14

640 58 6
                                    

.

.

.

"Baiklah, apa rencanamu?,"Jihoon tersenyum manis menatap Junghyun. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, ia merasa ia perlu menyingkirkan Jungkook demi Taehyung.

"Tinggalkan aku disini sendiri, aku akan memberi petunjuk pada Jungkook. Aku yakin dia akan mencari keberadaanku, kita buat dia menemukanku."ucap Jihoon, seraya menarik sebelah sudut bibirnya.

"Lalu? Hanya seperti itu?,"Junghyun menaikkan sebelah alisnya.

"Aniyo. Aku akan membawanya keluar dari tempat ini ke jalan besar. Hyeong bisa menunggu kami disana, berikan aku kode untuk memancingnya ke tengah jalan. Kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan setelah itu kan, hyeong?,"Junghyun terkekeh mendengar rencana Jihoon.

"Gila. Ini ide gila. Apa kau mau mati bersamanya? Kau bosan hidup?,"Jihoon memasang puppyeyesnya.

"Aniyo. Aku hanya akan memancingnya saja, kau bisa menabraknya sebelum dia mendekat ke arahku. Aku tahu kau pengemudi yang hebat, hyeong. Itu bukan hal sulit untukmu."Jihoon menegakkan tubuhnya dan melipat tangannya didada, memajukan bibirnya, kesal seolah idenya dianggap remeh.

"Kau pandai memuji, bocah. Aku suka anak sepertimu. Hanya seperti itu? Itu hal mudah bagiku. Aku akan minta orang-orangku mengosongkan rumah ini. Tapi aku rasa itu saja tidak cukup."Junghyun nampak berpikir.

"Tidak cukup? Lalu apa yang kurang?,"Jihoon menatap setiap pergerakan Junghyun. Jihoon bukan anak kecil biasa, ia mampu menilai seseorang dengan baik meski ia terlihat polos.

"Akan terlihat aneh jika kau dalam kondisi baik-baik saja."Junghyun menyorot tubuh Jihoon dari atas hingga bawah.

"M-maksud hyeong?,"Jihoon menunjukkan sisi ketakutannya. Ia perlahan menyingkir dari Junghyun.

"Kau takut? Hahahaha aku tidak akan membunuhmu, kau ingin membuat rencana ini lancar kan? Aku perlu sedikit menyempurnakannya, bocah."Jihoon mendongak menatap Junghyun yang berdiri di depannya.

"I-iya, tapi--"

Bugh!

"Akh!,"Jihoon terbaring menyamping. Tanpa aba-aba Junghyun meninju wajahnya.

"Ingat ini demi rencanamu. Kita harus berhasil menyingkirkannya, bukan?,"Junghyun menatap Jihoon penuh kelembutan. Jihoon mendudukkan dirinya, ia mengangguk pelan saat Junghyun mengusap kepalanya.

Bugh! Bugh! Dukk!

"Bocah bodoh."Junghyun memasang seringainya, begitu tangannya berhasil membuat Jihoon tidak sadar hanya dalam tiga kali pukulan dengan benturan di keningnya. Junghyun meninggalkan Jihoon begitu saja di kamar itu, sementara ia keluar dan mengumpulkan orang-orangnya.

Merasa keadaan mendukungnya, Jihoon membuka matanya. Ia mendudukkan dirinya, mendengus pelan, memegang rahangnya yang terasa nyeri. Kekehan kecil keluar dari mulutnya, ia tahu mengalahkan Junghyun tidak bisa semudah itu. Ia diam dan berpikir, tidak sampai lima menit ia beranjak dari duduknya.

Ceklek!

'Kau yang bodoh,'batin Jihoon. Untuk sesaat Jihoon merasa menang karena kebodohan Junghyun yang tidak mengunci kamar tempatnya di sekap hanya karena ia terlihat pingsan.

Jihoon memperhatikan sekelilingnya, ia tahu Junghyun pasti sedang mengumpulkan orang-orangnya untuk rencana yang ia buat. Jihoon berjalan mengendap menuruni tangga, matanya terus berkeliaran menatap sekitar, memastikan tidak ada yang melihatnya. Ia menuju ke dapur, meraih sebuah gunting besar, mengambilnya sangat perlahan hingga tidak menimbulkan suara sama sekali.

Mirror [Part 2]Where stories live. Discover now