Hari libur Lan Wangji 1

5.7K 783 63
                                        

Lan Wangji duduk bersantai di perpustakaan pribadinya. Perpustakaan yang menjadi hadiah ulangtahunnya pada saat usia 5 tahun yang kini telah mengalami beberapa kali renovasi sebab tumpukan buku yang tiap tahunnya akan bertambah.

Meski begitu Lan Wangji tidak perlu menggunakan kacamata sebab dirinya selalu membaca pada jarak dan pencahayaan yang aman, tak lupa Lan Wangji selalu memakan makanan yang baik untuk mata. Sehingga matanya selalu sehat dan cerah.

Dengan teko dan cangkir teh disisinya. Tak lupa kue kering yang dibuat pamannya. Pamannya sangat hebat dalam membuat kue  kering.

Lan Wangji sangat menyukai momen ini. Momen dimana dirinya bisa dengan tenang menikmati hari tanpa celotehan Wei Wuxian. Lan Wangji bahkan sampai mematikan ponselnya agar dirinya bisa lebih khidmat. Sebab dirinya tahu kalau libur seperti hari ini Wei Wuxian akan mengirim 1001 pesan yang isinya adalah ungkapan cintanya yang berulang-ulang.

Tapi itu hanya berlangsung beberapa jam saja. Hingga Lan Xichen sang kama membuka pintu dengan Wei Wuxian dibelakangnya membuat ketenangan hari libur Lan Wangji retak seketika.

“Lan Zhan!”Seru Wei Wuxian dengan senyuman manisnya.

Ditangannya terlihat sebuah kotak yang dari luar sepertinya berisikan makanan manis.

“Wangji jaga adik Xian ya...” Ujar Lan Xichen lalu meminta Wei Wuxian untuk masuk kedalam.

“Terimakasih kak Xichen.” Ucap Wei Wuxian.

“Sama-sama.” Balas Lan Xichen kemudian pergi menutup kembali pintu.

Lan Wangji menatap dingin Wei Wuxian yang datang. Lan Wangji tidak memiliki alasan untuk mengusir Wei Wuxian pergi jadi dia meminta Wei Wuxian duduk di kursi.

Wei Wuxian menaruh kotak yang dibawanya diatas meja dekat kue kering milik Lan Wangji. Wei Wuxian memperhatikan bagaimana Lan Wangji yang kembali fokus membaca buku dihadapannya.

Wei Wuxian tersenyum membuka bungkusan yang dibawanya berisikan kue dengan tulisan diatasnya. Wei Wuxian tersenyum sekilas, “Lan Zhan.”

“Mn.” Lan Wangji masih fokus pada buku yang dibacanya.

“Apa aku menganggu mu?” Tanya Wei Wuxian yang merasa diabaikan sebagai tamu yang berkunjung.

Lan Wangji menoleh sesat“Tidak.” ‘untuk saat ini.’lanjut dalam benaknya. 

Wei Wuxian mempoutkan bibirnya kemudian melihat buku buku yang ada diruangan ini, “Boleh aku membaca juga?”

“Silahkan.” 

Wei Wuxian bangkit dan kemudian melihat buku-buku yang beberapa diantaranya pernah dibacanya.

Melihat salah satu buku yang memiliki sampul menarik Wei Wuxian mengambilnya dan memutuskan untuk membacanya. Wei Wuxian membuka buku dengan judul The Count of Monte Cristo.

Lembaran awal dibukanya dan langsung membuatnya tertarik dengan tokoh Dantes yang membuatnya terus membaca dengan cepat. Tapi Wei Wuxian yang tak bisa menahan kantuknya yang membuat matanya perlahan terpejam.

Hingga buku yang dibacanya tiba-tiba jatuh membuat Lan Wangji menoleh kearahnya.

“Wei Ying?”

Lan wangji memperhatikan Wei Wuxian yang tertidur sambil duduk. Mungkin bagi anak aktif sepertinya semenarik apapun buku tapi kalau ada rasa kantuk yang tiba saat membaca buku maka ini adalah hasilnya.

“Tidur ternyata.”

Lan Wangji lalu bangkit dan membawa Wei Wuxian pada sofa panjang yang berada disisi lain perpustakaannya. Tak lupa Lan Wangji keluar untuk mengambilkan selimut untuk Wei Wuxian.

