25

5.2K 390 7
                                    

Hari ini sangat melelahkan bagi seorang Metawin Opas-Iamkajorn. Seharian ia mengerjakan tugas akhirnya. Dimana dia juga harus mengejar deadline yang di tentukan oleh Professor-nya.

Sekitar pukul 10 malam, Win tiba di rumah. Terlihat dari raut wajah serta pakaiannya yang sudah berantakan. Win menghela nafas dan merenggangkan otot-ototnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarganya.

Win tidak menyadari jika sedari tadi ada sosok yang tengah memperhatikan gerak-geriknya. Bright lantas membawakan segelas air dari dapur untuk Win yang tengah menutup matanya.

Masih belum menyadari kehadiran Bright disampingnya. Bright dengan hati-hati menaruh segelas air putih di meja yang berada di samping Win. Memperhatikan wajah yang sangat ia rindukan sambil mendekap tangan pada dadanya.

Bright kemudian berjalan disamping sofa lalu mengangkat kaki Win ke atas pahanya yang sudah duduk di pinggir sofa yang Win tiduri. Win tersentak lantaran ada seseorang yang tiba-tiba memegang kakinya.

Win terbangun dari tidurnya. Matanya bertemu dengan mata Bright yang tengah menatapnya dengan tatapan rindu.

"aku pasti hanya berhalusinasi" monolognya pada diri sendiri.

Bright terkekeh mendengar penuturan Win. "capek yah?" tanya Bright sambil memijat kaki Win.

Win menggeleng tidak percaya. Bright nya sudah pulang.

"aku tidak berhalusinasi kan? Orang yang dihadapanku ini phi Bright kan?" Bright langsung saja mencubit pipinya dengan gemas.

"aww.. sakit" keluhnya sambil memegang pipinya yang telah dicubit. Cubitan di pipinya terasa begitu nyata.

Win masih tidak percaya. Tangannya bergerak mengelus pipi Bright dengan sangat lembut. Bright menikmati elusan tangan Win yang ada di pipinya. Sambil menikmati elusan yang Win berikan kepadanya, Bright tersenyum dengan sangat manis ke arah Win.

"masih tidak percaya?" Bright mengambil tangan Win yang berada di pipinya.

Bright dengan hati-hati menggenggam tangan Win. Membawa tangan itu ke arah bibirnya lalu tiba-tiba ia mencium punggung tangannya sangat lama.

"aku sangat merindukanmu, sayang" ujarnya.

Detik itu juga Win memeluk Bright dengan erat. Bright hampir terjatuh kebelakang lantaran Win memeluknya begitu erat.

Pelukan Win begitu erat. Melampiaskan rasa rindunya yang amat dalam kepada seseorang yang kini ia peluk. Bright membalas pelukan Win tak kalah eratnya. Saling menyampaikan betapa rindunya mereka kepada satu sama lain.

Selang beberapa menit, Bright merasakan jika bajunya basah. Win sepertinya menangis. "hey sayang kenapa nangis. Ada apa?" Bright ingin melepaskan pelukan Win tetapi Win tidak ingin melepaskannya.

"biarkan seperti ini dulu" jawabnya parau.

"kau menangis?"

Win tidak menjawab. Pelukannya semakin erat pada Bright dan air matanya juga semakin deras keluar.

Bright tidak tau harus berbuat apa.

"sayang" panggil Bright dengan lembut.

"aku sangat merindukan phi Bright" suara Win terdengar sangat serak akibat tangisannya.

"aku juga sangat merindukanmu"

"apa pekerjaan phi Bright sangat banyak sampai p'Bright tidak menghubungiku?" tanya Win yang masih dalam pelukan Bright.

Bright perlahan-lahan menarik Win dari pelukannya. Mata indah Win sangat sembab saat ini. Air matanya seakan tidak dapat berhenti jatuh dari matanya.

Bright sangat merasa bersalah. Untuk kesekian kalinya air mata Win jatuh karenanya. Tangannya perlahan mengusap air mata Win yang tidak dapat berhenti itu.

