68 - Dia Menahan Sakitnya

57.5K 6.5K 2.8K
                                    

Aku seneng kalian antusias, aku gak boomg sama ucapanku yang 2k coment. Kalo kalian bisa tembusin, aku beneran kasih hadiah. Suerrrrrrr

Tunjukin emot: 🐻

Tunjukin emot: 🐻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***


Siapa orangnya yang bisa tenang ketika melihat orang yang dicintainya tengah terbaring berjuang antara hidup dan mati. Sudah hampir satu jam lamanya, Aster menunggu dokter keluar dari ICU tapi tak juga keluar.

Aster duduk bersandar di tembok rumah sakit. Keadaannya sangat kacau, mata yang memerah dan sembab, rambut acak-acakan, juga tubuhnya yang sedikit ada bercak tanah. Ia menjambak rambutnya sendiri, benar-benar khawatir pada keadaan Zhiva.

Tangisannya terdengar sangat memilukan, membuat siapapun yang mendengarnya pasti ikut merasakan kesedihan yang ia rasakan.

"Gue gak siap... Gue gak akan pernah siap tanpa Zhiva..." dia bergumam, kepalanya terus menggeleng  seolah tak terima akan kenyataan bahwa Zhiva tengah tidak baik-baik saja.

Tanzil menatap Aster dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, dia melenggang mendekat mensejajarkan tingginya dengan cowok itu.

Tangannya bergerak memegang bahunya. "Aster." panggilnya. Aster mendongak, menatap Tanzil dengan tatapan terlukanya.

Jika sedang begini, inilah saat terlemah Aster. Dan, Tanzil lah yang harus mengambil peran. Ia sadar akan posisinya sebagai anak tertua, yang artinya ia harus menjadi yang terkuat untuk menguatkan mereka.

"Bang, gue gak siap kehilangan Zhiva.." lagi, kalimat itu lagi yang keluar dari mulut Aster.

Tanzil mengangguk paham. "Lo yakin akan kehilangan Zhiva?" kepapa Aster menggeleng lemah. "Terus kenapa lo selalu ngomong gak siap kehilangan dia? Zhiva disana sedang berjuang demi kita, dan seharusnya kita disini juga berjuang untuk dia." ucap Tanzil dengan kilatan tajamnya.

"Bukan malah terus-terusan bilang gak siap, lo harus yakin kalo Zhiva pasti selamat." sambung lelaki itu.

Aster hanya diam, semua ucapan yang Tanzil lontarkan memang benar. Tidak seharusnya Aster seperti ini, dia harus yakin jika nantinya Zhiva pasti akan selamat.

"Bang... Gue..."

"Sekarang gue minta lo berdiri, bangun jangan nangis lagi."

"Tap—"

"Gue minta lo berdiri sekarang." potong Tanzil cepat.

Dengan gerakan lemah Aster bangkit, tak lagi duduk menunduk bagai orang yang kehilangan arah. Ia kini berdiri, meski masih dengan wajah kacaunya.

BUGH!

Entah karna alasan apa, tiba-tiba saja Tanzil menghadiahinya bogeman mentah. Membuat kini secuil darah keluar dari sudut bibirnya, namun Aster sama sekali tak membalas itu.

ASTERLIO [SELESAI]Where stories live. Discover now