33. SALAH PAHAM

77 2 0
                                    


Ada sebuah praduga yang membuat kita selalu mengambil keputusan yang salah, namun jika kita berniat untuk memperbaikinya, maka perlahan-lahan kesalahpahaman tersebut akan mereda

___












"Allen!" panggil Aveer. Lelaki tersebut berlari mendekati Allen yang sudah menunggunya di parkiran sekolah. Memang, Aveer sudah berjanji untuk mengantarkan Allen pulang, namun karena pesan sialan dari Rafa membuatnya lagi-lagi harus mengalah. Sial sekali bukan?

Allen terkejut ketika bahu kanannya ditepuk keras oleh seseorang. Namun, melihat Aveer yang cengengesan di belakang membuat Allen menghembuskan napas lega. "Lo ngagetin gue tau gak! Minimal salam dulu kek, permisi kek, apa gimana kek. Ini langsung main pukul aja."

Aveer tersenyum canggung. "Ya lagian gue panggil lo gak nengok-nengok. Yaudah gue tepuk bahu lo. Emang ada apa sih keknya serius banget? Ada cowok yang nembak lo ya?"

"Dih, suudzon mulu lo! Gue ini lagi balas chat dari Dara, katanya dia bakal pulang ke Bandung malam ini, kebetulan sekolahnya udah selesai direnovasi. Makanya gue mau ngajak kalian ke rumah Dara, seenggaknya ucapin salam perpisahan buat dia," balas Allen.

"Lah, kok gue gak dikasih tau? Padahal kan gue juga temen dia, si Satria sama Gailan gak cerita juga, gatau mereka udah dikasih tau apa belum."

Allen mendekat ke telinga Aveer kemudian berbisik. "Lo kan gak penting, makanya gak dikasih tau sama Dara."

Allen perlahan menjauh. Aveer merengut membuat Allen gemas ingin meyubit pipinya saat itu juga. Tapi Allen masih sadar diri, Aveer bukankah siapa-siapanya. Kalau udah official sabi kali mau ngapa-ngapain juga kan?

"Eh, tapi lo gak bisa ikut ke kontrakan Dara, soalnya Rafa tadi chat gue suruh kasih tau ke lo tunggu di halte depan sekolah. Mungkin sebentar lagi si cecunguk itu samperin lo."

Gadis itu pun terkejut ketika mendengar nama Rafa disebut. "Hah? Rafa? Rafa udah pulang dari kampung? Kok dia gak ngabarin gue sih?"

Aveer mengedikkan bahunya acuh. "Mana gue tau, dia cuma titip pesan itu doang. Kalo lo mau tau, tanya aja sama dia." nada bicara Aveer terkesan ketus membuat Allen bingung. "Yaudah, gue ke kelas dulu panggil yang lain. Selamat berduaan!"

Aveer akhirnya pergi meninggalkan Allen yang terdiam. Tidak biasanya Aveer bersikap seperti itu kepadanya. Ada yang tau dia kenapa?

"Aneh deh. Ada masalah apa sih dia sama Rafa? Bawaannya sensi mulu kek cewek PMS."

•••

Allen menoleh ke kanan dan kiri, memastikan bahwa Rafa tadi benar-benar kesini. Namun jalanan di sekitar sepi, tidak ada orang yang lewat. Pedagang asongan pun sudah menutup dagangannya dan pulang ke rumah masing-masing karena hari sudah sore.

Apa ia telat datang kesini? Mungkin karena terlalu lama mengobrol dengan Aveer membuatnya telat bertemu Rafa. Sesungguhnya, Allen sangat merindukan sosok tersebut. Sosok yang membuatnya masih bertahan sampai sekarang.

Allen menghela napas pasrah dan memutuskan untuk duduk di halte. Ia menatap langit sore, sepertinya akan turun hujan sebentar lagi.

Allen kemudian mengalihkan pandangannya ke jalan raya. Rintik-rintik hujan mulai membasahi jalanan. Aroma hujan seketika menguar masuk ke dalam indra penciuman Allen saat hujan perlahan turun dengan deras. Ya, aroma yang ia sangat sukai sedari dulu.

"Apa mungkin Rafa udah pulang karena gue telat datang?" gumam Allen. Gadis dengan rambut terurai memilih untuk berdiri dan meninggalkan halte sekolah. Rafa sudah pulang, ia tidak bisa bertemu dengannya hari ini.

You're Enough [ PROSES REVISI ]Where stories live. Discover now