"aku akan menjelaskannya tapi tolong berhentilah menangis sayang"

Win tersentak mendengar kata terakhir pada kalimat yang Bright utarakan. Dia tidak salah dengarkan? Bright memanggilnya dengan kata 'sayang'

"Win.."

Win hanya berkedip lucu menanggapi panggilan Bright.

"baiklah. Aku akan menjelaskannya. Siap-siap yah dengarnya"

Bright menarik nafasnya sangat dalam sebelum memulai menjelaskan semuanya kepada Win. "baiklah. Ini pasti terdengar sangat membosankan. Tapi aku harap kau mendengarnya dengan seksama.. Hari dimana aku berangkat itu memakan waktu yang sangat lama. Aku bahkan tidak sempat memegang ponselku selama di sana. Di pesawat pun aku hanya fokus pada tab ku. Ahh.. itu sungguh menjengkelkan" jedanya.

"aku bahkan hanya tidur sekitar satu jam setengah di pesawat. Setelah itu aku melanjutkan membaca berkas yang akan aku presentasikan di depan Mr. Kevin bersama koleganya paginya.."

"kau tau, Selama disana aku sangat merindukanmu. Tapi aku tidak bisa meninggalkan berkas-berkas itu untuk ku baca. Selama presentasi pun aku selalu memikirkanmu. Wujudku ada disana, tapi pikiranku hanya tertuju kepadamu. Kau tau? aku sampai memajukan penerbangan pulangku hanya karena ingin melihatmu, memelukmu karena aku sangat merindukanmu. Aku sangat merindukanmu Win. Sungguh"

Bright memajukan tubuhnya dan merengkuh Win masuk kedalam pelukannya. Menghirup aroma vanilla pada tubuh Win seperti candu baginya.

"aku juga sangat merindukan phi Bright. Aku bahkan tidak bisa fokus mengerjakan tugas akhirku karena memikirkanmu"

***
Setelah melepas rindu di ruang keluarga tadi, mereka berdua kini sudah berada di dalam kamar. Sudah hampir 30 menit Win masih berada di dalam kamar mandinya.

Bright yang sedari tadi sudah merebahkan badannya ditempat tidur Win belum juga melihat sosok pria manis itu keluar dari balik kamar mandinya. Saat Bright ingin bangkit dan mengetuk pintu kamar mandi yang terletak di sudut kamar, lantas terdengar suara pintu kamar mandi terbuka.

Win keluar menggunakan bathrobe berwarna putih. Menutupi tubuh polos nan putihnya. Win berjalan kearah walk in closet sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang berada di kepalanya.

Sambil memilih piyama yang akan ia pakai, tiba-tiba Bright memeluknya begitu posesif dari belakang. Membuatnya terkejut akibat pelukan tiba-tiba yang ia dapat.

Selama Win keluar dari kamar mandi, aroma strawberi sudah menguak masuk kedalam hidungnya. Win malam ini begitu menggoda dan telihat sangat seksi di matanya.

Bright menghirup dalam-dalam aroma sabun strawberi di tubuh Win. Mencium ceruk leher Win membuat sang empunya mendesah. Bright yang mendengar desahan yang keluar dari mulut Win semakin menggodanya.

Win mati-matian menahan desahannya untuk tidak keluar dari mulutnya. Tetapi Bright semakin menggodanya. Titik sensitifnya di sentuh oleh suaminya. Win memegang erat tali bathrobenya serta menggigit bibir bawahnya agar suara desahannya tidak keluar begitu saja.

Bright terus menerus menggoda Win. Mulai dari menghirup ceruk lehernya sampai dia mengecup leher Win dengan cara sensual.

Meniup telinga kanan Win sambil membisikkan sesuatu dengan nada yang sangat rendah "aku sangat merindukanmu" hembusan nafasnya membuat Win menegang.

Bright kembali lagi mendekatkan bibirnya ke ceruk leher Win. Sekarang bukan lagi mengecup tetapi menghisapnya bahkan menggigitnya.

"eughhss phi Bright.." lenguhan Win terdengar sangat seksi di telinganya.

Bright menyeringai. "jangan mendesah seperti itu sayang" sambil meremas bokong Win dengan kasar.

"eummhhh.."

***

Please, Look at me for just a momentWhere stories live. Discover now