7. End

708 69 9
                                    

"Jio umumkan tanggal pernikahan mu, agar ayah bisa titip pemerintahan sementara sebelum berlibur."

Di ruangan itu sudah ada dua keluarga yang sedang berdiskusi.

"lele mau pertengahan tahun, boleh kan papa momma? Yang mulia? Apa boleh?"

"Tuan putri pelankan suara mu saat berbicara," tegur ayah nya.

Jeno tersenyum. Levanya keponakan nya sudah ia anggap anak sendiri.

"Boleh anak kecil, tapi Jio juga harus setuju."

"Aku boleh saja ayah."

"Deon tolong carikan hari baik nya."

"Baik yang mulia."

Setelah pertemuan keluarga itu selesai, Giordan masih tetap di ruangan itu dengan sang Ayah.

"Pangeran terimakasih sudah banyak membantu ayah untuk masalah kemarin ya, ayah bangga dengan mu. Kini ayah yakin sepenuhnya pangeran bisa memimpin negri ini."

"Saya masih perlu banyak bimbingan yang mulia Raja."

"Cukup merendah nya, kau hebat nak, tentang Levanya, Ayah minta sesuatu boleh nak?"

"Apa ayah?"

"Bisa berjanji jaga tuan putri sampai akhir? Levanya sudah ayah anggap anak ayah juga. Ayah percaya pada Jio,  bisa?"

"Bisa ayah, aku berjanji."

"Levanya  satu satu nya orang yang akan membantu mu dalam memimpin kerajaan ini nanti nak, jadi tolong bimbing putri dengan baik ya?"

"Harusnya tak sulit untuk Levanya, dia juga anggota kerajaan ayah."

Jeno mengangguk mantap menyetujui pernyataan sang anak.

"Kalau begitu ayah pergi dulu menyusul Ibu mu. Ah ya, Ayah pergi lusa dan terimakasih sudah merusak kejutan ayah untuk ibumu."

Jio meringis setelah mendengar perkataan ayah nya sebelum akhirnya pintu ruangan tersebut tertutup dan dia benar benar sendiri disana.

....

"Ada apa? Sesuatu mengganggu pikiran mu?"

"Tidak hanya saja terakhir aku berbicara banyak dengan ayah di ruangan ini."

Levanya tersenyum.

"Apakah Ayah dan Ibu Ratu bahagia melihat kita sekarang?"

"Tentu saja, mereka yang paling menantikan hari ini."

"Yang mulia, terimakasih telah memilih saya sebagai teman hidup anda"

"Kenapa kau mendadak sangat sopan padaku?"

"Setidaknya hargai usahaku untuk berubah Yang mulia, jangan malah mengejek ku."

"Baiklah tuan putri mari menyapa Rakyat, mereka sudah menunggu lama."

"Aku Ratu mu sekarang, aku bukan tuan putri lagi Giordan."

"Astaga yang mulia ratu, pelankan suara mu sebelum para pejabat mendengar nya. Momma segera bergegas kemari mendengar teriakan mu. Jaga mulut mu itu Levanya."

Jio terkekeh merasa menang mendengar momma Hera memarahi Levanya.

"Sejak kapan momma didepan pintu?"

"Sejak kau mulai berteriak. Hati hati dalam perkataan mu kau sudah bukan anak kecil lagi, kau ibu dari negri ini Levanya."

Our Little PrinceWhere stories live. Discover now