Impresi

18 9 9
                                    

Olimpiade sains antar sekolah sudah berlalu, namun meninggalkan kesan cukup menyenangkan untuk Ayu. Selama ini gadis yang terkenal pendiam dan jarang tertawa itu merasa sangat terhibur oleh tingkah teman-teman satu timnya---Bayu dan Hanif.

Awal pertemuan Ayu dengan Bayu memang tidak begitu indah untuk dikenang. Bayangkan saja di hari pertama masuk sekolah sebagai siswa baru, Ayu nyaris kena hukuman karena terlambat.

Terkejut melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Ayu yang baru saja memasuki gerbang sekolah buru-buru berjalan menuju kelasnya.

Jarak kelas Ayu dengan gerbang lumayan jauh dan letaknya berada pada bagian belakang. Karena tergesa-gesa, Ayu bahkan tidak lagi memperhatikan jalan, yang terpenting dirinya bisa cepat sampai di kelas. Hingga dirinya jatuh terjengkang, karena disenggol seorang siswa yang berlari kencang dari arah belakangnya.

Sama sepertinya, siswa tersebut juga terburu-buru karena terlambat.

Namun, jangan kalian pikir akan mendapatkan tontonan seperti adegan di serial drama. Dimana si cowok akan mengulurkan tangan pada si cewek, lalu dengan wajah tersipu malu si cewek akan berkata 'Terima kasih, aku tidak apa-apa.' Dan keduanya akan berakhir saling jatuh cinta.

Cuih, jangan harap!

Jangankan membantu berdiri, sekadar meminta maaf saja tidak. Cowok yang belum---dan tidak ingin---Ayu ketahui namanya itu pun cuma memandang sekilas dan berlalu begitu saja meninggalkan Ayu yang merasakan nyeri akibat terjatuh. Di dalam hati, Ayu menggerutu dan mengutuk kelakuan orang yang menyebabkan dirinya terjatuh.

"Jangan melamun, awas kesambet!" Ayu dikejutkan oleh kedatangan Bayu yang tiba-tiba.

Pada jam istirahat seperti ini biasanya Ayu makan dari bekal yang disiapkan ibunya. Tetapi, hari ini Ayu ingin merasakan makanan kantin. Jadilah sekarang dirinya duduk di pojokan, berhimpitan dengan siswa lain.

Pada jam istirahat seperti ini, kantin memang selalu ramai. Beruntung Ayu masih bisa duduk, walaupun kurang nyaman karena berdesak-desakan.

"Kamu mau ngapain?"

"Duduk, makanya geseran dikit napa. Gak liat kursi udah pada penuh?" ucapnya menyuruh Ayu menggeser sedikit posisi duduknya. Dengan isyarat mata, Bayu menunjukkan pada Ayu bahwa meja yang lain sudah penuh semua. Terpaksa, Ayu geser juga posisinya dan memberi sedikit ruang untuk Bayu duduk.

Perdebatan kecil keduanya menjadi perhatian pengunjung kantin. Banyak pasang mata memandang penuh rasa ingin tahu, dan tidak sedikit juga yang berbisik-bisik membicarakan mereka.

Mereka yang memandang penuh rasa ingin tahu, merasa aneh dengan interaksi antara Bayu dengan Ayu. Kalau Bayu mereka tidak perlu heran, karena cowok itu terkenal ramah pada semua orang. Sedangkan Ayu, orang-orang hanya mengenalnya sebagai si kutu buku.

Risih menjadi pusat perhatian, Ayu bergerak-gerak gelisah di tempatnya.

"Kamu kenapa, sih, gerak-gerak terus dari tadi?" dengan tidak tahu diri, Bayu bertanya cukup keras pada Ayu. Dan dihadiahi delikan tajam, membuatnya nyengir kuda. Merasa sudah melakukan kesalahan.

Berbisik di telinga Bayu, "Kamu kurang kenceng kalau ngomong. Sampai orang-orang merhatiin kita terus."

"Ya ampun gitu doang. Kirain apaan," Bayu tergelak mendengar bisik-bisik dari Ayu. "Gak usah kuatir, mereka gak gigit, kok. Ada aku di sini bakal jagain kamu."

Tersenyum cerah hampir menyamai cerahnya langit di siang hari. Bayu tidak kuasa untuk tidak menggoda gadis manis di sampingnya.

"Orang gila."

"Ouch, makasih Ayu. Aku emang gila ... gila karena kamu."

Raut wajah Ayu memerah, bukan karena udara panas. Melainkan takjub dengan kata-kata Bayu yang menurutnya agak sedikit ... nyeleneh.

Tetapi, entah kenapa bukannya merasa marah ataupun sebal. Ayu justru merasa terhibur dengan candaan Bayu. Hal-hal seperti ini sedikit asing untuknya.

Namun, lagi-lagi perasaan asing itu menyusup pelan-pelan dan membuatnya nyaman. Padahal Ayu sangat jarang bisa berinteraksi sedekat ini dengan seseorang. Dan senyuman Bayu menular begitu saja pada Ayu.

Dunia AyuWhere stories live. Discover now