02 - Pengkhianat

182K 15.5K 2.2K
                                    

Selamat membaca♥
Typo bertebarannnn⚡⚡⚡

🐻🐻🐻

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Tanzil terus menerus melayangkan pukulan-pukulan keras ke seseorang yang tengah duduk terikat didepan dirinya, orang yang masih terus menutup mulutnya tak berniat menjawab pertanyaan Tanzil sama sekali.

"ANJING LO! DASAR BABI!!" makinya dengan tangan yang masih terus menghadiahi pukulan indah.

"Bang, gue juga mau dapet bagian" Utara menyingkirkan Tanzil dengan entengnya.

Ditatapnya orang yang masih saja tutup mulut meski sudah disiksa sedemikian rupa, dia menghela nafasnya panjang. Melihat musuhnya yang hanya diam tanpa melawan, sungguh membuat Utara berpikir keras.

"Kapan sih lo mau ngomong? Sariawan? Atau lo bisu? "

"Lebih baik gue mati, daripada gue bocorin semuanya dan biarin kalian semua menang "

"Lo mau mati? Tenang aja, itu pasti terjadi tapi sekarang tugas lo gampang banget. Jawab pertanyaan dari gue" ujar Utara menatap musuhnya lekat.

"Gue jamin, kamatian lo pasti akan jauh lebih menyakitkan " sambungnya.

Utara mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya, dengan sentuhan indah dia menyentuh tubuh musuhnya dengan sangat halus menggunakan pisau itu. Senyum devilnya terukir jelas diwajah tampannya, musuhnya mulai tegang melihat jiwa psikopat Utara mulai muncul.

Di sisi lain Aster hanya melihat adegan itu dengan santainya, tangannya memegang satu snack yang ia makan dengan lahapnya. Melihat pemandangan dimana ia melihat seorang pengusik yang tengah disiksa benar-benar menambah nafsu makannya.

"Bang, nanti dia matinya gimana?" tanya Ciko yang sudah sejak tadi berdiri disamping Aster.

"Dia bakalan mati dengan cara yang sangat indah, lebih baik lo pantengin terus dan ingat lalu praktekkan pada orang-orang yang memang pantas mendapatkan itu" jawab Aster enteng tanpa mengalihkan pandangannya dari adegan eksekusi.

Sesuai dengan perintah Aster, Ciko mengamati adegan itu dengan sangat teliti. Dia melihat dengan jelas semua yang dipertontonkan, mulai dari saat Utara menyayat dengan perlahan pipi musuhnya itu. Dilanjut dengan adegan kasar menyayat tangannya, Ciko bergidik ngeri melihat itu.

Berbeda dengan Aster yang tersenyum puas mendengar musuhnya yang berteriak kesakitan, -ahh sungguh indah untuk dinikmati.

"Mau lagi? Mau yang lebih sakit? " tanya Utara menyentuh karya seni yang telah dibuatnya dipipi musuhnya.

"Dasar iblis! "

"Oh tentu, semua orang tau kalau gue itu iblis" jawab Utara enteng membanggakan dirinya.

SRASHH!

Pisau menancap dengan tepat didada kiri orang yang tengah terduduk itu, dalam hitungan detik laki-laki itu sudah tidak lagi bernyawa.

SREETT

SREETT

Darah mengucur deras dari tubuhnya, tak puas melihat musuhnya yang telah mati. Utara menambah sayatan di leher dan dadanya, emang dasar sinting!

"Apain sih kok langsung dibunuh?! " tanya Aster melempar snack yang berada didalam genggamannya.

"Gue nggak suka dia, kurang menarik karna nggak ngelawan sama sekali" jawab Tanzil memasukan lagi pisaunya dalam saku.

ASTERLIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang