°06

124 32 10
                                    

"bolehkah aku tersenyum untuk terakhir kalinya?"

.

.

.

hwanwoong berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan. keonhee masih menghindarinya, dan dengar-dengar seoho beserta murid teladan lainnya pergi keluar kota untuk mengikuti kompetisi.

itu berarti geonhak dan kawanannya bebas berkeliaran.

memang selama ini seoho adalah ketua osis yang tidak pernah mau ikut campur dengan aksi perundungan. namun keberadaannya masih disegani oleh orang-orang. jadi kalau ada dia, geonhak biasanya hanya bersikap normal dan tak melakukan aksinya.

baru saja memikirkan hal itu, hwanwoong menemukan meja dan kursinya yang penuh coretan cat yang masih basah akan berbagai macam sebutan tak pantas tentang dirinya.

ia hanya menunduk, tak berani menatap seisi kelas yang melemparkan pandangan menghakimi, bahkan dongju dan beberapa anak lain sudah merekam serta menertawakannya.

hwanwoong menarik nafas, menghembuskannya dengan berat. ia sudah biasa. harusnya begitu, kan? berusaha menguatkan dirinya sendiri, ia berjalan menuju gudang untuk mengambil alat-alat kebersihan.

namun nasib sial seperti tak pernah lepas darinya. bau rokok yang kuat serta suara dari para berandalan itu terdengar dari dalam begitu hwanwoong nyaris menarik knop pintu gudang.

karenanya hwanwoong mengurungkan niatnya, berjalan mundur dan karena tak melihat, ia menabrak seseorang yang langsung mendekap pinggangnya erat agar tak terjatuh.

"m-maafkan aku— seoho sunbaenim??!!" hwanwoong makin panik karena orang yang ditabraknya bukan murid biasa, melainkan seoho.

sekaligus keheranan.

bukankah seniornya itu harusnya sedang berlomba di sekolah lain? apa yang ia lakukan di sini?

namun seoho hanya tersenyum tanpa beban dan membantu hwanwoong menyeimbangkan tubuhnya. "pergilah ke toilet dan jangan sampai terlihat. biar aku yang mengatasi mereka."

kerut hwanwoong berkerut dalam, namun ia hanya menuruti kata-kata seoho. ia pergi ke toilet yang letaknya ada di sebelah gudang, lalu bersembunyi di bilik terdekat.

menguping kegaduhan yang terjadi dimana seoho melabrak berandalan yang sedang merokok sekaligus membolos pelajaran yang baru dimulai. menghukum dengan menyuruh mereka membersihkan seluruh koridor sekolah mulai dari lantai bawah hingga teratas.

entah berapa lama hwanwoong hanya terdiam hingga suasana makin senyap tiba-tiba pintu bilik tempatnya bersembunyi diketuk. hwanwoong sudah ketakutan setengah mati karena mengira itu adalah geonhak, karena ia sejak tadi tak mendengar suaranya bersama berandalan-berandalan itu.

"mereka sudah pergi."

rupanya itu seoho. hwanwoong menghembuskan nafas lega dan dengan tangannya yang masih bergetar, ia membuka pintu biliknya.

seoho tersenyum padanya dan kembali berkata, "sekarang kau bisa membersihkan mejamu."

otomatis hwanwoong membungkuk dalam. "s-sunbaenim sebenarnya tak perlu melakukan ini. aku sangat hina untuk kau tolong."

"yeo hwanwoong, angkat wajahmu."

meski merasa sungkan, namun hwanwoong tetap menurutinya. perlahan ia menegakkan tubuhnya, wajahnya masih sedikit tertunduk.

bahunya ditepuk ringan, yang mana membuat hwanwoong reflek menatap seoho tepat di matanya.

"jangan merendahkan dirimu, hwanwoong. kau tak butuh pendapat orang untuk menjalani hidup ini."

selagi hwanwoong masih terpaku akan kata-kata yang baru kali ini ditujukan padanya, seoho berlari meninggalkannya.

itu tadi.. seperti bukan seoho. di sekolah ini, tak ada yang sebaik itu padanya.

🔮🔮🔮🔮🔮

untuk pertama kalinya, tidak ada sambutan ceria yang memanggil namanya. pun pelukan hangat yang selalu hwanwoong nantikan tidak ada.

dilihatnya ravn berbaring di atas tempat tidurnya dengan memeluk boneka kucing lusuh yang hwanwoong miliki sejak kecil.

hwanwoong tersenyum, ia duduk di lantai dan menopang dagunya di atas tempat tidur. menatap ravn yang nampak damai di hadapannya.

"terima kasih, seoho sunbaenim," hwanwoong mengecup pipi tirus tersebut, kemudian kembali berucap, "kau sungguh tak perlu melakukannya, tapi terima kasih atas hiburan hari ini. tidak pernah aku menertawai raut wajah mereka yang menderita karena dihukum, terutama kau mengawasi mereka dari awal hingga selesai."

tak butuh waktu lama bagi hwanwoong untuk menyadari bahwa seoho yang menolongnya tadi adalah ravn. seniornya itu tak pernah turun tangan selama ini.

meski seoho memang selalu menebar senyum, namun hwanwoong akhirnua tahu bahwa dari cara bicaranya saja sidah berbeda. itu ravn, yang terlampau ceria walau berakting serius.

bahkan keonhee awalnya juga sangat terkejut saat ia mendapati seoho ada di sana, beserta berandalan lain yang membersihkan toilet. saat hukuman itu selesai, keonhee menghampiri seoho (yang sebenarnya adalah ravn) dan mengatakannya keren.

hwanwoong ikut melihat 'drama kecil' tersebut dimana ravn dalam bentuk seoho serta keonhee yang sama-sama salah tingkah dan malu-malu. geli juga melihat ravn yang memaksakan dirinya agar terlihat tegas dan formal.

"keonhee akhirnya bercerita panjang lebar bahwa ia senang bisa bicara dengan sunbaenimnya. aih, anak itu.." hwanwoong menggelengkan kepalanya dan terkekeh. "seru juga sepertinya untuk melihatmu menjadi orang lain lagi. besok mungkin menjadi guru? ah, tapi aku tak tega dengan dirimu yang kelelahan ini."

hwanwoong menatap ravn yang masih tertidur pulas. "terima kasih kau terus melindungiku. aku tak tahu semembosankan apa hidupku jika tak ada dirimu, ravn."

🔮🔮🔮🔮🔮🔮

to be continued.




so... kurang 3 chapter lagi!!

terima kasih untuk feedbacknya, aku ga mungkin terus update tanpa kalian! 😭

✅° In My Arms [ONEUS - Rawoong]Where stories live. Discover now