see it.

132 63 81
                                    

"Seseorang pernah berkata padaku: Orang cantik tidak selalu baik. Tapi orang baik itu selalu cantik"

Kringgg kringgg kringg......

Kubuka mata sembabku perlahan sambil meraih Iphone di sebelah kiriku. "Hhmmm hhaloo?........." Jawabku sedikit serak.

"Suhaa!!!Bangun sekarang!!!!!kalo nggk jatah cuci piring seminggu kedepan, kamu!!!!!!" Ucap Kak Lisna sambil berteriak.

Mataku terbelalak lebar, tanpa pikir panjang aku langsung turun ke lantai bawah. Kulihat Ayah dan Kak Lisna sedang memasak di dapur. Sementara Kak Azfa menyiapkan meja makan.

Mata Kak Lisna menatapku tajam. Lalu kembali fokus ke pekerjaannya.

3 tahun semenjak Ibu meninggal, Kak Lisna jadi sangat dewasa, mengambil alih semua pekerjaan rumah yang biasa Alm. ibu lakukan. Terutama Sifat mengaturnya.

"Suhaa, mandi dulu baru makann!!" Ucap Ayah setelah melihat aku mengambil se-entong nasi.

Aku menyeringai, lalu beranjak ke kamar mandi.

Ada nggk sih yg lebih nggk beruntung di banding aku?.

Aku menepuk-nepuk pipiku sambil bercermin. "Nggk nyangka ternyata aku sejelek ini, huahhh".

Meja makan sudah penuh dengan makanan, kulihat kak Azfa makan sambil sibuk dengan Iphone miliknya. Sementara Kak Lisna makan dengan tenang. Pandangan Ayah tiba-tiba menuju padaku "Suha kapan mulai ujiannya?"tanya ayah sambil mengambil beberapa tempe.

Aku menyeringai "Minggu depan yah, oiya nanti aku bakalan balik telat Yah, mau belajar bareng temen-temen"

Ayah mengangguk sambil menelan beberapa makanan "Siapa? Geng kampung?" Lanjutnya.

"Bukan geng kampung, Ayahh. Temen-temen kampung" Ucapku sambil tertawa kecil. "Di tempat Haikal yah, sekalian makan-makan. Kan dia baru balik Lomba matematika dari Jogja, syukuran gitu ceritanya. Udah titip banyak buah tangan nihh" Sambungku sambil tertawa lepas.

Kak Azfa ikut tertawa "Aku mintain sekalian gih, barangkali di bawain pula"ucap kak Azfa.

"Suhaa, hobi banget malakin anak orang, jangan di biasain! Kasihan, Haikal itu Saudaranya banyak" Ucap kak lisna ketus.

Suasanya mendadak berubah hening setelah kak Lisna berkomentar. "Hehe..iya kak Lisna" Ucapku dengan nada mengejek.

Aku keluar dengan seragam abu-abu putih kebanggaan, totebag hitam kesayangan, sepatu hitam pekat yang wajib banget di pakai pas hari senin. Perlanan aku berjalan melintasi jalan kampung di antara rumah yang saling berjajar. Sinar matahari yang mulai muncul, mulai mengiringi langkahku.

Dari belakangku muncul Fatima Andira, tetanggaku yang paling cantik, anak semata wayang bertubuh langsing, idaman para cowok di sekolah kami, meskipun otaknya suka ngeLag alias Lo-la tapi dia cukup pintar terutama pelajaran Fisika dan Matematika. Berjalan selaras dengan tenang sambil memakai lipstik merah di bibirnya, memang hobi make up.

Dari rumah sebelah kiri jalan, Rumah paling elite se-kampung. Rafif Al Huda anak bungsu dari 2 bersaudara keluar dengan menenteng ransel mahal, sepatu adidas anti KW, Rambut mengkilap ber-pomade, badan kurus tinggi, suka sok asik, anti jual mahal, pemain basket nomer 1 , dijamin playboy cap badak. Berjalan mengikuti kami dengan Sok iye.

Menyusul Muhammad Daffa dari dari samping kiri. Anak sulung dari 2 bersaudara. Badannya yg sedikit berisi, humoris, pintar seni dan olahraga, Paling sederhana. Kapten sepakbola yang punya fansclub bernama "Daffwin". Berjalan dengan santai sambil menenteng skateboard hasil malak adek kelas.

ADD STORY [REVISI]Where stories live. Discover now