15. Pembalasan untuk Shaga

56.9K 9.7K 430
                                    

"Keknya gue nemuin sesuatu deh," Zora mengetuk-ngetukkan jarinya ke dagunya,  kedua alisnya tertaut karena berpikir keras.

Matanya sama sekali tidak lepas dari monitor yang tersambung langsung pada raga aslinya. Menunjukkan garis-garis yang naik turun karena jantungnya yang menunjukkan reaksi.

Zico mengalihkan perhatiannya terhadap Zora, ia menaikkan sebelah alisnya. "Maksud lo?"

"Gue ngerasa, setiap kali otak gue bereaksi, itu waktunya pas banget sama ketika gue berhubungan dengan orang-orang."

"Hah?" Zico semakin mengerutkan keningnya pertanda bahwa ia sedang kebingungan. Kakinya berjalan mendekati Zora yang berdiri didepan monitor.

Cowo itu mengambil posisi disebelah brangkar dan duduk dikursi yang tersedia.

Zora berdecak kecil. Ia membasahi bibir bawahnya sekilas, kemudian membalikkan tubuhnya, mengalihkan pandangannya dari monitor itu menuju netra hazel milik Zico.

"Pertama kali, otak gue bereaksi pas gue lagi sama Orion, crush-nya Qiandra."

"Kedua," Lanjut Zora lagi sembari menunjukkan kedua jarinya pada Zico. "Otak gue kembali bereaksi pas gue deket sama temen-temen baru gue."

Wajah Zico yang sejak tadi serius berubah menjadi raut malas seketika. Cowo itu berubah jengkel, "Aneh-aneh aja lo."

"Gue serius!" Gadis itu berusaha meyakinkan cowo itu.

"Itutuh kayak impiannya Qiandra tau!" Ngotot gadis itu kembali.

"Ah, kebetulan doang kali, baru dua kali juga. Lagian dari mana lo tau tuh impiannya Qiandra?"

"Gue baca naskah novel dilaptopnya," Zora memelankan suaranya.

"Novel?" Zico menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, novel terbarunya. Dia penulis novel ternyata."

"Terus, hubungannya sama tuh novel apaan?"

"Novel terbarunya itu berisi tentang kehidupan yang dia impiin, kayaknya. Soalnya deskripsi tokoh-tokohnya sama nama sekolahnya mirip sama yang asli, beberapa namanya juga ada yang hampir sama." Jelasnya sedikit ragu, ia juga asal tebak sebenarnya.

"Perasaan lo doang kali," jelas Zico tidak percaya, mana mungkin otaknya bereaksi hanya karena impian Qiandra terkabul.

"Lo ga percayaan banget," Zora cemberut, gadis itu melipat tangannya didepan dada dengan bibir yang mengerucut kedepan.

"Buktiin coba, deketin noh keluarganya. Kalo otak lo kembali bereaksi, gue beliin lo susu strawberry sedus."

Zora yang seakan-akan baru saja terbang kelangit, langsung terhempas jatuh kedalam tanah begitu saja. Ia yang baru saja senang karena Zico memintanya membuktikan, langsung redup begitu mendengar kata keluarga.

Dadanya berubah panas begitu mengingat bagaimana Shaga menamparnya. Ditambah perlakuan Arka dan Shaka padanya selama ini.

Tidak! Tidak! Ia tidak bisa berpura-pura seperti itu. Setiap kali mengingat wajah mereka semua—minus Gio, rasanya ia ingin membakar semua hidup-hidup.

Ia benci sekali dengan keluarga itu.

Menyadari Zora yang terdiam, Zico tersenyum kecil.

"Urusan Shaga kemarin, biar gue yang bales. Lupain sisanya dan deketin lagi keluarganya, lo pengen balik ketubuh lo, kan?" Ujar Zico seakan-akan ia bisa membaca pikiran Zora.

Sebenarnya ia juga tidak percaya dengan omongan Zora. Tapi ... tidak ada yang salah dengan mencobanya, kan?

Zora menoleh pada Zico, ia tampak menimang sebentar. Namun tak lama, seringaian licik dibibirnya.

Seventeen but Fifteen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang