40: LEDAKAN

1.2K 77 53
                                    

Alohalooo geengss ii kambeeek. Sebenernya mau kambek dari kemarin tapi ada sedikit kendala dan ii tuh kaya ragu-ragu gitu buat up part ini  kayak ketik hapus ketik hapus gitu. 😭😭😭😭😭

VOTE
DAN
KOMEN
(Haturnuhun 😍🍎)

🍎HAPPYREADINGGESNGS🍎

Perkelahian antara Vikro dan Milan tak bisa dielakan lagi. Laki-laki yang identik dengan pakaian dan gaya urakan itu menghajar Vikro tanpa ampun. Tapi tentunya Vikro tidak bisa dilumpuhkan dengan mudah. Laki-laki bermata tajam itu lihai menghindar dan membalas pukulan Milan.

Brug!

Satu pukulan telak mendarat di pipi Milan. Dengan tatapan bengisnya, Vikro menyunggingkan sudut bibirnya penuh kepuasan melihat Milan terkapar di lantai dengan wajah Milan kini penuh darah akibat beberapa pukulannya yang tepat sasaran.

Krak!

"Aaarrrgghhhhh..." desis Milan kesakitan karena Vikro menginjak dan menekan lehernya. Mantan Anna itu terbatuk-batuk dan pernapasannya mai sesak. Diraihnya kaki Vikro dan ia singkirkan sekuat tenaga. Tanpa mempedulikan rasa sakitnya, Milan langsung balik menyerang Vikro.

Perkelahian itu bukan hanya diwarnai suara baku-hantam, tapi juga suara jeritan Anna yang seperti kehilangan kewarasannya. Gadis itu terus meraung-raung dan meracau tidak jelas. Mentalnya memang sangat terguncang. Semua emosi mulai dari takut, marah, sedih, sampai gelisah bercampur jadi satu. Membuat dada dan kepalanya rasanya mau pecah.

"Aaaarrrgggghhhhh..." Anna menjerit sambil menjambak rambutnya kuat-kuat. Gadis itu duduk merapat di tembok dengan air mata yang mengalir deras dan tubuh yang bergetar.

"Kak Bagaaaaaaaaaaaas...." Anna benar-benar tidak bisa berpikir jernih karena rasa takutnya kehilangan Bagas. Entah karena pikirannya yang kalut, sampai-sampai ia percaya begitu saja Bagas sudah mati di tangan Vikro. Untuk kali ini, Anna benar-benar kehilangan dunianya.

"Aaaaarrrggghhhh..." Anna terus-terusan menjerit. Kali ini bahkan sampai membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Sekali lagi dia ingin mati. Benar-benar ingin mati. Untuk apalagi dia hidup jika satu-satunya harapan dan motivasinya untuk tetap bernapas sekarang sudah tidak ada.

Situasi di ruangan itu benar-benar kacau dan mencekam. Tapi tanpa disadari situasi di luar jauh lebih kacau dan mencekam sekaligus berbahaya.

Beberapa polisi tanpa pengaman khusus bersiaga membentuk setengah lingkaran menghadap seorang gadis yang mengenakan rombi berbalut bom. Keringat sebesar biji jagung meluncir bebas dari pelipis mereka. Beberapa di antaranya menelan ludah gugup dan was-was. Siapa yang menyangka misi untuk meringkus seorang psikopat kini berubah haluan jadi mengamankan seseorang yang mencoba melakukan bom bunuh diri, sementara mereka bukanlah anggota khusus untuk misi terorisme. Ditambah bantuan belum juga datang di lokasi. Namun apapun yang terjadi, mereka berusaha tetap tenang.

"Mbak! Tenang dan buka rompinya dengan perlahan!" kata salah seorang polisi yang menjadi ketua di misi kali ini.  Nadanya kini lebih tegas, negosiasi yang tadi berupa bujukan kini mulai menjadi perintah mutlak. Apalagi alasannya selain perempuan yang dimaksud tidak bisa diajak bicara baik-baik.

"Diam!" bentar perempuan berkacamata itu. Wajahnya berubah semakin bengis dan menyebalkan.

Di saat para polisi itu berusaha menggagalkan aksi bom bunuh diri itu, Bagas menyelinap masuk ke dalam gedung lewat pintu belakang. Bagas, ya Bagas. Laki-laki yang Anna tangisi karena Vikro bilang dia telah membunuhnya. Bagas masih hidup. Apa yang Vikro katakan hanya akal-akalannya saja untuk semakin menekan mental Anna. Sebenarnya Vikro memang telah melakukan percobaan pembunuhna terhadap Bagas, tapi rencananya itu gagal. Vikro salah perhitungan, ternyata Bagas tidak sebodoh yang dia pikir.

EXUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum