5. Ayah, Ibu, Jio.

618 65 0
                                    

Giordan menatap kotak kayu berukuran sedang yang di berikan paman nya.
Berusaha menyiapkan hati nya untuk membuka kotak tersebut.

Satu helaan nafas berat lolos, agak nya ia takut pertahan yang ia bangun dengan kuat runtuh seketika.
Seperti tadi saat sang paman merangkul nya.

Mata nya berhenti menatap foto cantik sang ratu walau tak tersenyum.

Kemudian beralih ke figura sang ayah di sebelah nya, yang tampak tegas dan berwibawa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kemudian beralih ke figura sang ayah di sebelah nya, yang tampak tegas dan berwibawa.

Kemudian beralih ke figura sang ayah di sebelah nya, yang tampak tegas dan berwibawa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Sekali lagi Giordan menarik nafas. Barulah ia membuka kotak kayu tersebut.

Mata nya mulai tak kuasa menahan air mata saat melihat ada beberapa foto diri nya sang ayah dan sang ibu sewaktu Giordan masih kecil.

Rasa nya rindu sekali.

Dengan tangan gemetar Giordan membuka buku yang ada di dalam kotak tersebut.

5  Februari 2002

Giordan Anteros William.

Nama yang memiliki arti Aliran kasih sayang..
Ayah mu memberi mu nama seperti itu agar nanti kau selalu mendapatkan kasih sayang.

Selamat datang di dunia ini pangeran mahkota, kesayangan ibu dan ayah. Senang bisa memperjuangan Giordan sampai detik ini, meskipun ibu tak dapat mengandung lagi.

Tak apa Giordan saja sudah cukup.

Ibu dan ayah mencintai mu.

Giordan membuka lembaran selanjut nya.

20 Februari 2002

Giordan kecil yang menjadi begitu rewel beberapa Minggu ini.
Maaf ya nak, ibu dan ayah masih baru belajar menjadi orang tua. Maaf membuat Giordan sering menangis.

Tapi ibu dan ayah tak akan menyerah, kami masih berusaha menjadi yang terbaik untukmu nak.


23 April 2002

Untuk pertama kali nya ayah merayakan ulang tahunnya bersama Giordan.
Bagi ayah, Giordan adalah hadiah yang paling indah.
Tetap lah tersenyum agar ayah juga bisa tersenyum.
Cepatlah tumbuh besar agar kita bisa bersama sama menjaga ibu.

13 Agustus 2002

Yayyy hari ini ulang tahun nya ibu. Giordan bahkan sudah bisa memanggil ibu nya walau belum sempurna.
Tak apa nak, ibu dan ayah akan selalu mengajarkan nya.
Maaf yaa kalau kami sering meninggalkan Giordan untuk tugas kenegaraan.
Suatu saat Giordan pasti mengerti.


31 Desember 2002

Malam Tahun baru pertama untuk keluarga kecil kita, hari ini ayah dan ibu akan mengajak Giordan untuk melihat banyak kembang api
Tapi sayang Giordan malah menangis karena ketakutan.
Dan lihat apa yang ibu dan ayah temukan saking takut nya akan suara ledakan Giordan melangkah untuk pertama kali nya.

Ayah dan ibu sangat senang dapat menyaksikan langkah pertama mu nak.

Jio membuka halaman demi halaman dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Benar, semua terasa begitu cepat. Rasanya baru kemarin mereka masih berkumpul bersama.

Mara Jio kemudian melihat sebuah kertas terlipat, semacam surat. Lagi lagi dengan ragu Jio membuka nya.

Untuk Jio.

Pangeran, ayah sudah berhasil menyingkirkan gangguan yang dapat mengusik tahta kerajaan.
Pangeran harus bisa memimpin negeri ini lebih baik dari ayah.
Maaf, jika selama ini ayah mungkin mendidik pangeran terlalu keras, ketahuilah itu semua untuk kebaikan Jio.
Ayah melakukan itu untuk kebaikan Jio.

Jujur ayah terpikir untuk menulis surat ini karena kami takut tak bisa menepati janji kami.
Entah kenapa perjalanan kali ini terasa agak menghawatirkan kan. Entah lah, ayah sedikit berfikiran tentang hal buruk tanpa alasan akhir akhir ini.
Padahal masalah sudah berakhir, harusnya semua sudah baik baik saja kan, Nak?"

Sampai bertemu satu minggu lagi Pangeran Mahkota Giordan, maaf ya ayah bawa ibu pergi sebentar. Ayah ingin menghabiskan banyak waktu dengan ibu mu, setelah sekian lama.
Jaga kesehatan, jangan makan terlambat
Ayah dan Ibu menyayangimu.

Jio tutup kembali buku tersebut, sebelum kertas nya basah karena air mata nya.

"Hey? Kau menangis? Ada yang salah? Ah salah, maaf saya tidak sopan, maaf kan saya Yang mulia Raja."

Jio menghela nafas melihat sosok didepan nya yang datang tiba tiba ini.

"Vanya? Kau masih bisa memanggilku seperti biasa."

"Baiklah jika kau meminta begitu." Seperti biasa sepupu sekaligus tunangan nya ini memang sangat bisa bersikap angkuh.

"Aku tidak meminta, aku hanya memberi tahu kan hal ini padamu."

"Ah ngomong ngomong, aku lupa membawa hadiah mu, momma bilang sudah membawa nya tadi tapi dia lupa, Maaf."

"Tidak perlu menyalahkan Momma, kau saja yang teledor."

Putri Levanya memandang sinis tak terima ke arah Jio. Tetapi disini dia memang salah, jadi ia tak ingin memperpanjang perdebatan.

"Pernikahan akan berlangsung kurang dari sebulan Vanya, aku harap kau mengurangi keteledoran mu."

"Aku tau, meskipun tak sebijak ibu ratu, aku yakin aku mampu."

Lalu kemudian pandangan nya beralih ke figura besar milik Raja Jeno dan Ratu Nana.

"Bukankah mereka seperti kisah kisah di negeri dongeng? Mereka selalu saling mencintai bahkan sampai akhir."

"Mereka jahat, mereka meninggalkan aku ketakutan disini sendiri."

Putri Levanya menoleh menatap Jio, tak menyangka kata itu akan keluar dari mulut Jio.
Vanya kemudian memutuskan untuk memeluk tunangan nya.

"Masih ada aku? Apa yang anda katakan? Aku disini, ada papa, ada mama. Mereka juga orang tua mu."

Jio menangis tertahan semua ini terlalu mendadak untuk nya. Dia masih terasa seperti mimpi. Rasanya seperti Ibu dan Ayah nya kemarin masih disini.

"Tidak apa apa, jika menangis bisa membuat mu menjadi lebih baik, kau bisa bersembunyi padaku untuk melepaskan nya, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri Jio, kamu juga manusia biasa."

Sang Putri menepuk pelan punggung Jio memberi ketenangan padanya.
Jujur hatinya juga sakit, dia juga sama hancurnya setelah kejadian kemarin. Tapi disini Jio jauh lebih sakit.

Our Little PrinceWhere stories live. Discover now