24

4.8K 397 22
                                    

Langit kota London terlihat begitu cerah. Orang-orang tengah bersiap-siap untuk memulai aktivitasnya di kota metropolitan ini. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi lalu ada juga yang menggunakan kendaraan umum.

Kini Bright tengah bersiap-siap untuk menemui investor-investor tersebut. Dengan setelan kemeja yang sangat pas di tubuhnya ia sudah siap untuk berangkat. Di temani oleh sahabatnya Gun, Bright berangkat dari tempat penginapannya menuju salah satu perusahaan yang akan menjadi tujuannya.

Di dalam perjalanan Bright tengah berkonsentrasi membaca file-file yang ada di tabnya. Di sampingnya, Gun tengah fokus menyetir. Hening hanya ada suara dari radio mobil yang mereka kendarai.

Tiba-tiba Gun mengerem mendadak karena ada seekor kucing yang tiba-tiba menyebrang depan mobilnya. Bright yang berada disampingnya jatuh ke depan dan menggerutu kesal akibat ulah sahabatnya. Untung saja tidak ada mobil di belakang mobil mereka. Jika ada, maka terjadilah kecelakaan.

Gun keluar dari mobilnya untuk melihat keadaan kucing tersebut. Akan tetapi saat ia hendak keluar dari mobilnya ia tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenali. Ia memicingkan matanya dengan tajam memastikan apakah ia tidak salah orang. Ternyata ia tidak salah orang. Orang yang ia kenali berjalan melewati mobilnya dengan setelan yang sangat modis serta kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

"apa yang dilakukan Nevvy disini?" ujarnya pada diri sendiri.

Bright yang sedang mengusap dahinya akibat benturan di dashboard berbalik menghadap ke Gun yang sedang mengoceh tidak jelas kearah luar.

"kau bicara apa sih?" ujar Bright bertanya sambil mengusap dahinya.

Gun yang sedari tadi melihat kearah Nevvy berbalik dan mendapati dahi sahabatnya itu memerah. Gun tertawa terbahak-bahak melihat dahi merahnya. Tanpa babibu, Bright langsung mentoyor kepalanya. Seharusnya ia menolongnya bukan menertawakannya.

"sekali lagi kau tertawa akan ku tendang kau" ancam Bright.

"ngomong-ngomong tadi kau bicara apa sih?" tanya Bright.

"bro, kau mengenal phi Ben kan?"

"ehmm. Memangnya kenapa?"

"aku melihat tunangannya disini. Apa yang ia lakukan?"

"sejak kapan phi Ben bertunangan?"

"4 bulan yang lalu. Kira-kira apa yang ia lakukan yah disini?" keponya.

"apa urusanmu jika tunangannya phi Ben ada disini? Lagian mungkin tunangan phi Ben ada urusan disini. Sudahlah itu tidak penting" Bright menyuruh Gun kembali masuk dan menuju ke perusahaan yang akan mereka tuju.

***
Setelah berjam-jam Bright dan Gun rapat bersama investor lainnya akhirnya selesai dengan lancar. Kerjasama antara perusaahaannya di setujui. Bright bernafas lega. Dikeranekan perusahaan Mr. Kevin adalah perusahaan tekstil yang sangat besar dan juga berpengaruh di berbagai negara.

"congratulations Mr.Vachirawit. Your presentation really good" ujar Mr. Kevin menyalami Bright.

"thank you so much, Mr. Kevin. We hope this collaboration will run smoothy"

"I hope so Mr. Vachirawit. So you will back this afternoon?"

"yes. Someone is already waiting for me" Bright tersenyum lebar. Bright benar-benar merindukan Win.

Mr. Kevin tersenyum jahil kearahnya "someone special?" goda Mr. Kevin.

Bright mengangguk dengan semangat.

"ok Mr. Vachirawit take care and safe flight"

***

Bright tidak henti-hentinya memperhatikan kotak yang ada di tangannya. Sebelum menuju ke bandara ia menyuruh Gun untuk berhenti ke salah satu toko perhiasan yang ada di pusat kota London.

Bright ingin membelikan sesuatu untuk istrinya. Selama ini ia belum pernah memberikan hadiah untuk Win. Jadi ia berinisiatif untuk membelikan sesuatu yang sangat indah untuknya.

