CHAPTER 1 || MENCARIMU

24 11 1
                                    

ASSALAMUALAIKUM, TERIMA KASIH BUAT PARA PEMBACA SUDAH MAU SINGGAH

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN, SERTA BUDAYAKAN MEMBACA SAMPAI HABIS

HAPPY READING!!

Kata orang, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Maka dari itu, aku akan memperkenalkan diri. Kenalkan, namaku Jihan Nebula, aku gak tau artinya apa. Tapi kata mama, Nebula itu adalah bintang yang sangat indah.

Kini aku sedang mencari keberadaan ayahku, walaupun Mama melarangku untuk mencarinya. Karena, bagaimanapun juga dia adalah ayahku dan aku sangat merindukannya. Walaupun banyak desas-desus yang tidak aku suka mengenai ayahku, aku akan tetap mencarinya.

"Han, masih nyari?" sambil menyodorkan minuman yang ku pesan tadi.

"Iya nih, Lin."

Yang bertanya tadi itu adalah sahabatku, Elina. Dia sahabatku sejak SD, dia memiliki banyak teman karena sifatnya yang friendly itu. Lain halnya denganku, aku malah memilih menyendiri dan mengurangi interaksi dari siapa pun.

Entah kenapa, saatku bertanya kenapa dia gak milih gabung sama yang lain dan malah memilihku, dia malah berkata, "Terkadang Han, kita cukup punya satu teman yang pengertian daripada seribu teman tapi bermuka dua semua".

Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti dia.

"Mau nasi enggak, biar gue pesenin," tawar Elina.

"Boleh, nasi goreng satu enggak pake timun, daun sop, sama tomat," ucapku sambil tertawa kecil. Elina yang mendengar itu mukanya langsung datar.

"Lo tuh harus makan sayuran Jihan, entar badan lo gitu-gitu mulu gak ada tumbuh-tumbuhnya," omel Elina.

"Ih, enggak mau. Udah sana pesenin, Aku mau ngelanjutin pencarianku," ucapku sambil mendoron Elina, yang langsung mendapat balasan helaan napas darinya.

"Iya, iya. Enggak ada porsi tambahan kah?"

"Hmm, nitip pilus ya yang gopek-an aja ," ucapku.

"OKE!" sambil mengacungkan ibu jarinya.

Aku kembali menyibukkan diri dengan HP-ku sambil mencari ayahku di sosial media. Kata orang, ayahku itu sudah menikah lagi dengan seorang janda muda kaya raya. Kalau ayahku memang betul telah menikah dengannya, pasti dia mempunyai HP yang mahal dan memiliki semua akun sosmed, pikirku.

Saat mencarinya di Facebook, akhirnya aku mendapatinya. Aku ingin sekali menghubunginya, tapi aku terlalu takut. Saat ingin men-scroll akun Facebook ayahku, tiba-tiba aku mendengar keributan dan sepertinya itu dari suara Elina. Aku pun langsung mendatangi kerumunan itu.

Seperti di film-film, kalau ada keributan yang lain pada menonton. Seakan-akan itu bahan hiburan mereka.

"Heh! Liat nih kan jadi kotor baju gue!" Ucap seorang cewek dengan kasar sambil membersihkan bajunya.

"Iya, lo bersihin itu bajunya jangan diam aja."

"Idiihh, orang lo duluan kok yang nyenggol gue. Main nuduh-nuduh aja," ucap Elina yang mulai terpancing.

"IHH, BERANI LO YA SAMA GUE!" ucap cewek itu dengan nada tinggi sambil mendorong pundak Elina

"ANJIIRR, MAIN DORONG-DORONG AJA YEE. LO NANTANG GUE!" ucap Elina sambil menunjuk dirinya. "GUE ATLIT TAEKWONDO DAN UDAH DAPAT SABUK HITAM BERANI LO SAMA GUE. JANGAN CUMA MAIN JAMBAK RAMBUT AJA YANG BERANI, TERUS MAIN NGADU."

Elina pun tidak mau kalah dari mereka, muka mereka langsung ketakutan. Bagaimana aku bisa tau? Karena Elina yang menceritakan.

Siapa lagi kalau bukan si biang keroknya, sudah pasti dan jelas itu adalah Olivia titisan kuyang. Olivia dan Elina seperti saling menaruh dendam. Bagaikan kucing dengan anjing.

