38. RESTU DARI OMA

65 5 15
                                    

Detik tidak pernah melangkah mundur, dan yang di harapkan adalah sang waktu mau mengulur, tetapi cinta adalah keabadian yang tidak akan pernah goyah karena sesuatu apapun juga rasa yang tidak bisa di hidang kan. Manusia itu sifat nya bisa menyakiti siapapun yang menurut dia pantas untuk di sakiti, terdengar begitu menyakitkan tapi terlihat labil di mata kalian

___














Setelah berpuas bermain di seluruh pasar malam, Aveer memutuskan untuk mengantarkan Allen pulang karena hari sudah semakin malam. Udara pun sudah mulai lumayan dingin dan hal itu tidak baik buat kesehatan.

"Gimana? Mau pulang atau lo mau main lagi? Tapi kalau mau main lagi kayaknya gak bisa deh, soalnya udah mau jam 9 malam. Takutnya Mama lo nyariin lo di rumah," ucap Aveer.

Sebenarnya Allen belum puas dengan hari ini. Ia masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Aveer. Namun tak mungkin juga, Rena pasti sudah menunggunya di rumah, belum lagi ia belum minta izin dengannya. Selain takut membuat khawatir, ia juga takut akan membuat Rena kecewa.

"Aslinya gue masih mau main lagi, habisin waktu malam ini untuk berduaan sama lo. Tapi keknya langsung pulang aja deh," balas Allen agak terdengar kecewa.

Aveer tersenyum tipis dan mengelus lembut surai Allen. "Gak usah sedih gitu, kita masih bisa berduaan di hari yang lain. Sekarang kan udah malam, gak baik perempuan baik-baik kayak lo pulang malam."

"Iya deh, sebagai perempuan baik-baik gue bakal turutin perkataan lo. Tapi janji ya lain kali kita kayak gini lagi? Gue belum puas soalnya." Allen cengar-cengir sambil menatap Aveer lugu.

Aveer mengangguk pasrah. "Iya, gue janji. Sekarang kita pulang, pasar malam juga udah mau tutup, percuma mau main lagi kan?"

Laki-laki itu membuka jaket hitam dan menampilkan kaus putih yang membalut tubuhnya. Ia memakaikan jaket tersebut di bahu Allen. Setelah memastikan sudah benar, Aveer menggenggam tangan perempuan itu lalu menatap Allen dalam.

"Lo perempuan terbaik yang pernah gue temuin sebelumya. Lo perempuan yang buat gue sadar kalau perempuan itu gak selamanya harus menunjukkan kelebihan yang dia punya. Buktinya tanpa lo tunjukkin, gue udah tau kalau lo perempuan kuat dan pantang menyerah."

Allen menunggu ucapan Aveer selanjutnya. Jujur saja ia belum pernah diperlakukan seperti ini. Dengan Rafa? Rafa bukannya romantis yang ada malah mengajaknya ribut terus.

"Banyak orang yang meninggalkan lo di saat lo butuh dukungan, terutama Bu Anna dan Tiara. Mereka adalah orang yang lo punya, orang yang nemenin lo dari lama. Berat memang melepaskan orang yang sudah kita percayai gitu aja, tapi lo berhasil patahkan ekspetasi gue. Lo kalahkan rasa sedih lo dan lo tunjukkan rasa semangat lo di depan banyak orang. Apa yang lo lakuin berhasil bikin gue salut sedalam-dalamnya."

"Pertemuan kita tidak disengaja, tapi gue pastiin hubungan kita akan berjalan lebih lama. Gue tau kita masih berstatus sebagai teman, tapi gue akan melepas kejombloan gue untuk nembak lo gak lama lagi. Dan gue harap lo terima cinta gue."

Aveer mendekatkan tubuhnya ke Allen dan kembali berkata. "Mari kita mulai awal kisah hubungan kita yang baru dengan orang yang baru. Yaitu gue, Aveer Zivano Alaric."

•••

"Makasih udah nganterin gue pulang. Gak mau mampir dulu?" tawar Allen sambil menunjuk ke dalam panti asuhan.

"Gak deh, lain kali aja bersilaturahmi sama calon mertua," ucap Aveer lalu setelahnya tertawa kecil.

"Yaudah nggak apa-apa." Perempuan itu tersenyum tipis. "Oh, ya besok jangan lupa hadir di perceraian Tante Raya sama Om Dean ya. Kalau lo mau ngajak temen-temen lo juga boleh."

You're Enough [ PROSES REVISI ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora