💰PENOLAKAN💰

10 3 0
                                    

Rabu pagi, sesuai apa yang sudah aku katakan kepada ibu, kalau aku akan ke SMA untuk melengkapi berkas pendaftaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rabu pagi, sesuai apa yang sudah aku katakan kepada ibu, kalau aku akan ke SMA untuk melengkapi berkas pendaftaran. Aku amati melalui web dari rumah posisiku masih aman, masih berada di tengah-tengah sejauh ini. Jadi aku tidak khawatir kalau nanti kegeser.

Semalam aku sudah menghubungi Mbak Jizah untuk menamani ke SMA. Dan saat ini, aku tengah bersiap-siap untuk berangkat ke SMA. Selesai bersiap-siap, aku hampiri Mbak Jizah ke rumahnya.

“Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh, Mbak Jizah.” Aku di depan rumahnya sambil setengah meneriakinya yang berada di dalam.

“Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh. Masuk dulu, Za. Aku mau memakai kerudung terlebih dahulu, ” sahut Mbak Jizah yang tidak tahu di mana wujudnya.

Aku pun masuk ke rumahnya, lalu duduk di ruang tamu. Beberapa menit kemudian, Mbak Jizah sudah siap dengan pakaian rapi. Kami pun berangkat ke SMA dengan mengendarai sepeda motor. Di jalan tampak ramai orang berlalu lalang menggunakan kendaraan bermotor.

Setibanya di SMA, ternyata sudah ramai para calon siswa baru beserta walinya. Sedangkan aku yang sudah tahu tujuannya ke mana, aku langsung menuju ruangan panitia untuk melengkapi berkas pendaftaran waktu itu. Mbak Jizah hanya menungguku di parkiran tanpa berminat menemaniku.

Selesai mengurus berkas, aku menghampiri Mbak Jizah yang sedang santai duduk di jok motornya.

"Mbak Jizah,” panggilku kepadanya.

Mbak Jizah menoleh ke arahku. “Sudah selesai?” tanyanya untuk memastikan.

Aku angggukkan kepala dan berkata, "Sudah. Ayo pulang!” ajakku sambil memakai helm.

Mbak Jizah pun sudah memakai helm, dan mulai mengendarai motor keluar dari halaman SMA. Sepanjang jalan perasaanku mulai tidak tenang. Posisiku di SMA sana mulai terancam tidak diterima, karena masih banyak murid yang belum mendaftar. Yang bisa kulakukan hanyalah berdoa kepada-Nya, agar diterima bersekolah di sana.

Sampai di rumah, aku istirahat sebentar di kamar. Hingga waktu sore hari, ibuku sudah pulang dari pasar. Dengan keadaan yang lelah sekali dan langsung berteriak.

“Za! Udah nyapu dan ngepel belum? Kok lantainya masih kotor.”

Teriakan itu membuatku terbangun dengan keadaan kaget. Buru-buru aku ambil sapu, lalu menyapu rumah. Selesai menyapu, aku ambil alat pel untuk mengepel lantainya. Saat mengepel nenekku keluar dari kamar dan berkata ke ibuku,“Tadi Busyra minta susu ke Fariza enggak dibuatkan. Malah dibikin nangis dan teriak-teriak.”

Aku yang merasa terpanggil hanya bisa membatin, "Mulai, deh. Adu domba terus. Kapan damainya.”

Sedangkan Ibu hanya diam dan membiarkan apa yang dikatakan Nenek.

Nenek kembali berbicara, “Tadi aku masak sayur. Aku enggak suka makan tanpa sayur.”

Ibu masih dalam keadaan diam dan fokus memasak, lalu Nenek berkata lagi, “Kamu besok masak apa? Jangan goreng-gorengan, ya. Nanti kolestrol, aku enggak bisa makan.”

Accounting Dilemmas [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang