6. AMNESIA?

159 41 22
                                    


Terkadang, Tuhan menghadirkan seseorang bukan sebagai pelengkap hidup. Tapi sebagai makna hidup. Yang mengajarkan bagaimana indah nya cinta. Dan pedih nya perpisahan

___



















"Bagaimana keadaan teman saya, Dok? Apakah ada luka yang serius?" tanya Aveer saat dokter yang menangani Allen keluar.

"Pasien mengalami amnesia sesaat karena benturan keras di kepalanya. Butuh waktu beberapa saat untuk memulihkan dan sementara ini pasien tidak boleh dipaksa untuk mengingat kejadian yang lampau," jelas Dokter tersebut lalu berjalan pergi.
Aveer yang mendengar itu shock seketika.

Dara pun mendekati Aveer dan menepuk pelan pundaknya. "Gue tahu lo pasti ngerasa bersalah banget sama kejadian ini, tapi satu yang harus lo tahu. Setiap kejadian pasti ada pelajarannya. Nggak semua hidup bakalan berjalan dengan mulus, ada tantangan hidup tersendiri. Maka dari itu Allen dipertemukan buat lo untuk dilindungi. Gue percaya lo lelaki yang bisa pegang tanggung jawab."

"Gue nggak tahu perasaan apa yang gue miliki untuk Allen. Gue selalu khawatir Allen kenapa-napa, gue selalu pengen untuk lindungi Allen. Udah cukup Allen selama ini merasakan kehidupan yang penuh luka, gue harus kasih dia kebahagian walau hanya sebentar," gumam Aveer sambil memandang Allen melalui kaca.

•••

Terdengar ketukan dari pintu luar membuat Bu Anna tergopoh-gopoh berjalan untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, mata Bu Anna membelalak lebar melihat Rena, Mama dari Allen yang kini berdiri di hadapannya.

"Rena? Ada apa kamu kesini? Nggak cukup buat Allen menderita sampai sekarang?" ucap Bu Anna sinis.

"Kak, aku mau ketemu sama Allen. Aku mau minta maaf sama dia dan mulai semuanya dari awal. Aku janji nggak akan ulangi kesalahan yang dulu dan buat Allen menderita lagi. Saya menyesal melakukan itu. Aku terlalu mentingin diri sendiri dan hari ini aku mau menebus semua apa yang sudah aku lakukan," balas Rena sungguh-sungguh.

Bu Anna menghela nafas berat dan menjawab. "Allen memang sangat merindukan kamu, tapi saya tidak mau Allen bertemu dengan kamu sementara waktu. Saya cukup kecewa dengan keputusan kamu saat itu. Menelantarkan anak sendiri demi permintaan Widya yang jelas-jelas tidak masuk akal."

Rena pun menggenggam tangan Bu Anna berusaha untuk membuat Bu Anna luluh. "Kak, aku berjanji akan buat Allen bahagia, aku akan melakukan apapun demi Allen. Aku rindu sama Allen, Bu. Izinkan aku bertemu dengan Allen sebentar saja."

Bu Anna menghempas tangan Rena kasar dan menatap tajam. "Kamu bisa kembali lain waktu."

Bu Anna lalu menutup pintu dengan keras. Lagi-lagi gara-gara kesalahannya di masa lalu membuat Rena tidak bisa bertemu dengan Allen.

"Mama harus gimana lagi supaya Mama bisa ketemu sama kamu?"

•••

"Aveer kayaknya punya perasaan deh sama Allen," ucap Gailan seraya melihat Aveer yang tengah menatap Allen lembut sambil menggenggam erat tangannya.

"Si Aveer mulai bucin nih. Tapi masa iya secepat itu?" balas Satria.

"Mana gue tau, munggkin aja dia udah bisa buka hati buat orang lain. Gue setuju-setuju aja sih Aveer sama Allen. Allen itu udah cantik, baik, ramah, nggak gampang putus asa lagi," Satria mengangguk menyetujui ucapan Gailan.

Seumur hidup Satria baru menemui seorang perempuan berhati lembut seperti Allen. Tak pernah membalas dendam bila ada orang yang menyakitinya. Sungguh Allen bagaikan bidadari yang jatuh ke bumi.

"Woi Dara!" panggil Satria membuat Dara yang sedang bermain HP-nya menoleh sambil menaikkan alisnya bingung.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Satria santai membuat Gailan menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Dasar buaya darat!

"Jaminan gue buat jadi pacar lo apa? Muka pas-pasan, otak miring, nggak ada akhlak. Nggak level sama gue!" balas Dara sinis. Gailan akhirnya tertawa terbahak-bahak melihat nasib Satria yang sangat miris.

"Sabar ya, Bro, jodoh nggak akan kemana," ujar Gailan mendapat dengusan oleh Satria.

"Gue kayaknya harus operasi plastik nih."

•••

Melihat pergerakan dari Allen membuat Aveer terlonjak dan mengeratkan genggaman tangannya. Gailan, Satria, dan Dara pergi ke luar karena Satria merengek minta ditemani makan. Awalnya Gailan saja yang ingin menemani Satria, namun Dara juga dipaksa ikut. Alhasil Dara akhirnya pasrah, percuma meladeni makhluk setengah otak seperti Satria.

"Akhirnya lo udah bangun? Ada yang sakit nggak?" tanya Aveer dengan raut wajah khawatir.

"Lo siapa?" Aveer terdiam sejenak karena baru mengingat Allen yang saat ini sedang amnesia. Butuh ekstra kesabaran untuk Allen mengingat semuanya. Aveer pun tidak memaksa. Toh, Allen juga seperti ini gara-gara dirinya yang lalai. Hitung-hitung konsekuensi untuknya.

"Lo ingat gue? Gue Aveer yang pertama kali nolong lo pas lo dibully sama Aurel di taman belakang sekolah. Lo pasti ingat kan?" ucap Aveer menggebu.

"Shhh," ringis Allen sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Lo nggak apa-apa kan?" tanya Aveer lagi seraya berusaha memegang kepala Allen lembut.

"Jangan sentuh gue! Gue nggak kenal lo siapa. Mending lo pergi dari sini atau gue teriak sekarang?" seru Allen, sesekali meringis kesakitan.

"Oke, oke, gue akan pergi dari sini. Tapi lo pasti suatu saat akan ingat siapa gue."

Kemudian Aveer meninggalkan Allen sendiri. Di koridor rumah sakit Aveer memikirkan bagaimana caranya memberitahu kepada Bu Anna kalau Allen sekarang berada di rumah sakit. Ia takut wanita paruh baya itu akan shock mendengarnya. Lebih baik dirinya menyembunyikan keadaan Allen sekarang supaya Bu Anna tidak kenapa-napa.

•••

"Bu, Kak Allen kok belum pulang? Tiara kan mau main sama Kak Allen," ucap Tiara kepada Bu Anna. Rafa yang tepat disebelah Bu Anna berjongkok mensejajarkan dirinya dan mengelus lembut rambut panjang Tiara.

"Main sama Kak Rafa aja yuk! Nanti Kak Rafa bawa Tiara jalan-jalan naik mobil keliling kampung sekalian beli es krim kesukaan Tiara. Gimana?" tawar Rafa dijawab gelengan oleh Tiara.

"Tiara maunya main sama Kak Allen, Tiara nggak mau main sama Kak Rafa," keukehnya. Rafa menghela nafas berat lalu tersenyum manis.

"Besok janji deh Kak Allen main sama Tiara, tapi sekarang Tiara main dulu ya sama Kak Rafa. Kak Allen ada urusan sebentar di luar, Tiara nggak mau ganggu Kak Allen kan?" tanya Rafa. Tiara pun menggeleng pelan.

"Nah, gitu dong baru anak pintar. Yuk kita ke mobil!" ajak Rafa kemudian berdiri dan menggandeng tangan Tiara.

"Urusan Tiara biar sama Rafa aja, Bu. Kalau Allen udah datang bilang aja Tiara lagi main sama Rafa," ucap Rafa.

"Iya, nanti Ibu kabarin Allen."

Setelah mendapat jawaban dari Bu Anna, Rafa akhirnya pergi bersama Tiara.

"Kamu kemana Allen? Jam segini belum sampai panti," lirih Bu Anna.








You're Enough [ PROSES REVISI ]Where stories live. Discover now