PROLOG

28 15 0
                                    

PROLOG

Kok dada aku sakit, ya, sebenarnya aku ini kenapa. Melihat Kak Dion dan Elina begitu akrab. Padahalkan aku tau kalau Elina sangat menyukai Kak Dion, seharusnyakan aku mendukungnya bukan malah cemburu gitu.

Dan Entah kenapa tiba-tiba kepalaku begitu berat, rasanya kepalaku ini mau jatuh.

"Jihan, kamu kenapa?" tanya Kak Dion padaku tiba-tiba. Membuatku terkejut dan bingung menjawab apa. Sepertinya dia memerhatikanku tadi.

"Kamu sakit?"

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum padanya. Terlihat dari wajah Kak Dion yang mengkhawatirkanku.

"Jihan wajah kamu pucat begitu, masa dibilang enggak!" seru Elina.

"Aku enggak papa kok, Cuma sedikit pusing aja. Eee ... Kalau begitu Aku duluan ya."

"Kamu enggak papa balik sendiri nih?" tanya Elina yang semakin khawatir.

"Iya, Aku enggak papa kok, Lin."

"Mau aku antar gak?" tawar Kak Dion.

"Terima kasih atas tawarannya Kak, tapi aku dah mesan taksi tadi kok," ucapku . Kak Dion paham lalu mengangguk.

"Ya, sudah Aku balik dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"

"Waalaikumsalam, hati-hati, Jihan!"

Aku pun bergegas meninggalkan tempat itu. Taksi yang aku pesan akhirnya datang tepat waktu, aku pun menaikinya. Aku merasa bersalah kepada Elina, cintanya dia untuk Kak Dion begitu tulus. Bagaimana bisa aku merusak kebahagiannya begitu saja. Taksi yang aku naiki ini sangat kencang membuat kepalaku semakin pusing.

"Pak, bisa pelan-pelan bawanya?" pintaku kepada Pak Supir. Namun dia mencueki perkataanku. Malah semakin kencang dia membawa mobil tersebut. Aku sangat takut dan hanya bisa berdoa sambil menutup mata.

Tapi Allah kehendak lain, saat aku membuka mata. Aku sudah berada di sebuah kamar berwarna putih dengan bau khasnya seperti rumah sakit.

Assalamu'alaikum Jihan!  (On Going) Where stories live. Discover now