29: Menuju Titik Terang

882 110 18
                                    

Alohaloo gengs ii kambek di cerita ini lagi. 😊😊😊

Vommentnya ditunggu. Haturnuhun
😘😘😘🍎🍎🍎

🌚HappyReadingGengs🌚

"SaniaFlorist, Roy Florist, Santika bunga, Marwah Flowers, denflorist, davina florist, V'flowers, purnama florist, tunggu," Jari Bagas berhenti menscroll layar hpnya.

"V'Flowers bukankah itu tempat kerja Anna? Apa mungkin dia membeli di toko itu?"

Dari sekian banyak toko Bunga, entah kenapa Bagas curiga kalau si peneror gila itu membeli bunga di toko tempat Anna bekerja. Bagas mengklik gambar ditautan itu lalu masuklah dia ke sebuah blog. Dan ya, sebuah buket yang mirip dengan buket di pangkuannya terpampang di sana. Kecurigaan Bagas menuju titik yakin. Dia harus segera mendatangi tempat itu untuk mencari tahu.

"Aku harus menyelidikinya."

Laki-laki itu langsung menjalankan mobilnya ke tempat tujuan, V'flowers. Jalanan yang agak lenggang membuat dia lebih leluasa. Hanya butuh lima belas menit Bagaspun sudah sampai di sana.

Sebuah bangunan dua lantai terpampang di depan Bagas. Sejuk, indah, dan segar. Itulah tiga suasana yang Bagas rasakan begitu laki-laki itu keluar dari mobilnya. Berbagai jenis bunga yang cantik dan berwarna-warni di setiap penjuru ruangan menyambut Bagas begitu menginjakkan kaki di toko bunga itu. Dia baru pertama kali ke toko bunga ini dan ternyata V'flowers jauh lebih baik dari apa yang dia pikirkan. Pantas Anna betah kerja di sini.

Seorang pelayan bernametag Intan dan memakai kacamata persegi menghampiri Bagas dan melayaninya dengan ramah. Laki-laki itu agak kebingungan begitu ditanya bunga yang ingin dia beli. Selama dua puluh lima tahun hidupnya, dis tidak pernah membeli bunga untuk seorang gadis. Waktu pacaran dengan Anna pun, Bagas hanya pernah dua kali memberi gadis itu bunga dan dua-duanya adalah bunga yang dia petik dari taman kampusnya dulu. Bukan karena Bagas tidak mau mengeluarkan modal, tapi karena dia pikir kalau bunga yang dia petik sendiri jauh lebih bermakna.

Di sini juga terlalu banyak bunga, hal itu membuat Bagas semakin bingung memilih yang mana karena semuanya cantik. Akhirnya Bagas pun hanya menyebutkan Tulip Merah Muda. Bagas sengaja tak langsung menanyakan mawar ungu untuk berjaga-jaga. Selama ini Bagas sudah sering berhubungan dengan Anna lagi, bukan berarti Si Peneror itu tidak mengawasi keberadaannya. Untuk sekarang memang tidak ada orang yang aneh-aneh padanya, tapi siapa yang tahu kan? Bagas hanya lebih waspada saja.

Mendengar jawaban Bagas atas pertanyaan, Intan langsung menunjukkan tempatnya pada Bagas untuk memilih sendiri sambil ditemani gadis itu. Tak lupa dia juga tersenyum dan diam-diam memperhatikan Bagas. Laki-laki di sampingnya ini memang tampan.

Sepanjang jalan menuju etalase bunga Tulip, netra Bagas sudah menjelajah dengan seksama. Tempat ini memang cukup luas, tapi netranya sangat tajam untuk menyisir setiap penjuru. Dan sampai laki-laki itu sampai di etalase yang dimaksud, dia belum juga menemukan bunga yang dicurigainya. Bagaspun berpura-pura memilih Tulip di depannya sambil menunggu waktu yang pas untuk bertanya.

"Apa di sini ada mawar ungu juga?"

"Ada, Mas, tapi maaf stoknya lagi kosong mungkin ada lagi minggu depan."

Bagas hanya mengangguk-angguk kecil menanggapi jawaban Intan. Dia lalu mengambil asal Tulip di depannya, lalu berjalan ke depan untuk membayarnya. Laki-laki iti tidak banyal bertanya lagi karena pelayan Vikro yang satu itu terus-terusan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Intan mengikuti dari belakang yang sebenarnya membuat Bagas risi. Untungnya ada seseorang yang datang lagi, jadi Intan pamit untuk melayani pembeli baru itu.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang