💰PERTAMA💰

6 1 0
                                    

Suasana kantin ini sangat ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana kantin ini sangat ramai. Banyak anak laki-laki yang berada di tengah pintu, sehingga menghalangi langkahku untuk masuk ke kantin. Dengan terpaksa aku putar arah, tidak jadi ke kantin. Aku kembali ke kelas sendirian dengan menundukkan kepala. Akan tetapi, langkahku terhenti akibat teriakan seseorang.

“Zaza!” teriak seseorang dari belakang yang membuatku kaget, serta spontan menoleh ke arah suara.

Ternyata Aidan yang memanggil namaku. Dia pun menghampiriku dengan membawa beberapa bungkus makanan ringan di tangannya. Aku yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala keheranan dengan sikapnya.

“Aku beli jajan kebanyakan. Makan bareng mau enggak?” tawarnya kepadaku dengan senyumnya yang mengembang.

Aku tersenyum lalu berkata, "Boleh, deh. Mau makan di mana? Depan kelas aja, deh.”

Aidan menganggukkan kepala tanda setuju. Kami pun berjalan menuju depan kelas, lalu duduk di teras sambil makan makanan ringan yang dibelikan oleh Aidan. Aku yang sedang fokus makan itu tiba-tiba terhenti oleh sesuatu yang kulihat. Fokusku tertuju pada mata Aidan, dia tampak memerhatikanku sedari tadi.

Dia kenapa, ya? Kok menatapku sampai segitunya, batinku saat melihat balik ke arahnya. Dia yang sadar akan tatapanku kemudian memalingkan wajahnya. Aku pun tersenyum atas tingkah lucunya.

“Kemarin kenapa enggak mau kasih tahu alamat rumahmu?” tanyanya sambil mulutnya dipenuhi makanan.

“Nanti juga kamu tahu sendiri, kok. Hmm, aku sudah kenyang. Terima kasih atas traktirannya. Kamu baik banget, deh. Aku masuk kelas dulu,” ujarku, lalu meninggalkan dia sendirian.

Beberapa menit kemudian, Aidan masuk setelah ada bunyi bel. Aku yang melihatnya hanya tersenyum santai. Tidak berselang lama kemudian, Pak Haidar masuk ke ruang kelas kami.

“Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh,” salam Pak Haidar yang sudah duduk di kursi guru.

Serentak kami menjawab, "Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh.”

Pak Haidar lalu bangkit dari duduknya dengan kedua tangan dilipat di depan dada sambil membawa spidol. “Selamat pagi semua. Kali ini kita akan membahas tentang mengelola kas bank. Pengertian kas, apa ada yang tahu kas itu apa?” tanya Pak Haidar kepada kami.

Semua murid diam dan saling memandang. Menandakan tidak tahu dan belum paham. Hingga lima menit telah berlalu, masih tidak ada yang mengangkat tangannya. Akhirnya Pak Haidar berucap, "Mungkin kalian masih belum tahu soal kas, ya. Baik, biar Bapak jelaskan saja. Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan bisa berupa uang kertas atau logam dan surat lainnya yang memiliki sifat seperti uang. Ciri-ciri alat pembayaran sendiri ada dua, yaitu; Pertama, dapat digunakan sebagai alat pembayaran atau media tukar saat dibutuhkan suatu perusahaan. Kedua, diterima sebagai setoran oleh bank sebesar nilai nominal yang di dalamnya.”

Pak Haidar menghentikan percakapannya sebentar, lalu menarik napas dalam-dalam kemudian dikeluarkan pelan-pelan. “Jadi kas itu bisa diartikan sebagai alat tukar menukar dengan memiliki nilai nominal uang. Lanjut ke bagian identifikasi kas. Pada identifikasi kas ini ada beberapa yang tergolong kas, yaitu; Pertama, uang tunai berupa uang kertas atau logam baik mata uang dalam negeri atau luar negeri. Kedua, uang kas yang disimpan di bank dalam bentuk rekening giro. Ketiga, cek yang diterima perusahaan dari pihak lain sebagai akat pembayaran. Keempat, cek perjalanan, yaitu cek yang diterbitkan oleh bank untuk melayani nasabah yang melakukan perjalanan jarak jauh. Contohnya biaya transportasi. Kelima, cek kasir, yaitu suatu perintah dari bank kepada bank itu sendiri untuk melakukan pembayaran kepada pihak lain. Keenam, wesel pos yang sifatnya dapat segera dijadikan uang tunai. Ketujuh, simpanan uang di bank luar negeri yang tidak dikenakan penarikan dan saldo dalam neraca dilaporkan dalam mata uang rupiah sebesar nilai kurs. Kedelapan, money order, yaitu surat perintah membayar sejumlah uang tertentu. Yang terakhir, bank draft, yaitu cek atau perintah membayar dari bank yang memiliki rekening di bank lain, dikeluarkan atas permintaan nasabah melalu penyetoran terlebih dahulu. Nah, itu tadi yang termasuk dalam kas,” jelas Pak Haidar dengan nada tegas.

“Pak, kalau yang tidak termasuk kas apa saja?” tanya Atma tiba-tiba yang langsung dilihat oleh teman-teman lain.

Pak Haidar pun menatap ke arah Atma. Sedangkan aku yang di samping Atma langsung menundukkan kepala. Tidak berani melihat ke Pak Haidar lebih lama.

“Sabar, ya. Emang kamu sudah paham apa yang Bapak jelaskan tadi?” tanya Pak Haidar balik ke Atma. Membuat Atma menggelengkan kepala tanda belum paham.

Pak Haidar pun menggelengkan kepala dan berkata, "Astagfirullah. Ya, sudah. Mari kita lanjut membahas apa saja yang tidak termasuk dalam kas. Pertama, uang kas yang dikeluarkan, seperti dana pelunasan deviden, dana pelunasan obligasi, dan lainnya. Kedua, persediaan materi dan perangko. Ketiga, cek mundur, yaitu cek yang sebelum jatuh temponya. Keempat, wesel tagih, yaitu surat perintah tertulis tanpa syarat kepada pihak yang ditagih. Kelima, surat berharga jangka pendek seperti saham atau obligasi. Keenam, surat berharga jangka panjang seperti simpanan di bank, di mana jangka panjang waktu pengambilan sudah ditentukan. Ketujuh, cek kosong ,seperti cek ditolak karena dananya tidak cukup. Kedelapan, rekening giro bank luar negeri yang tidak segera diuangkan. Sepertinya itu saja yang bisa Bapak sampaikan. Apa ada yang ingin ditanyakan?”

Hening seketika tanpa ada yang bersuara. Menandakan paham, dan tidak atas apa yang dijelaskan oleh Pak Haidar. Tiba-tiba ada yang bersuara, membuat kami semua menoleh ke arah sumber suara.

“Pak, kira-kira kami bakal dapat bukunya atau tidak?” tanya Ical langsung intinya.

Aku yang mendengar itu tersenyum, lalu membatin, terlalu intinya. Ini niatnya pengen beli buku atau hanya formalitas?

“Aduh, Ical! Kamu itu terlalu buru-buru. Mau beli buku atau cuma tanya saja,” singgung Aidan yang membuat seisi kelas tertawa.

“Hehe, biarin saja. Yang penting tanya,” balasnya dengan nada mengejek.

Pak Haidar yang melihat percakapan kami dan tingkah laku kami, hanya bisa menggelengkan kepala keheranan. “Bukunya bisa difotokopi. Nanti ketua kelas datang ke kantor ambil bukunya, ya. Ketua kelasnya siapa?” tanya Pak Haidar, lalu dibalas dengan gelengan kepala oleh kami.

“Kok, belum ditentukan ketua kelasnya. Ya sudah, nanti Ical dan laki-laki yang bersuara tadi siapa itu. Nanti kalian datang ke kantor saja,” ujar Pak Haidar dengan jelas.

Setelah itu, terdengarlah bunyi bel tanda berakhirnya pembelajaran. Pak Haidar pun sudah keluar kelas dengan didampingi oleh Ical dan Aidan di belakang. Sebelum keluar kelas, Aidan melirikku dengan tatapan aneh. Aku yang dilihat hanya bisa memalingkan muka.

Aku pun bergegas merapikan tas dan pulang. Tidak memedulikan teman kelas yang masih setia di dalam. Namun, saat beberapa langkah menuju keluar gerbang. Tidak sengaja aku dipertemukan oleh Aidan. Dia tersenyum ke arahku, aku hanya tersenyum kecil lalu pergi meninggalkannya.

Tiba di pangkalan angkutan umum, aku langsung masuk ke dalam mumpung masih sepi. Jadi, tidak perlu berdesakan dan panas-panasan menanti angkutan umum. Beberapa menit kemudian, angkutannya sudah sampai dan aku pun bergegas turun. Segeralah pergi menuju rumah untuk melakukan aktivitas rutinan seperti biasa.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Accounting Dilemmas [TERBIT] Where stories live. Discover now