1. I Want to Know Your Name

2.3K 286 41
                                    

Kedua bola mata Mew laun membuka, napasnya mengembus panjang. Dan hal pertama yang menyapa ainnya adalah sosok pria manis yang masih erat mendekap tubuhnya dengan mata masih terpejam nyenyak.

Senyumnya mengembang tipis, dielusnya paras pria yang tak ia ketahui namanya itu. Mew tak menyana akan menghabiskan malam dengan pria ini, bercinta, dan berbagi tempat tidur. Terus terang, semalam itu terasa menyenangkan bagi Mew, sangking menyenangkannya ia sampai tak rela meninggalkan pria ini begitu saja.

Jadi, selagi menunggu pria itu bangun, perlahan ia menyingkirkan tangan pria yang melingkar di pingangnya tersebut , ia juga memindahkan kepala yang semula bersandar di dadanya ke atas bantal sebelum turun dari ranjang untuk membersihkan diri.

Ahhh Mew jadi ingat bagaimana semalam itu tubuh keduanya bersatu, bagaimana kulit polos mereka saling bersentuhan, bertukar liur dan keringat, memenuhi ruangan ini dengan desahan, dan bersama-sama mengais nikmat dari gairah yang terus membakar keduanya.

It was one of the best sex ever, pikir Mew.

Usai mandi dan kembali berpakaian, Mew mengemasi barang-barangnya, bersiap untuk meninggalkan kamar hotel yang masih satu gedung dengan klub yang ia datangi semalam. Namun begitu tangannya terjulur meraih kenop pintu, gerakannya terhenti dan kepalanya menoleh menatap punggung pria itu masih berada di atas tempat tidur, damai dalam lelap.

Hela napasnya kemudian terdengar nyaring dan kakinya kembali membawa dirinya masuk ke dalam kamar. Mew mengambil gagang telepon di atas nakas dan menghubungi layanan kamar agar mengantarkan sarapan ke kamar yang ia tempati.

Mew lalu menjatuhkan bokongnya ke atas kursi dan menopang dagu. Detik per detik waktu berjalan hanya untuk ia habiskan demi menatap punggung yang membelakanginya dan penuh dengan bekas ciuman hasil karyanya semalam.

Hmm aneh. Sungguh, setelah melakukan seks semalam biasanya Mew tak memedulikan pasangannya di keesokan harinya. Ia terbangun, mandi, lalu meninggalkan partnernya dengan secarik kertas bertuliskan ucapan terima kasih. Begitu saja. Selalu tidak ada hal yang spesial dari itu semua.

Namun kali ini, ia mengingkari kebiasaannya. Ia mana mau memandangi punggung seseorang untuk beberapa lama seperti ini. Ia juga mana mau menunggu pasangan semalamnya terbangun.

Jadi, apakah kali ini istimewa?

...

...

Manik serupa kelamnya malam milik pemuda yang Mew temui di klub itu kini terkuak, pelan ia mengerjap. Netranya menangkap sosok yang telah menggauli tubuhnya hampir semalaman duduk di sofa dengan ponsel di tangan dan meja yang penuh makanan.

Untuk beberapa jenak Gulf bergeming, antara mengumpulkan nyawa dan memandangi pria itu dengan pikiran melayang-layang. Tidurnya semalam terasa lebih nyenyak dibandingkan tidur-tidurnya yang lain, ia juga tidak mengalami mimpi buruk. Apa ini hanya kebetulan?

"Jam berapa sekarang?" menjadi ucapan yang pertama Gulf katakan di pagi ini pada pria itu seraya menahan rasa sakit di sekujur tubuh saat ia mencoba untuk bangkit dari tidurnya.

Suara parau dan gerakan itu menarik perhatian Mew, ia campakkan ponselnya ke atas meja dan mengalihkan perhatian sepenuhnya pada pria manis itu. Sudahkah Mew memuji betapa indahnya pria itu? Bahkan saat ia baru bangun tidur pun, tak peduli matanya yang masih membuka setengah, atau rambutnya yang berantakan, atau rautnya saat menguap, ajaibnya di mata Mew ia tetap nampak seperti keturunan Aphrodite.

"Sekarang sudah pukul sepuluh," jawab Mew dengan mata yang masih tersihir pada teman kencan semalamnya tersebut.

"Aahh," gumam Gulf. "Kupikir aku akan terbangun sendirian, tidak ku sangka ternyata kau masih di sini." berdasarkan pengalamannya, tiap kali ia melakukan seks satu malam, begitu pagi menjelang, antara ia yang bangun sendiri atau ia yang pergi lebih dulu. Gulf tak akan pernah menemukan wajah pasangannya lagi di esok hari seperti yang terjadi sekarang ini.

I Want You to the BoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang