two

85 27 13
                                    

LuHan, dokter manis tersebut baru saja sampai ke tempat dimana ia bekerja. Dikarenakan jarak dari Seoul dan Dangjin yang bisa dibilang tidak dekat. Buru-buru ia memarkirkan mobilnya dan berlari ke dalam rumah sakit sembari mengenakan jas dokternya.

LuHan berlari ke arah perawat Zhang yang tadi menelponnya di UGD. "Bagaimana kondisi pasien setelah sudah dilakukan EKG?" Tanya LuHan sembari mengatur napasnya.

Perawat Zhang segera memberikan gulungan menggambarkan irama jantung pada LuHan. Sementara LuHan melihatnya, perawat Zhang membantu menerjemahkan hasilnya pada dokter spesialis yang menjadi ketua tim. "Setelah dilakukan EKG, irama sinus, laju jantung 96x/menit, aksis normal, elevasi segmen ST: II,III, aVF,V3R,V4R, V7-V9, 'depresi' segmen ST: V2-V4, I, aVL. Pada grafik selanjutnya terjadi penurunan detak jantung mulai putus, dan jauh dari irama normal."

LuHan mengangguk tanda mengerti kemudian dikembalikannya gulungan tadi dan mulai mendekati pasien, mengeluarkan senter kecil dari saku nya dan mengarahkan nya pada bola mata pasien. "Lalu hasil darahnya?"

"Hasil darah dari laboratorium menunjukkan Hb: 13g/dL, Ht: 50%, leukosit: 11.000, Ck: 249, Mb: 51, αHBDH: 1203."

"Dugaan saat ini adalah infark miokard, dan pasien juga mengalami syok kardiogenik. Berikan suplai oksigen beserta nitrat intrvena untuk kejangnya."

Perawat Zhang mengangguk kemudian melakukan apa yang disuruh oleh LuHan, sementara LuHan yang masih saja sibuk memastikan detak jantung dari pasiennya.

"Dokter Huang" panggil LuHan kepada dokter muda di Dangjin hospital itu. "Y-ya dokter Lu?" LuHan terkekeh mendengar suara dokter Huang yang gugup seperti itu.

"Tidak usah terlalu gugup dokter Huang, saya hanya meminta tolong untuk siapkan peptidin." mendengar perintah dari sang ketua tim buru-buru dokter Huang mempersiapkan peptidin.

"Ini dok."

"Perawat Zhang dan dokter Huang, miringkan tubuh pasien. Aliran pernafasan nya tersumbat. Dalam hitungan satu‐.., dua-.., sekarang!"

Tubuh pasien sudah miring. Perawat Zhang dan dan dokter Huang sibuk memasangkan oksigen. "Tingkat kejenuhan oksigen delapan puluh persen."

LuHan mengangguk kemudian menyuntikkan anestesi pada tubuh pasien. "Bagaimana dengan morfin, dok?"

"Hindari morfin dalam keadaan seperti ini, morfin menyebabkan tekanan darah menurun dan denyut nadi menjadi sangat lemah. Jika tetap memberikan morfin pada pasien infark miokard bisa terjadinya potensi gagal jantung yang dialami pasien semakin besar. Mengerti?" Tanya LuHan.

"Mengerti dok."

LuHan tersenyum, "denyut nadi?" Tanya nya.

"Denyut nadi dan irama jantung menuju batasan normal dokter Lu."

LuHan meletakkan suntikan ditempat khusus, dan kemudian meletakkan stetoskop di saku jas kerjanya. "Awasi terus pasien" perintahnya yang kemudian disetujui oleh perawat Zhang dan dokter Huang.

LuHan berjalan dan melihat ponselnya yang sedari tadi ia melakukan pertolongan berada di sakunya. Ia tak sempat pergi keruang kerjanya dan alhasil membawa ponselnya sampai ke ruang UGD.

Membuka ruang obrol antara dirinya dan sang kekasih untuk memberi kabar. "Hey calon appa, aku sudah selesai dengan operasi kali ini. Maaf aku tidak bisa bersamamu tadi ya? Aku mencintaimu sangat! Beri aku kabar jika kau sudah membaca pesan ini." Kira-kira begitulah isi pesan yang dikirim LuHan untuk Sehun.

Tersenyum kecil kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ruang kerjanya. Sesampainya ia diruang kerjanya—

.
.
.
.

TANGLED (얽힌)Where stories live. Discover now