°01

176 36 10
                                    

"seseorang tolonglah aku."

.

.

.

hwanwoong terbangun dengan kepala yang sangat sakit. ia mengambil posisi duduk dan mengucek matanya, kemudian menguap selebar mungkin.

"oh?" hwanwoong pun tersadar bahwa ia sudah berada di tempat tidurnya. tak ingat kalau ia sempat terbangun dan memindahkan tubuhnya ke sana.

aneh, bahkan seluruh perabot ruangannya terlihat teratur tidak seperti kemarin yang bak kapal pecah karena sudah berhari-hari tidak dibersihkan.

masa bodo, bukankah harusnya ia menyiapkan bukunya dan juga sarapan?

namun saat ia menengok ke meja belajarnya, semua alat tulisnya sudah tersusun rapi. demikian juga buku pelajaran sesuai jadwal yang sudah berada di dalam tasnya, bahkan seragamnya tergantung rapi di luar lemarinya seperti habis diseterika.

"o...kay?" bisik hwanwoong, ragu kalau ia yang melakukan semuanya.

sebenarnya hwanwoong masih ingin memikirkan keanehan tersebut, namun sepertinya tak ada waktu lagi karena ia harus segera menyerahkan tugas-tugas para berandalan itu tepat waktu. jadi ia langsung mengeluarkan makanan dari kulkasnya, bermaksud untuk menghangatkannya di microwave.

ketika hwanwoong sudah siap menyantap sarapannya yang kelewat sederhana; sandwich supermarket, sebuah suara dari belakang membuatnya terlonjak hingga nyaris terjatuh.

"apa makanan segitu cukup bagimu?"

dengan horor, hwanwoong perlahan menoleh ke asal suara. mendapati seorang pria yang... entah mengapa terlihat tak asing, sudah duduk di tempat tidurnya dan memandangnya dari sana dengan tatapan ingin tahu.

"a-apa?? siapa kau??!!" dengan sigap hwanwoong mengambil sapu di dekat lemari dan menodongkannya ke pria tersebut yang juga ikut terkejut karena teriakannya.

bagaimana bisa ada orang yang tak dikenalnya ada di apartemen oneroom miliknya dan hwanwoong sama sekali tak menyadarinya??

"eh?? bukankah kau yang memanggilku?" tanya pria itu, mengedipkan matanya yang mirip kucing dengan sorot polos.

"t-tidak, tidak!! aku tak pernah melakukan apapun untuk memanggilmu!!" tangan hwanwoong bergetar, masih dengan sapu di tangannya. "mengapa kau bisa di sini??"

"kau memanggilku," tegas pria itu, berdiri dan membuat hwanwoong segera mundur ketakutan.

apakah dia perampok? tapi mana ada perampok yang memakai pakaian mencolok seperti ini?

"aku tidak—"

"kau memanggilku dengan ini," ucapnya, menyerahkan buku harian hwanwoong dan sontak membulatkan matanya tak percaya.

omong kosong apa ini? privasinya jelas sudah tak selamat sekarang! namun hwanwoong seolah tak punya tenaga untuk sekedar berkata-kata lagi.

"kau benar-benar tidak ingat? dua minggu penuh aku mendengarkan keluh kesahmu." pria itu memicingkan matanya, memberikan kesan.. kecewa? setidaknya itulah yang hwanwoong tangkap.

meski diliputi ketakutan karena mulai berpikir terlalu jauh, hwanwoong merebut buku harian dari tangan pria itu, menyibakkan lembaran-lembaran yang ada di sana. mencari tahu apa sebab kejadian aneh ini.

tidak mungkin kalau ia mengadakan ritual pemanggilan arwah secara tidak sengaja dari tulisannya sendiri, kan?

hingga ia sampai di halaman paling belakang, tempat dimana belakangan ini ia menggoreskan pensilnya membentuk rupa manusia, kini telah kosong seperti tak pernah tersentuh.

hwanwoong perlahan mendongakkan wajahnya, menatap pria itu lekat-lekat dan menganga tak percaya.

"tidak mungkin.." hwanwoong mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah pria yang lebih tinggi darinya.

nyata, itu bukan hantu.

semakin diperhatikan, hwanwoong semakin mengenali sosok itu.

"ravn..?"

tanpa disangka, pria itu tersenyum ceria dan mengangguk. seolah lama menanti hwanwoong menyebut namanya. "benar! ah, akhirnya kau ingat juga!"

rasanya hwanwoong mau pingsan saja saat pria yang sekarang dapat disebut ravn itu, melompat dari tempatnya dan memeluk tubuh mungilnya dengan erat.

"hwanwoong sangat menderita. maafkan aku karena baru bisa memelukmu sekarang. aku ada di sini untukmu."

🔮🔮🔮🔮🔮

to be continued.


tetap update walau ga ada yg baca :')

✅° In My Arms [ONEUS - Rawoong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang