Sepakat

19 9 4
                                    

Semakin hari hubungan pertemanan Bayu dengan Ayu menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Sikap pendiam Ayu perlahan mulai berubah seiring intensitas pertemuan keduanya. Awalnya hanya kebetulan bertemu di kantin, lapangan upacara atau perpustakaan, tapi lama-lama jadi keterusan.

Sikap Bayu yang tengil dan jahil mampu memberi warna tersendiri untuk kehidupan Ayu yang sepi dan cenderung monoton. Bahkan Ayu sudah dapat membalas Bayu dengan candaannya, walaupun terkesan garing. Setidaknya usahanya itu patut diacungi jempol, mengingat bagaimana Ayu yang sangat pendiam---dulu.

Siang ini selepas pulang dari sekolah, Bayu berencana akan menemani Ayu pergi ke perpustakaan daerah. Niatnya Ayu ingin pergi sendiri saja ke sana. Bayu yang mengetahui itu pun menawarkan diri menemani, namun ditolak mentah-mentah oleh Ayu.

Alasannya karena Ayu tidak ingin merepotkan. Lagi pula pergi ke perpustakaan daerah adalah keinginannya sendiri, jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Bayu.

"Bayu, gak usah. Aku bisa pergi sendiri!" tolak Ayu halus.

"Tapi tempatnya jauh, lho. Udah deh, aku anterin aja dari pada kamu naik angkot ke sananya!" Bayu tetap ngotot, tidak mau mengalah.

Meski sempat terjadi perdebatan yang cukup alot di antara keduanya, pada akhirnya Ayu menerima tawaran Bayu.

Mendengar bel pulang sekolah berbunyi, bergegas Ayu memasukkan perlatan sekolah ke dalam tas. Mencangklongnya di punggung, lalu berjalan menuju tempat parkir.

Rambut panjang yang diikat ekor kuda milik Ayu terombang-ambing ke kanan dan ke kiri seiring irama hentakan kakinya. Langkah kakinya anggun membelah keramaian siswa menuju tempat parkir motor. Tempat di mana dirinya sepakat untuk bertemu dengan Bayu sebelum pergi ke perpustakaan.

Memakai jaket berwarna biru dongker, tubuh tinggi Bayu cukup menonjol di antara siswa lainnya. Sehingga Ayu dengan mudah menemukannya.

Berdiri menyender pada jok motor, Bayu tersenyum cerah begitu terlihat olehnya Ayu yang berjalan semakin mendekat.

"Maaf, lama."

"Tenang, menunggu itu gak akan pernah membosankan kalau pada akhirnya aku bisa pergi berdua sama kamu, Ayu."

Mendengar gombalan maut Bayu, tidak membuat gadis itu melayang. Yang ada justru sebuah cubitan mendarat indah di lengan cowok yang jadi idola cewek-cewek kelas satu tersebut.

"Ayu, sakit ...." kata Bayu meringis, sambil mengusap bekas cubitan pada lengannya. Tetapi, dibalas dengkusan keras dan ekspresi jijik oleh Ayu.

"Jadi pergi gak, nih?" Ayu bertanya dan mendelik tajam. "Kalau gak jadi, aku sen---"

"Eh, jangan!" serobot Bayu memotong ucapan. "Nih, helmnya."

Sebuah helm berwarna merah muda diangsurkan, seketika itu juga langsung dipakai Ayu sampai berbunyi 'klik'.

Naik ke atas boncengan motor, kedua tangan Ayu berpegangan erat di kedua sisi kanan dan kiri pinggang Bayu. Ini pertama kalinya Ayu dibonceng oleh orang selain ayahnya.

Gugup melanda hati Ayu, suara degup jantung pun berdetak cukup kencang. Bahkan saking kencangnya, suara motor pun kalah berisik.

"Gak usah tegang, Yu. Boncengan sama aku aman, kok. Sudah terstandar nasional," ucap Bayu setelah kuda besinya melaju di jalanan yang cukup ramai.

Kalimat penghiburan itu cukup mencairkan perasaan gugup di hati Ayu.

***

Tidak lama waktu yang mereka butuhkan untuk tiba di perpustakaan menggunakan motor. Sekalipun jalanan cukup padat siang itu.

Memasuki perpustakaan, mereka mengisi buku pengunjung dan menitipkan tas di loker yang sudah disediakan.

Tanpa basa-basi, Ayu langsung menuju rak tempat buku yang dia cari. Mengambil satu, lalu dibaca sekilas, setelahnya dia bawa untuk dipinjam dan akan ia baca di rumah.

Bayu tidak ada agenda apapun untuk ikut meminjam buku. Jadi, yang dilakukannya hanya duduk manis di sebuah meja kosong sambil mengamati keseluruhan isi perpustakaan. Ia tidak ikut mengekor ke mana Ayu pergi.

Salah satu yang membuat Ayu setuju diantar oleh Bayu adalah ini. Tugas Bayu hanya mengantar, tidak lebih. Bahkan, Ayu tidak memperbolehkannya berkomentar apapun pada buku yang akan ia pinjam. Selain itu, terserah Bayu mau berbuat apa selama di dalam ruang perpustakaan. Asal tidak membuat gaduh.

Hingga selesai urusannya di perpustakaan, Ayu cukup bersyukur dengan sikap penurut Bayu. Cowok itu jauh lebih kalem dari biasanya.

Dunia AyuWhere stories live. Discover now