Kalung yang berliontinkan bintang menjadi pusat perhatiannya. Menurut Bright, Win adalah sebuah bintang dihidupnya. Sekarang jika tanpa Win disisinya Bright merasa ada yang hilang dari dirinya.

Bright sangat tidak sabar bertemu kembali dengan Win. Selama di London Bright tidak pernah menghubungi istrinya itu. Pekerjaannya sungguh membuatnya tidak bisa memegang ponselnya barang sedetik pun.

Seharusnya Bright kembali ke Thailand besok. Akan tetapi ia mempercepatnya. Sekarang ia tidak bisa jauh dari Win. Bright sangat ingin merengkuh istrinya kedalam pelukannya. 14 jam kedepan ia akan sampai dan menemui Win dengan membawakan hadiah yang sangat cantik.

"semoga Win suka dengan hadiahku" Bright tersenyum melihat kotak hitam yang berada di tangannya.

"pastilah dia suka" tiba-tiba sautan Gun terdengar.

"aku tidak bicara padamu"

"jadi kau bicara dengan siapa? Kotak yang ada di tanganmu atau kursi di depanmu?" Mereka selalu seperti itu. Berdebat hal yang tidak penting.

"diamlah. lebih baik kau tidur"

Gun mendesis. Bagaimana bisa dia bersahabat dengan makhluk kaku seperti dia?

***
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, Bright telah sampai di rumahnya. Badannya terasa kaku akibat duduk terlalu lama. Selama di pesawat Bright hanya tidur sekitar 2 jam.

Bright sangat merindukan Win. Aroma Win tercium oleh indra penciumannya. Sangat nyaman. Aroma vanilla di tubuh Win membuatnya merasa nyaman.

Melepaskan jas dan juga setelan kemejanya lalu masuk ke dalam bilik kamar mandinya. Merilekskan tubuhnya yang terasa sangat kaku. Berendam air hangat membuat tubuhnya terasa nyaman.

Sekitar hampir sejam Bright berendam. Merilekskan tulang-tulangnya akibat pekerjasaan serta perjalanan yang sangat panjang.

Kini ia telah bersiap-siap untuk menjemput sang pujaan hati di rumah mertuanya. Melihat jam yang bertengger di kamarnya, sepertinya Win masih berada di kampus.

Akhirnya ia telah selesai dan menuju ke kediaman mertuanya. Sesampainya disana, ia di sambut hangat oleh bibi Ploy.

"auu tuan Bright sudah berada di Thailand. Tuan kapan sampainya?" tanya bibi Ploy mempersilahkan Bright masuk ke dalam rumah majikannya.

"sekitar dua jam yang lalu bibi. Oh iya bunda mana?" tanya Bright sambil berjalan masuk ke dalam rumah mertuanya. Rumah ini terlihat sunyi.

"nyonya lagi ada urusan di kantor tuan. Dan tuan Win belum pulang dari kampusnya. Tapi sepertinya sebentar lagi nyonya akan pulang. Ada yang tuan inginkan? Bibi akan menyiapkannya"

"tidak usah bibi. Kalau begitu aku naik ke kamar Win dulu" belum beberapa langkah Bright menaiki tangga rumah mertuanya ia tiba-tiba berhenti

"bibi kamarnya Win disebelah mana yah? Hehe" bibi Ploy terkekeh melihat ekspresi Bright yang seketika menjadi imut. Ternyata Bright memiliki sisi imut juga batin bibi Ploy.

Bibi Ploy menunjuk kamar yang paling pojok kanan di atas sana. Bright mengangguk dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada bibi Ploy.

Bright dengan semangat menaiki tangga rumah mertuanya dan menuju ke kamar Win. Membuka pintu yang menjulang tinggi di hadapannya, hal pertama yang Bright temui setelah membuka pintu kamar Win adalah kamar Win terlihat begitu sangat rapi.

Aroma vanilla begitu manis masuk ke dalam indera penciumannya. Bright masuk ke dalam kamar Win. Rak buku Win tersusun dengan rapi. Bright begitu kagum dengan Win. Kamarnya begitu nyaman serta terlihat sangat rapi.

Saat Bright tengah asik berjalan melusuri kamar Win. Perhatiannya teralihkan kearah meja Win yang ada di sudut kamarnya. Berjalan menghampiri meja tersebut, satu bingkai foto yang terpajang disana menarik perhatiannya.

"sejak kapan Win punya foto ini"

Please, Look at me for just a momentWhere stories live. Discover now