prolog

282 34 2
                                    

"sudah selesai."

hwanwoong menatap hasil karyanya sembari tersenyum sendu. sketsa seorang laki-laki berwajah tampan yang merupakan imajinasinya tergores sempurna di atas lembar paling belakang buku hariannya.

mulai dari mata, hidung, bibir, hingga bingkai wajahnya hwanwoong usahakan serapi mungkin, meski ia harus berkali-kali menghapus dan membuat kertasnya kotor.

dua minggu ini menggambar jadi pilihan lainnya menghibur diri selain mencurahkan isi pikirannya dalam bentuk kata-kata. dan berhasil menggambar sesuai kemauannya sudah sangat menyenangkan.

meski akan terkesan aneh, hwanwoong mendambakan sosok fiksi itu menjadi nyata. menciptakannya sebagai sosok lebih besar darinya, memiliki kekuatan yang dapat melindungi dirinya. setidaknya sampai ia lulus dari neraka ini.

pemikiran tersebut membuat hwanwoong menertawai dirinya sendiri. semenyedihkan itu kah, yeo hwanwoong? sampai ia membutuhkan seseorang untuk melindunginya?

"gambar apa?"

hwanwoong berjengit dan reflek mendekap bukunya. ia berpikir kalau itu orang yang akan memukulnya, padahal ia sudah memilih bersembunyi di balik tanaman tak terawat belakang sekolahnya.

rupanya hanya lee keonhee, sahabatnya dari kelas sebelah yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya. hwanwoong dapat bernafas lega sekarang.

sambil menerima sekaleng soda dari tangan pria jangkung itu, ia menjawab, "cuma pahlawan imajinasi aja."

keonhee nyaris tersedak susu cokelat dinginnya, namun tak menimpali apapun. hwanwoong yang sekarang sedang memberi arsiran di bagian rambut karakternya sambil memikirkan nama, ia pun tak sadar sejak tadi diperhatikan oleh keonhee.

"maafkan aku," ucap keonhee dengan sedikut nada penyesalan yang berhasil hwanwoong tangkap.

reflek, hwanwoong mendongak dan tatapan mereka bertemu. "kenapa lagi?" ia jengah karena setiap hari keonhee selalu meminta maaf padanya—

"tidak bisa melindungimu dari berandalan itu."

—untuk sesuatu yang tak pernah diusahakannya.

keonhee sadar bahwa terdapat luka baru di sudut bibir dan pelipis hwanwoong. dan iapun tahu keonhee takut untuk ikut campur. dan sebagai ketua klub jurnalistik rangkap model majalah sekolah, keonhee lebih memilih bermain aman dengan tidak ikut-ikut apabila berandalan yang merupakan putra-putra dari donatur terbesar di tempat mereka belajar itu beraksi.

sayangnya, hwanwoong yang selalu menjadi sasaran mereka. selain badannya yang kecil, namanya sebagai anak dari penipu ulung di kota tersebut sudah cukup menjadikannya sebagai alasan perundungan. entah bagaimana, sekolah mereka masih berbaik hati mempertahankan hwanwoong karena prestasinya.

"tidak apa-apa, keonhee. setahun lagi kita lulus dan semuanya berakhir." hwanwoong tersenyum menenangkan di saat harusnya ia yang ditenangkan. "kembalilah. jangan sampai mereka melihatmu bersamaku."

"mereka merokok di gudang, biar saja."

hwanwoong terkekeh. "bicaramu santai sekali."

kemudian merekapun menghabiskan jam istirahat dengan keonhee yang bercerita bebas mengenai klubnya, pujaan hatinya, dan lainnya, sedang hwanwoong hanya mendengarkan sembari menyelesaikan gambarnya yang entah mengapa, terlihat semakin menyedihkan.

✅° In My Arms [ONEUS - Rawoong]Where stories live. Discover now