Awalan

38 11 3
                                    

Diberkati otak cerdas nyatanya tidak serta merta membuat Ayu jadi anak yang disukai oleh semua orang. Justru sebaliknya, karena otak pintar yang dimilikinya membuat Ayu dicap sombong. Pasalnya, salah seorang temannya ada yang sengaja tidak mengerjakan tugas. Lalu, dengan seenaknya ingin meminjam tugas yang Ayu sudah kerjakan.

Merasa kesal karena temannya tidak mau berusaha mengerjakan, Ayu pun enggan meminjamkan. Sejak saat itulah mereka mulai menjauhinya. Ada yang terang-terangan, ada pula yang sekadar ikut-ikutan.

Bagaimana dengan Ayu?

Tentu saja hal itu tidak jadi masalah untuk Ayu. Toh, ia di sana untuk belajar bukan untuk pamer seberapa banyak dirinya mempunyai teman.

Bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi. Ayu sudah duduk manis di deretan bangku paling depan. Di sini dirinya lebih mudah mendengar dan menangkap pelajaran yang diterangkan.

Dan, tidak seperti sekolah pada umumnya. Di sini setiap siswa akan duduk sendiri-sendiri, tidak berpasangan.

Suara hentakan sepatu terdengar menggema memasuki kelas. Pemiliknya tidak lain adalah seorang guru bertubuh kecil dengan sebuah kaca mata minus yang bertengger manis di atas hidung mancungnya.

Mendadak ruangan menjadi hening, tidak ada yang berani bersuara. Sampai Bu Intan---nama guru mereka---mengeluarkan pemberitahuan akan mengadakan kuis dadakan pagi itu.

Sontak ruangan yang semula sepi berubah gaduh. Kecuali Ayu.

Dengan santai dirinya mengeluarkan alat tulis, sudah siap untuk kuis. Sama sekali tidak terpengaruh oleh protes yang dilayangkan teman-temannya.

Brak ... brak ... brak!

"Diam, semuanya!"

Bunyi meja digebrak, diikuti suara nyaring Bu Intan otomatis membungkam kegaduhan. Semua diam tidak bersuara, kepala-kepala tertunduk ... takut.

"Kalian ini, ya, baru dikasih kuis saja sudah ribut." Sepasang mata tajamnya menyapu ke seluruh ruangan. Memperhatikan satu persatu siswa yang diam dengan kepala tertunduk. Lalu pandangannya berhenti di meja Ayu.

"Ayu!"

"Ya, Bu."

"Tolong bagikan soal-soal untuk kuis hari ini."

Berdiri dari tempat duduknya, Ayu menghampiri meja guru dan mengambil kertas soal untuk kemudian ia bagikan.

"Waktu mengerjakan soal empat puluh lima menit, selesai tidak selesai harus dikumpulkan. Kalian paham?!"

"Ya, Bu!"

Selama empat puluh lima menit yang berlangsung, semua khusyuk mengerjakan soal. Tidak ada yang berani bertukar jawaban satu sama lain. Tentu saja, karena Bu Intan yang terus berkeliling tidak memungkinkan mereka untuk bertukar jawaban.

Bu Intan geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah muridnya saat mengerjakan soal. Ada yang fokus membaca soal, tetapi tidak kunjung menulis jawaban. Ada juga yang menggerutu atau bahkan garuk-garuk kepala yang tidak gatal karena frustrasi. Tetapi, tidak ada yang menghitung kancing untuk mendapatkan jawaban karena soal yang diberikan adalah soal isian.

Di antara sekian banyak ada satu orang yang berharap memiliki sedikit saja dari otak pintar Ayu. Namun, sayangnya hal itu tidak mungkin terjadi, 'kan?

Tiga puluh menit sudah berlalu, saat itu Ayu mengangkat tangan kanannya ke atas. Menginterupsi kegiatan teman-temannya.

"Saya sudah selesai, Bu."

"Oh, iya. Silakan dikumpulkan di meja saya, Ayu. Setelah itu Ayu boleh  menunggu di luar sampai yang lain selesai."

"Baik, Bu." Ayu melangkah ke luar kelas, menimbulkan suara-suara gaduh dan tatapan tidak suka dari yang lain. Selalu saja begitu.

Huh, iri bilang, bos!

"Ssst, jangan ribut. Cepat selesaikan!" sekali lagi, teriakan Bu Intan sukses membuat seluruh penghuni kelas diam dan melanjutkan kegiatan mengisi soal.

PseuCom

Dunia AyuWhere stories live. Discover now