Aku yang melihat keadaannya semakin panas langsung pun melerai mereka, dan membawa Elina pergi dari situ.

"Woy! Jangan lari dulu, belum selesai ini! Teriak Olivia saat melihat kami lari.

"IYA UDAH IYA SERAH LO, DAN JANGAN HARAP LO BEBAS DARI CENGKERAMAN GUEEE!!!" teriak Elina dengan keras membuat seluruh siswa yang di sana pada melihat ke arah kami. Aku membawa Elina karena tadi aku melihat Pak Tejo, guru Taekwondonya Elina.

"IIHH!!! Jihaaann!! Capeekk!"

Mendengar itu aku pun berhenti berlari dan melepaskan tangannya. Lalu kami duduk di bawah pohon.

"Maaf tangannya aku tarik sangat kuat, sakit ya?" tanyaku tanpa dosa.

Elina menggelengkan kepalanya agar tidak membuatku cemas, walaupun aku tau dia merasakan kesakitan.

"Emang kenapa sih?" tanyaku padanya.

"Itu tuh si Oliv, cari gara-gara sama gue. Enggak ada angin enggak ada hujan main nyenggol pundak gue. Malah keras tadi kayak disengajain," ujarnya dengan raut wajah yang kesal.

"Ouh, yaudah biarin ajalah," ucapku agar tidak ada keributan lagi.

"Itu gak bisa dibiarin Jihan. Dia harus gue beri pelajaran karena sudah membangunkan singa yang lagi tidur," ucapnya dengan menggebu-gebu.

"Lah kan kamu lagi gak tidur jadi enggak usah mempermasalahkan itu." Elina yang mendengar itu melongok kaget, pasti dia berpikir aku itu sangat lugu sekali sampai mengatakan itu.

"IIHH!! Bukan gitu Jihan Nebula anak kesayangannnya Tante Dina. Ini diibaratkan dia sedang menganggu singa yang sedang kelaparan, paham gak sih lo," ucapnya dengan geram sambil meremas kedua tangannya seperti ingin melahap Aku.

"Hehehe, iya, iya Aku paham kok. Tadi Cuma bercanda aja," ucapku sambil tertawa renyah. Sedangkan Elina, dia hanya bisa menghela napas.

"Sekarang gue laper, kalo dia gak cari masalah cacing-cacing gue kan udah pada tenang. Sabar ya nak, kita puasa dulu hari ini," ucapnya sambil mengelus perutnya. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya.

Melarikan diri dari keributan itu bersama Elina rasanya menyenangkan. Tiba-tiba aku memiliki keberanian untuk melakukan hal itu.

"Oiya, Lin. Bisa gak kamu gak usah ngomong Lo-Gue kalau samaku?"

Elina yang mendengar itu tersentak, "E-eh, eng-"

Aku langsung memotong omongan Elina, "E-ee, kalau gak bisa juga gak papa kok. Aku nyaman kok, tapi kayak agak aneh aja gitu."

"Kalau gak nyaman bilang aja, enggak papa kok. Akan ku usahain nanti," ucapnya sambil tersenyum manis.

"Makasih ya,"

"Iya sama-sama," ucap Elina seakan-akan dia sadar apa yang aku maksud.

KRRIIINGG!!!!

Bel pun berbunyi, kami pun masuk ke kelas masing-masing. Kelasku dengan kelas Elina terpisah dan aku harap di kelas tiga nanti aku bisa sekelasnya dengannya. Walaupun tidak sekelas dengan Elina, teman-teman yang di kelasku pada baik samaku. Sehingga aku terhindar dari namanya perundungan.

Sambil menunggu guru datang, aku membuka HP-ku untuk melihat status atau foto di akun Facebook. Tapi, akun ayahku malah hilang. Sedih sih, tapi ya sudah deh nanti bisa aku cari lagi.

*****

"Pas di kantin gue tadi melihat Jihan senyum-senyum. Apa yang dicarinya udah dapat ya? Ah udahlah, mungkin dia kek gitu karena liat Oppa-oppa nya."

Elina pun langsung membuyarkan lamunannya setelah gurunya masuk ke kelasnya.

>> NEXT CHAPTER 2

IG : Mwiww_

Assalamu'alaikum Jihan!  (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang