epilog

162 34 14
                                    

last chapter to hurt you even more :D

























"mengapa kau tak pernah melapor kalau kau juga pernah di bully oleh anak-anak itu?"

lelaki berambut panjang itu tak menjawab. ia memalingkan wajahnya pada pemandangan di luar jendela dimana murid-murid lain sedang melaksanakan pelajaran olahraga di tanah lapang, sementara ia justru terjebak di ruang bimbingan konseling itu bersama dengan orang yang sangat tidak disukainya.

guru ber-name tag jin yonghoon itu menghela nafas lelah. "son dongju, kau adalah satu-satunya yang menyerahkan rekaman itu pada kami. kenapa baru sekarang kau melakukannya?"

"apakah kau juga peduli kalau aku menyerahkannya dari dulu?" sahut dongju, balas menatap guru di depannya dengan sorot tajam. "bukankah guru-guru di sini hanya menganggap bullying itu 'bercanda' dan membiarkannya terjadi begitu saja?"

"itu karena kau—"

"karena aku memanjangkan rambutku dan mewarnainya? apakah harus aku mengumumkan setiap hari agar kalian tahu bahwa aku melakukan ini untuk ibuku yang gila dan selalu mengharapkan anak perempuan?" dongju mengeraskan rahangnya. "jika aku melakukannya sejak awal, aku sudah takkan selamat. seperti apa yang terjadi pada yeo hwanwoong. bahkan untuk ke ruangan inipun butuh keberanian lebih agar tidak ketahuan dengan berandal-berandal itu!"

yonghoon mengangkat tangannya, menyuruh dongju untuk tenang. "baik, aku mengerti." lalu ia beralih pada siswa lain bertubuh kekar yang berada di sebelah dongju dan merengut sejak tadi. "dan kau, kim geonhak. seharusnya kau menjelaskan lebih banyak karena dari rekaman yang dongju berikan, kau paling banyak terlihat menyiksa hwanwoong."

"aku mengakui kesalahanku," ujar geonhak cepat, terlihat sangat gelisah dan tidak ingin lama-lama di ruangan itu. "aku terpaksa melakukannya karena merekapun memaksaku. jika aku tidak melakukannya, perusahaan ayahku yang sedang masa sulit akan dibabat habis oleh orang tua mereka. puas?"

"lalu bagaimana dengan rekaman terakhir di saat—"

"sudah kubilang aku mengakui kesalahanku!" sentak geonhak, sama sekali tak peduli sopan santun. "dan bukan aku yang merencanakannya. aku tahu mereka akan melecehkan hwanwoong, karena itu aku beralasan aku memiliki urusan mendadak dengan ayahku dan tidak bisa ke sekolah. aku masih punya empati!"

"oh, ya?" tak disangka, dongju menyahut sarkastik. "lalu dimana empatimu selama ini? mengapa baru terlihat sekarang?" tanyanya meniru ucapan yonghoon.

hal itu jelas membuat emosi geonhak tersulut. ia balas menatap dongju tajam "kau harus bersyukur aku tak mencukur rambutmu sejak awal. lihatlah dirimu yang seperti—"

"cukup! astaga anak-anak ini.." yonghoon memijat pelipisnya, lelah juga dengan kasus yang mendera sekolah mereka sejak dongju tiba-tiba menunjukkan rekaman keji mengenai kejadian di bekas gudang peralatan olahraga.

terutama kepala sekolah sama sekali tak ingin tahu dan malah mengeluarkan hwanwoong, yang jelas adalah korban, demi menyelamatkan reputasi. posisi anak itu terjepit, antara menjadi yang terlemah, anak buronan polisi, serta tak memiliki uang untuk menyewa pengacara jika ia sekiranya ingin menuntut balas.

"kalau bapak ingin tahu, mengapa tak memanggil lee keonhee?" ujar dongju dingin. "dia sahabat yeo hwanwoong yang tak pernah melakukan apapun untuk menolongnya."

"kalau lee keonhee, saya memang berencana untuk—"



SHUT
















BRUK














"—aaAAAAAAAAAAAAAAAA"

jeritan siswa-siswi yang sedang berada di lapangan terdengar sampai ruangan setelah bayangan sesuatu yang terjatuh dari atas menimpa rerumputan.

"kalian lihat itu??!!"

"ponsel!! dimana ponselku??!!"

"apa dia terjatuh??"

"ya tuhan! ini sih, bunuh diri!!"

"bukankah dia murid yang baru saja dikeluarkan??"

"YEO HWANWOONG!!!"

semua yang ada di ruangan itu reflek mendekat ke jendela untuk melihat apa kerusuhan yang mendadak terjadi. mata mereka membulat ketika melihat sebuah tubuh yang telah tergeletak tak bernyawa dan berlumuran darah.

guru olahraga yang ada di sana menyuruh murid-murid untuk tidak berkerumun dan segera memanggil ambulans.

dongju merasakan sesak di dadanya. ia berpaling pada geonhak yang sama terkejutnya, dan langsung mendorongnya dengan segenap kekuatannya hingga terjatuh, kemudian mendudukinya dan memukuli wajahnya.

yonghoon berteriak dan berusaha melerai mereka. sementara geonhak yang tiba-tiba diserang pun tidak terima dan membalik posisi mereka dengan mudah, balas memukul dongju.

hal itu terus berlanjut sampai akhirnya yonghoon berhasil memisahkan mereka, bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka perlahan.

itu lee keonhee.

dengan tatapan kosongnya tanpa mengindahkan dongju dan geonhak yang sama-sama babak belur, berucap,



"yeo hwanwoong...











sudah tidak tertolong."






























real end.



















ONEUS ANAK BAEK2 MAAFKAN AKU MEMBUAT KALIAN SEMENYEDIHKAN INI

makasih semuanya yang sudah setia vote dan comment, mood banget baca reply kalian! padahal aku udah pesimis banget mau unpub, tapi akhirnya tetep kuterusin sampai end 😭😭😭

anyway, apakah ada yg mau chapter tambahan untuk pasca kejadian ini? kaya gimana nasib 4 cast lain gitu.. nanya dulu aja sih :"

✅° In My Arms [ONEUS - Rawoong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang