12. I Want to be Alone

1.1K 153 11
                                    

Warning: Karena aku bukan seseorang yang berasal dari bidang hukum jadi, jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penjelasan yang berkaitan dengan proses hukum, mohom maklum dan aku minta maaf. Buat kalian yang lebih mengerti juga bisa dikoreksi yah.

"Hei, kau sudah bangun, Sayang?" ucap Mew pada Gulf yang baru saja keluar dari kamarnya. Rambut kekasihnya nampak berantakan dan matanya yang tengah dikucek masih kelihatan mengantuk. Matanya tampak membengkak. Ia mendekati pria manisnya, memeluknya, lalu merangkul pinggangnya seraya memberikan kecupan di pipi. "Kau pasti lapar kan?" Gulf mengangguk. "Aku buatkan makan siang sebentar yah. Kau duduk dulu saja." Mew menggiring Gulf menujumeja makan dan mendorong bahunya untuk duduk. Gulf belum makan apa-apa dari pagi, pun dengan Mew yang terlalu cemas sampai membuatnya tak bisa makan.

Dosen tampan itu lantas mengambil celemek dan mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas. Sesekali ia akan menengok ke arah Gulf yang kini kembali menyandarkan kepalanya di atas meja. Ia membuang napas perlahan.

Pagi itu, saat ia memberitahu Gulf tentang fakta kasus ibunya yang ternyata melibatkan Mai, ibu tirinya yang dicurigai sebagai tersangka utama, kesayangannya tidak memberikan komentar apa-apa. Namun, Mew yakin Gulf pasti terguncang, sehingga ia hanya bisa memeluk Gulf dan mengusap punggungnya dengan lembut.

"Sayang, kalau kau mau menangis, menangis saja, jika kau ingin teriak, kau bisa teriak." Mew berkata dengan sebuah kecupan di kening Gulf. Untuk beberapa saat, Mew tak mendapat respon apa-apa dari Gulf. Ia hanya bisa merasakan kausnya basah. Gulf menangis yang tak lama diikuti oleh suara isak tangis.

Sekian menit berikutnya, Gulf memundurkan wajahnya. Hati Mew serasa dirobek melihat basah di wajah sang kekasih. Ia mengusap pipi Gulf dan mengecup kedua kelopak matanya. "Maaf aku sudah memberitahumu kabar buruk itu. Itu pasti sulit bagimu."

"Apa boleh aku minta waktu sendiri?" ucap Gulf nyaris berbisik. Ada banyak macam perasaan yang berkecamuk dalam benaknya. Sedih, marah, kecewa, frustrasi, semuanya bercampur aduk dan membuatnya tak karu-karuan seolah dadanya dijatuhkan beton.

"Tapi janji kau tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya?"

Gulf mengangguk. "Kalau kau dengar sesuatu jangan masuk. Jika sampai sore aku tidak keluar, kau boleh masuk ke kamarku dan mengecek kondisiku. Aku janji tidak akan menyakiti diriku sendiri, dan jika butuh bantuan aku pasti bilang."

Mew pun menganggguk, sebelum beranjak dari tempat tidur. "Aku akan selalu di sini." Diciumnya kembali kening Gulf cukup lama sebelum benar-benar meninggalkan kekasihnya. Rencananya membuat sarapan untuk Gulf harus diurungkan. Mew tak bisa memaksa untuk menetap meski sebetulnya ia khawatir dengan kondisi Gulf.

Setelah Mew keluar kamar dan mencuci muka di kamar mandi luar. Mew tak bisa berhenti mencemaskan Gulf. Mew sempat mendengar suara raungan tangisan dari dalam, ia juga sempat mendengar suara pecah dan dentuman keras, sepertinya Gulf melempar beberapa barangnya. Mew mati-matian menahan dirinya untuk tidak masuk ke dalam kamar Gulf karena ia sudah berjanji.

Mungkin memang itu cara Gulf melampiaskan segala yang ia rasakan setelah mendapat kabar soal Mai dari Mew. Mew mengerti bagaimana frustrasi dan terpukulnya Gulf saat ini, jadi ia akan membiarkan tindakan Gulf sekarang.

Kurang lebih setengah jam kemudian Mew sudah tidak lagi mendengar suara-suara bantingan dari dalam kamar Gulf. Kamar itu lama-lama menjadi hening. Tak ada tangisan, tak ada teriakan, maupun suara barang pecah. Mew sempat mengintip, ternyata Gulf tertidur. Ia mengendap masuk dan terkejut saat kamar itu sudah tak berbentuk rupanya. Mew segera melihat kondisi tubuh Gulf, takut kalau-kalau ia terluka. Tapi ia tak menemukan apapun, tubuh Gulf masih mulus. Mew pun bisa bernapas lega.

Satu jam kemudian Mew sudah selesai dengan masakannya. Ia memasak menu makanan lengkap dari mulai nasi sampai dengan lauk pauk dan sayur mayurnya. Ia menyajikan satu per satu hidangan buatannya ke atas meja makan, membuat Gulf mengangkat kepala dan menegakkan tubuhnya.

I Want You to the BoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang