskan pendidikannya hingga saat ini membuat gadis itu mantap dengan keputusannya. Ia ingin mengejar mimpinya, untuk memantaskan diri berada di samping Lingga. Jika memang pria itu jodohnya maka mereka akan kembali bersama lagi. Jika memang pria itu bukan jodohnya, ia berharap Lingga akan mendapatkan pasangan yang terbaik.

Gea melonggarkan pelukannya, dan mendongak “kak Gea boleh lanjutin S2 di Amsterdam?” tanya gadis itu tiba-tiba.

Alis Dirga terangkat, “Kenapa ke harus ke Amsterdam?” pria itu tidak mengetahui apa gerangan yang membuat adiknya seperti ini.

“Gea dari dulu pengen kuliah di sana, tapi dulu ga punya uang buat minggat ke luar negeri. Cuma mampu minggat ke Jogja.” gadis itu mengerucut.

Mendengar adiknya mengucapkan kata ‘minggat’ membuat Dirga geram dan mengucir mulut adiknya dengan tangannya.

“Minggat…minggat! Ga boleh ngomong gitu.”

“Auchh…lepas ihh.” Gea menjauh dari kakaknya.

“Kalo emang niat kamu ke Amsterdam buat belajar, kakak dukung. Tapi awas kalo di sana malah macam-macam! Kakak seret kamu pulang.”

“Iyaaa, Gea mau belajar kok. Setelah wisuda Gea mau apply beasiswa ke Amsterdam.”

“Kalo pun engga dapet beasiswa kakak masih sanggup biayain.”

“Engga mau lah. Kalo ada yang gratis ngapain bayar.”

“Inget kalo kamu menggunakan beasiswa itu tanggung jawabnya besar. Apalagi kalo uang negara, kamu harus berkontribusi juga buat negeri ini. Dan belajar dengan sungguh-sungguh, di luar sana banyak yang ingin berada di posisi kamu. Bisa melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya.”

“Siap bos!” Gea memberi hormat pada Dirga, dan pria itu mengacak rambut adiknya dengan gemas.

“Jangan main kabur-kabur aja. Izin sama ayah dan mama kamu, jangan sampai lostcontact, kasih tau kamu tinggal di mana.”

“Tapi nanti kalo mereka nggak kasih izin gimana?” gadis itu sangsi ayahnya akan memberikan izin.

“Yang penting kan usaha dulu, kalo kamu engga nyoba gimana bisa tahu. Nanti kakak bantu ngomong.”

“Sayang kakak!” Gea menubruk Dirga dan memberinya pelukan. “ehh kalo masih engga setuju, nanti bantu Gea kabur yaaa!” bujuk gadis itu memberi tatapan puppyeyes nya.

Dan Dirga tidak segan-segan menyentil dahi adiknya, “Auchh…sakit!” gadis itu menggosok-gosok dahinya yang memerah.

o0o

Kamar hotel tampak berserakan, posisi tidur kedua gadis itu pun saling tumpang tindih tidak karuan dan selimut teronggok di lantai. Dirga membawakan banyak makanan untuk adiknya, bahkan masih banyak makanan yang belum mereka buka.

Pria itu kembali ke Kartasura tengah malam karena paginya harus apel. Gea merasa beruntung memiliki orang-rang yang peduli padanya. Ia senang hubungannya dengan kakak-kakaknya membaik, meskipun waktu kecil mereka bermusuhan.

Jam sudah menunjukkan pukul 8, setelah sholat Subuh kedua gadis itu kembali bergelung dengan selimutnya. Mereka terlalu malas untuk beranjak dari ranjang yang begitu nyaman.

“Lia bangunnn!” Gea mengguncang badan sahabatnya.

“Bentar lima menit lagi.” gadis itu menjawab setengah sadar.

Gea mengancam akan menyiram Lia dengan air jika tidak segera bangun. Karena sahabatnya itu tidak pernah main-main dengan ucapannya, maka Lia segera beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.

“Gea kakak lo ganteng banget ya?”

“Iya dong! Kayak adiknya yang cantik ini.” Lia mencibir.

“Tapi kok dia kayak ga mau natap gue yaa?” tanya Lia penasaran, gadis itu sadar bahwa Dirga selalu memalingkan pandangan darinya.

“Entah. Btw lo semalem pake daleman?”

“Daleman apa?” Lia tidakmengerti maksud Gea.

“BH sama CD maksud gue!”

“Engga hehe, kan gua ga bawa ganti. Lagian daleman gue udah kotor kena keringet.”

“Bahlul memang anda ini! Lo kan semalem ke luar kamar? Kalo diliatin gimana?”

Lia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “semalem gue cuma ke rooftop, sepi kok ga ada orang sama sekali. Kan udah malem.”

“Ya pantes aja kak Dirga ga mau liat lo!”

“Ahhhh gue malu!” Lia menutupi wajahnya, gadis itu tidak sadar jika tidak mengenakan dalaman. Dan dengan percaya dirinya membukakan pintu dan keluar kamar dengan pakaian minim.

Satu jam kemudian mereka sudah siap untuk check out, karena tidak ingin kepanasan mereka bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke Karanganyar dengan motor Lia.

Setelah satu setengah jam perjalanan mereka tiba di rumah Lia. Sepanjang perjalanan Gea dibuat takjub dengan pemandangan sekitar. Begitu indah, sejuk, dan asri. Mereka berhenti di Kebun Teh Kemuning untuk menikmati makan siang.

“Ihh gue sih betah tinggal di sini. Bagus banget pemandangannya, udaranya juga masih bersih.”

“Yakinn? Di sini jauh dari mall loh, jaringan juga susah.”

“Yakin lah, kan yang ga bisa hidup tanpa sosmed dan mall itu lo!”

Lia meringis membenarkan perkataan Gea.

 











Pada jatuh cinta sama Dirga juga ga???

Thank u udah baca :)
Don't forget to vote and comment.
Ditunggu kritik dan sarannya ❤
 

Duda Lebih Menggoda (END)Where stories live. Discover now