13. Kemajuan pertama

60.6K 10.8K 353
                                    

"KAK ORI!"

Ana berlari dari ujung koridor dengan terburu-buru, mengejar langkah kaki Orion yang benar-benar lebar.

"Kak Ori!" Panggil Ana sekali lagi begitu ia sudah dekat dengan cowo itu.

Merasa ada yang memanggilnya, Orion berhenti. Cowo itu berbalik menatap Ana yang terengah-engah sembari menunduk memegangi lututnya.

Orion membenarkan ransel yang berada di sebelah pundak kanannya dengan tangan kiri yang berada di saku celana.

Niat hati yang ingin menemui seseorang harus ia tunda terlebih dahulu karena gadis didepannya.

Ana menengadah, menatap cowo jangkung yang sudah menjadi crush-nya sejak lama. Gadis itu menelan ludah sebelum mulai berbicara.

"Kak Ori," panggilnya dengan lembut.

"Kenapa bekal yang aku kasih dari kemarin selalu kakak kasih ke Kak Revan?" Matanya sedikit terlihat penuh pengharapan, berharap jika Orion tidak memberikan jawaban yang dapat menyakiti hatinya.

Orion menggaruk kepalanya dengan canggung. Ia terdiam sebentar sebelum memberikan jawabannya. "Sorry, tapi gue udah makan."

Ana mengangguk-anggukkan kepalanya dengan canggung. Walau ia merasa sedikit sedih, sebisa mungkin ia tetap tersenyum didepan Orion.

"A-ah.. tumben? Kata Kak Shaka, kakak jarang sarapan dirumah."

Orion meringis kecil. Gadis didepannya ini ... sedikit cerewet.

Melihat Orion yang hanya diam tanpa berminat menjawab, membuat Ana berinisiatif menambahkan topik lagi.

"Kalau gitu, besok kakak ga usah sarapan aja, sekali-kali cobain bekal aku, aku buat udang kesukaan kakak loh!" Ana berkata dengan riang, berharap jika Orion akan meresponnya.

Namun sayangnya, itu justru membuat Orion hanya bisa terkekeh canggung. Mau dikemanakan bekal Qiandra yang seharga 50 ribu itu kalau ia makan bekal milik Ana?

Lagipula, ia juga tidak mungkin makan bekal Ana yang isinya udang. Karena ... "Sorry, tapi gue juga alergi udang."

Senyum Ana luntur begitu saja. Tangannya yang sejak tadi memegang tali ranselnya dengan penuh semangat perlahan-lahan turun merosot.

"Tapi ... kata Kak Shaka, kakak suka udang?"

Orion menghela nafasnya kemudian meringis kesal sembari mengigit bibirnya kesal.

Shaka, Shaka, Shaka dan Shaka!

Jika gadis didepannya ini menyukainya, akan lebih baik jika ia berusaha sendiri. Bukan dengan mengandalkan orang lain terutama yang berstatus sahabatnya. Lama-lama ia muak juga mendengarnya.

Lagipula, kemungkinan Shaka salah paham. Ia tidak pernah menyukai udang, bahkan untuk memakannya saja tidak bisa.

Shaka mungkin berpikir ia menyukai udang karena terkadang ia membawa udang dalam jumlah yang banyak kesekolah.

Tapi itu semua jelas bukan miliknya. Itu semua dibuat oleh ibunya untuk Revan. Cowo itu penyuka udang, terutama bola udang milik ibunya. Ia bahkan sanggup menghabiskan sebaskom penuh bola udang sendirian dalam sekejap.

Shaka membasahi bibir bawahnya sekilas,"Shaka salah paham, dia mungkin mikir kek gitu karena gue sering bawa udang kesekolah, padahal semua itu untuk Revan," kata Orion menjelaskan.

Ana hendak membalas, tetapi sebelum itu sudah dipotong oleh cowo itu. "Dan satu lagi, tolong jangan bawain gue bekal atau semacamnya lagi."

"Kak ...?" Mata Ana berkaca-kaca.

Seventeen but Fifteen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang