21_Teman Bahagia

141 6 2
                                    

Percayalah bahwa menyiapkan sesuatu bahkan merencanakannya dan menunggunya itu tidak mudah

***

Tak terasa sebegitu lamanya Bulan menunggu Atta, sampai Bulan sendiri ketiduran di taman, dengan kepala yang dibaringkan di atas meja, tempat kue diletakan.

Lilin-lilin pun bahkan sudah padam, dan menyisakan kegelapan jika tidak ada cahaya Bulan dan juga lampu-lampu yang menerangi.

Pukul 22.15 malam, Atta baru pulang kerumah setelah menghabiskan waktunya bersama pelangi. Selama itu Atta dan Pelangi berjalan bersama untuk merayakan ulangtahun Atta.


Bulan bahkan sampai rela menunggu Atta untuk merayakan hari ulang tahun bersama. Tapi sepertinya waktu sedang tidak berpihak pada Bulan kali ini.

"Baru pulang jam segini? Dari mana aja?" Tanya Bunda langsung menodongkan pertanyaan pada Atta, yang baru masuk kedalam rumah.

Atta hanya menampilkan cengirannya, dan menggaruk tengkuknya. "Itu,..."


"Ayo cepat ikut bunda!" Ucap Bunda memotong kalimat yang akan Atta ucapkan.

Bunda langsung menarik Atta begitu saja, berjalan ke taman dimana seharusnya ada perayaan kecil disana.

"Atta mau dibawa kemana sih Bun?" Tanya Atta bingung, yang berjalan dibelakang Bunda.

"Gara-gara kamu oulang malam, liat." Bunda menunjuk Bulan yang tertidur ditaman.

Atta dan Bunda sama-sama berdiri diambang pintu kaca pembatas ruangan dan taman.

"Loh itu,..." Atta terkejut membulatkan kedua bola matanya melihat Bulan disana.

"Itu gara-gara kamu." Ucap Bunda marah pada Atta. "Bulan itu mau kasih kamu kejutan. Dia sampai bela-belain bikin kue dan hias taman, buat kamu. Bulan juga udah nunggu kamu dari jam tujuh malam."

"Bahkan sampai sekarang Bulan masih nunggu kamu disitu. Bahkan sampai ketiduran gara-gara nunggu kamu yang lama gak pulang-pulang." Ucap Bunda diakhiri menjewer telinga Atta.

"Aduh duh Bun, sakit Bun." Atta meringis karna tarikan jeweran Bunda ditelinga kirinya.

"Kamu itu harusnya pulang jangan malem-malem. Kalo kaya gini sia-sia kejutan yang udah Bulan buat. Kasian sampe kecapean." Omel Bunda masih menjewer telinga putranya.

"Atta kan gak tahu bun kalo Bulan bikin pesta kaya gini buat Atta." Ucap Atta memegangi tangan Bunda yang menjewernya. "Kalo aja Bulan bilang dulu tadi sama Atta bakal kasih kejutan, Atta juga pasti gak bakal pulang malem Bun."

"Kamu itu yah." Bunda semakin memperkuat tarikan ditelinga Atta. "Kalo Bulan kasih tahu dulu itu bukan kejutan namanya."

"Iya Bun iya, Atta yang salah. Atta minta maaf. Gak diulang lagi deh." Ucap Atta mengalah. "Kalo gitu besok diulang aja yah pesta nya? Biar Bulan seneng." Dengan ekspresi tersenyum lebar membuat Bunda meredam amarahnya dan mulai melepaskan tarikan ditelinga Atta.


"Sana kamu bawa Bulan ke kamarnya. Kasian Bulan kecapean, juga pasti kedinginan." Perintah Bunda.

Matahari&Bulan[END]Where stories live. Discover now