Setelah itu Lan Wangji kembali ke tempatnya semua. Tapi sebelumnya Lan Wangji sedikit penasaran dengan apa yang dibawa Wei Wuxian untuknya.

Lan Wangji mengeluarkan sebuah cake kecil dengan tulisan ‘Untuk Lan Zhan’ diatasnya. Sebuah senyuman kecil muncul di sudut bibir Lan Wangji.

Diambilnya sendok plastik yang ada di bungkusan itu kemudian memakannya secara perlahan.

“Ini terlalu manis.” Ucap Lan Wangji mengenai rasanya. Tapi Lan Wangji memakannya sampai habis.

Lan Wangji menikmati kue itu meski orang yang memberikan itu tak tahu kalau apa yang dibawanya hanya menyisakan bungkusnya saja.

Selesai memakan cake. Lan Wangji melanjutkan kegiatannya, membaca dengan tenang. Dan ya inilah yang sangat diinginkannya.

Tak terasa 2 jam berlalu dan suara ketukan pintu lagi-lagi memecah ketenangannya. Dibalik pintu itu terlihat Nyonya Lan yang masuk kedalam perpustakaan.

“Wangji, mana A-Xian?” Tanyanya yang tidak melihat atau bahkan mendengar suaranya.

Lan Wangji lalu menunjuk pada gundukan diatas sofa yang membuat Nyonya Lan seketika ingin tertawa melihatnya. Bagaimana bisa seorang tamu yang sejak awal berniat untuk menggoda anaknya berakhir dengan bergulung selimut diatas sofa.

“Bangunkan dan ajak makan.” Ucap Nyonya Lan menutup kembali pintu dan terdengar suara tawa dari luar.

Lan Wangji memiringkan sedikit kepalanya heran dengan tingkah sang Ibu. Lan Wangji menghampiri Wei Wuxian dan membangunkannya perlahan dengan menepuk-nepuknya.

“Wei Ying bangun.”

Wei Wuxian perlahan membuka matanya kemudian tersenyum seketika sambil menyentuh wajah Lan Wangji.

“Mimpiku sangat indah, Lan Zhan berada dihadapan ku saat ini.” Ucap Wei Wuxian memandangi wajah Lan Wangji dihadapannya.

“Wei Ying..” Panggil Lan Wangji sekali lagi dan Wei Wuxian langsung sadar kalau ini bukanlah mimpi.

Wei Wuxian perlahan bangkit dan menyibak selimut yang dikenakannya. “Umn... maaf aku ketiduran.”

“Tak apa. Ibu mengajak makan bersama.” Ajak Lan Wangji dan Wei Wuxian mengucek matanya. “Usap perlahan, nanti matamu merah.”

“Lan Zhan.. kamu ternyata perhatian pada ku..” Wei Wuxian berbinar.

“Tidak."

“Aiyo.. jangan pura-pura padaku Lan Zhan.”

Wei Wuxian lalu meraih tangan Lan Wangji dan memeluknya. Mereka lalu berjalan beriringan menuju ruang makan dimana Nyonya Lan dan Lan Xichen telah menunggu mereka.

Nyonya Lan memandangi dua orang yang baru saja ikut bergabung dengannya. Ia lalu menyodorkan masakan pada tamu anaknya.

“A-Xian gimana tadi tidurnya?” Tanya Nyonya Lan membuat Wei Wuxian sedikit memerah karena malu.

“Tadi aku bermimpi seorang pangeran tampan membangunkan ku dengan ciumannya layaknya snow white.” Ucap Wei Wuxian dengan tidak tahu malu.

“Wangji ternyata kamu bisa romantis juga.” Kekeh Nyonya Lan yang langsung dibalas dengan tatapan super tajam dari Lan Wangji.

“Itu bu—”

“Wangji adikku kamu bisa menggoda juga, lain kali ajari aku.” Lan Xichen ikut menimpali membuat Lan Wangji diam dan menyerah.

Terserah mereka menganggapnya apa yang jelas bukan seperti itu kejadiannya.

Lan Wangji menghela nafas. Hari liburnya berubah setelah kedatangan Wei Wuxian yang kini masih memegangi tangannya.

*The Count of Monte Cristo karya Alexander Dumas (1846), aku ada pdf nya kalau ada yang mau baca DM aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*The Count of Monte Cristo karya Alexander Dumas (1846), aku ada pdf nya kalau ada yang mau baca DM aja.

Zona Wangji 「 Wangxian 」- ENDWhere stories live. Discover now