18

533 44 4
                                    

.

.

.

"Ada darah yang menggumpal di kepalanya disini. Ini penyebab ia sering sakit kepala pasca kecelakaan. Jungkook kemungkinan besar menahannya karena berpikir itu sakit kepala biasa hingga sampai dititik ini."Jimin menunjuk layar hasil Rontgen kepala jungkook pada Taehyung yang duduk berhadapan dengannya dimeja kerjanya.

"I-ije eotteokae? (Sekarang bagaimana?),"Taehyung tertegun menatap Jimin, jelas ia bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

"Tidak ada jalan lain selain operasi."ucap Jimin.

"Lakukan sekarang juga."

"Kau siap menerima resikonya?,"kali ini Jimin menatapnya lekat, sangat jarang seorang Jimin melakukannya.

"M-mwo? Katakan apa resikonya?"

"Jungkook bisa mengalami hilang ingatan temporer atau permanen tergantung hasil operasi nanti."bahu Taehyung seolah runtuh lesu. Apalagi sekarang? Bukankah semuanya sudah selesai? Lalu kenapa Jungkook harus mengalami hal seperti ini?

"Bagaimana...bagaimana jika tidak operasi? Apa ada obat pengencer darah?,"Taehyung menahan kalutnya.

"Sangat lama dan jauh kemungkinan sembuhnya jika hanya dengan minum obat. Cara terbaiknya adalah dengan mengangkat gumpalan darah yang mengganggu itu."pahit. Tapi sebagai saudara, Jimin harus mengatakan yang sebenarnya, itu sumpahnya sebagai dokter.

"Aku tidak bisa mengambil keputusan itu sekarang."

"Kenapa? Jungkook membutuhkan penanganan segera, Tae. Kondisinya kritis."Taehyung menunduk, ia sangat ragu, ia takut Jungkook tidak mengenalinya lagi atau bahkan lebih dari itu.

"Kita tidak bisa bertanya padanya saat ini. Siap atau tidak siap Jungkook membutuhkan operasi. Pikirkan itu dalam beberapa jam kedepan. Aku akan mempersiapkan persediaan darah untuknya."Jimin beranjak dari kursinya, membiarkan saudaranya itu berpikir sendiri diruangannya.

Taehyung termenung seorang diri di ruangan berbau khas rumah sakit itu. Ia bingung sungguh. Ia tidak tahu apakah keputusannya kali ini akan berdampak baik untuk Jungkook. Jika ia memilih operasi, itu akan menyelamatkan Jungkook tapi ia tidak siap jika Jungkook melupakannya. Tapi jika ia tidak memilih operasi, Taehyung tidak siap kehilangan Jungkook. Sudah cukup ia kehilangan Jihoon. Ia tidak mau kehilangan lagi. tidak. Taehyung tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Apapun yang akan terjadi pada Jungkook, yang terpenting adalah menyelamatkannya.

"Tae."sebuah panggilan membuatnya menoleh, sosok Yoongi berdiri di depan pintu ruang kerja Jimin.

"Bagaimana Jungkook, hyeong?,"tanya Taehyung pelan, ia terlihat lemas.

"Jungkook sudah sadar. Dia mencarimu."

"Sungguh? Aku akan kesana."Taehyung seketika beranjak dari duduknya. Tapi langkahnya terhenti tepat di samping Yoongi yang menahan bahunya.

"Putuskan yang terbaik untuk Jungkook. Aku, Jimin dan yang lain ada bersamamu."Taehyung menarik sekilas sedikit senyumnya dan mengangguk ragu sebelum akhirnya berlalu.

"kookie... gwaenchanna? Hyeong waseo."Jungkook membuka matanya perlahan saat Taehyung mengusap punggung tangannya.

"Jalsaengyeoseoyo."kekeh Jungkook.

"Neodo jalsaenggyeota, Saeng."Taehyung mengusap kepala Jungkook. "Apa kau masih sakit kepala?"

"Tidak hyeong. Hanya sedikit pusing. Rasanya semua berputar."Jungkook memejamkan matanya.

Mirror [Part 2]Where stories live. Discover now