12

630 55 3
                                    

.

.

.

Seorang wanita tua dengan anggun duduk sebuah kursi di balik meja kerja. Mengenakan pakaian formal membuatnya jauh terlihat muda di bandingkan usianya. Nyonya besar Jeon, ibu dari ayah Jungkook memegang sebuah cangkir berisi teh chamomile. Menyesapnya sedikit demi sedikit sembari menikmati rintik hujan yang membasahi jendela kaca ruang kerjanya.

Tok Tok Tok

"Halmeoni, ini aku."panggil suara dari luar pintu.

"Masuklah."jawabnya lembut.

Pintu terbuka memunculkan wajah tampan seorang anak remaja dengan pakaian seragam sekolah. Sosok yang disapa halmeoni itu memperhatikan cucu kesayangannya dari atas sampai bawah. Terlihat anak itu masih sangat rapi, meski pulang sekolah, bahkan rambutnya pun masih sama seperti saat berangkat sekolah.

"Halmeoni memanggilku?,"anak itu berdiri di depannya.

"Eoh, duduklah. Ada yang ingin halmeoni katakan padamu."ucap nenek Jeon.

Jungkook, anak muda dengan seragam sekolah itu berjalan ke sofa di ruangan itu dan duduk dengan tenang. Ia tidak tahu apa yang ingin di bicarakan neneknya, begitu ia tiba dirumah, sekretaris Park memintanya menemui neneknya seorang diri. Jadilah Jungkook duduk diam menunggu dengan sabar hingga neneknya menghampirinya dan duduk di sofa single di sisi kanannya.

"Jungkook, berapa usiamu sekarang?,"tanya nenek Jeon.

"Tujuh belas tahun, halmeoni."

"Kau tumbuh dengan sangat baik bahkan sekarang sudah duduk di kelas tiga. Sebentar lagi kau ke universitas, halmeoni merasa ini waktunya untuk halmeoni bicara denganmu."Jungkook diam menatap neneknya tanpa menyela.

"Kau tahu? Kau adalah cucu kesayangan halmeoni. Halmeoni tahu ada Junghyun, kakakmu, tapi halmeoni menilai dan memilih kepada siapa yang tepat untuk halmeoni menunjuk penerus keluarga kita."Jungkook mengerjap.

"Halmeoni, maksud halmeoni...,"Jungkook menggantung kalimatnya.

"Ya, halmeoni mau kau yang menjadi penerus keluarga Jeon."

"Maaf halmeoni, Jungkook tidak mengerti."nenek Jeon tersenyum, dia paham Jungkook masih cukup muda untuk hal ini.

"Dengarkan halmeoni. Halmeoni sudah menyerahkan 80% dari seluruh harta keluarga atas namamu. Sisanya halmeoni serahkan pada ayahmu. Kau akan meneruskan apa yang sudah halmeoni bangun selama ini. Ini bukan hal mudah, Jungkook, apalagi kau masih sangat muda. Tapi halmeoni percaya padamu, sekretaris Park akan membantumu dan membimbing sampai kau siap memimpin."Jungkook membulatkan matanya dan menegakkan tubuhnya bersamaan titah itu di turunkan padanya.

"Tapi halmeoni...aku..."Jungkook menunduk. "Apa itu tidak adil untuk yang lain? Maksudku...apa tidak sebaiknya Appa mendapatkan bagian itu? Aku tidak apa tidak mendapat bagian. Aku tidak menginginkan itu."nenek Jeon tersenyum.

"Aku tahu, aku tahu semua yang kau pikirkan dan aku tahu kau pasti menolak hal ini. Aigoo... cucu halmeoni ini hebat sekali. Halmeoni tidak salah memilih penerus."Jungkook menatapnya bingung.

"Jungkook, kaulah penerus yang tepat. Tidak apa kau belum bisa menerimanya sekarang, aku yakin kau akan menerima itu kelak jika kau sudah siap. Sementara ini, ingat apa yang halmeoni katakan, kau harus mengingat ini baik-baik. Stempel keluarga yang ada di tangan halmeoni, itu adalah barang paling penting yang tidak boleh jatuh ke tangan siapapun. Halmeoni percaya padamu, karena itu hanya kau dan halmeoni yang tahu dimana letak stempel itu. Jaga itu dengan hidupmu sendiri. Kau bisa memegang kepercayaan yang halmeoni berikan, nak?,"mata mereka beradu, ada kepercayaan satu sama lain disana. Seolah menyiratkan bahwa yang dapat saling percaya di keluarga itu hanya mereka, sementara diluar sana hanya terlihat baik di depan tapi menikam di belakang. Jungkook mengangguk yakin.

Mirror [Part 2]Where stories live. Discover now