2. Fear

1.2K 159 23
                                    

"Yang mulia pangeran waktu penobatan satu jam lagi."

Perkataan sang pengawal seolah membawa Giordan kembali ke dunia nya saat ini.

"Bisakah sebentar lagi?"

"Baik yang mulia."

Dengan semua ketakutan yang ia bungkus rapi dengan seulas senyum untuk mengisyaratkan kepada pengawal pribadi nya kalau ia sedang dalam keadaan baik baik saja.

Hidup memang sekejam itu, semakin ia beranjak dewasa semakin kejam dunia yang ia hadapi.

Dahulu waktu kecil semua terasa sesederhana itu.

Tok tok

Tok tok

Tok tok.

Jeno terbangun mendengar pintu kamar nya di ketuk beberapa kali.
Sudah hafal siapa pelaku nya.

Siapa lagi kalau bukan anak nakal nya Pangeran Giordan.

Nana yang awalnya tertidur pulas juga ikut terbangun, bahkan ia baru merasakan tidur 30 menit yang lalu, kini tak ada lagi tidur tenang setelah ketukan pintu kamar tersebut.

Jeno bangkit mendekati pintu lalu membuka nya pelan.
Seperti biasa Giordan akan memeluk nya, lalu menangis.

"Heyy ada apa anak ayah?"

"Mau tidur disini, di kamar Jio ada hantu!"

"Jio mimpi buruk nak?"

"Entah lah."

Jeno mengusap punggung anak nya berusaha menenangkan Giordan yang masih saja tersedu sedu.

Anak itu kalau sudah mimpi buruk bisa sampai panas dingin.

"Ibu," rengek nya saat sampai tempat tidur lalu meringkuk ke dalam pelukan hangat sang ibu.

"Sudah jangan menangis ini tengah malam apa anak ibu tidak mengantuk?"

"Ibu Jio takut."

"Semua mimpi buruk itu hanya mimpi, bukankah ketika pagi hari pangeran akan terbangun dan melihat ibu disamping pangeran? Apa pangeran tak ingin tidur?"

"Ibu dan ayah tak boleh tidur sebelum Jio, janji?"

"Baiklah, mau ibu nyanyikan?"

"Boleh?"

Nana tersenyum mengusap punggung sang putra untuk memberikan nya ketenangan.


Good evening, good night,
With roses covered,
With cloves adorned,
Slip under the covers.
Tomorrow morning, if God wills,
you will wake once again.

Good evening, good night.
By angels watched,
Who show you in your dream
the Christ-child's tree.
Sleep now blissfully and sweetly,
see paradise in your dreams.

Lagu itu Nana senandung kan perlahan sampai akhir nya  Giordan kembali terlelap dalam tidur nya.

Namun pasti ujung ujung nya Nana dan Jeno lah yang tak akan tertidur, karena terlarut menatap wajah putra mereka.

"Bukan kah Giordan sangat mirip dengan mu?"

Jeno menoleh pada istri nya.

"Ya setidak nya lebih dari setengah dirimu diwarisi oleh Giordan."

"Anak kita tumbuh begitu cepat ya Jen?"

"Bukan kah waktu berlalu sangat cepat? Rasa nya baru kemarin kita membuat pengumuman kehamilan mu, rasa nya baru kemarin rakyat ikut merayakan kehamilan mu, rasanya baru kemarin aku menangis mengecup perut mu saat kau mengatakan ada buah hati kita disana."

"Andai anak ini tau betapa ayah nya menyayangi dia," Ucap Nana.

Bukan tanpa sebab, ada sebagian rasa takut dalam diri Giordan pada Jeno. Bagaimana Jeno mendidik nya untuk menjadi seorang pangeran mahkota yang tangguh cukup keras.
Alhasil Giordan mempunyai sekelebat rasa takut pada sang ayah.

"Suatu saat dia akan tau na."

"Lihat lah betapa polos wajah nya ketika tidur seperti ini, ah aku iri. Dia persis seperti ayah nya. Padahal aku yang mengandung nya dan bersusah payah melahirkan nya."

"Terlepas dari anak kita mirip siapa, rasa sayang nya seolah diberikan semua untuk mu na, mungkin cinta nya kepadamu sebesar rasa cinta ku."

"Tentu saja harus dia anak ku."

"Anak kita Nana," koreksi Jeno.

"Yang mulia bukan kah ada pertemuan pagi di balai kota?"

"Iya sebaik nya kita tidur beberapa jam lagi."

"Tidur lah terlebih dahulu aku akan mengambil kompres untuk Giordan. Badan nya mulai hangat. Tak enak membangun kan pelayan di jam jam seperti ini."

"Biar aku saja."

"Tak enak rasa nya memerintah seorang raja," goda nana

"Aku melakukan nya sebagai ayah Giordan dan sebagai suami mu na."

"Baiklah terimakasih yang mulia."

Jeno bangkit mengambil kompres di ruang kesehatan yang berjarak tak terlalu jauh.
Kemudian menempelkan di kening sang anak.

Beginilah setiap Giordan mengalami mimpi buruk dia pasti akan berlari ke kamar orang tua nya.
Mengetuk pintu lalu menangis di pelukan sang ayah kemudian meminta ditemani tidur oleh sang ibu dan berakhir demam.

"Dia tak terlihat seperti seorang pangeran tangguh ketika seperti ini," Jeno terkekeh

"Terlepas dari tahta pangeran nya dia masih anak kecil yang selalu memerlukan kita berdua."



"Yang mulia sudah 15 menit kita terdiam disini? Waktu semakin sedikit."

Kembali Giordan tersadar dari lamunan nya

"Baiklah aku akan bersiap."

Giordan bangkit dari duduk nya.

"Apakah semua nya sudah siap? Hanya menunggu aku?" Tanya Giordan pada Serena yang merupakan sekretaris kerajaan.

"Iya yang mulia."

"Baiklah lagipula acara akan di mulai 45 menit lagi, pakaian ku apa sudah disiapkan?"

"Sudah di siapkan oleh kepala istana di kamar anda yang mulia."

"Baik aku akan bersiap."

Giordan melangkah ke dalam kamar nya.
Atensi nya tersita oleh jubah kerajaan.

"Ayah, Jio takut.." lirih nya.





To be continue...

Hiii sini ngumpul bentar dong wkwkk aku kangen nihh sama readers work ku

Our Little PrinceWhere stories live. Discover now