II.ii Keputusan

44 10 14
                                    

Dwi merasa bimbang, terlihat jelas di raut wajahnya yang mengatakan 'Aku tidak bisa memutuskannya sendiri'.

Akankah mereka ambil atau tidak? Pilihan kedua menentukan takdir mereka ke depannya.

***


"Apa kamu yakin, Edi?"

Dwi bertanya lagi untuk kesekian kalinya, dia benar-benar ingin memastikan pilihan mereka. Dia juga tidak ingin keputusan ini membawa dampak buruk bagi keduanya....

Setelah sekian lama, cukup lama bagi mereka memilah pilihan. Pada akhirnya keduanya memutuskan untuk membuka kotak itu.

Tidak peduli apa pun resikonya nanti, ditambah tidak ada pilihan lain selain membukanya. Mengingat tidak ada siapa pun yang dapat membuka kotak itu selain mereka berdua. Belum lagi, mereka juga mencoba untuk membuangnya. Hasilnya, kotak itu kembali lagi.

Satu bulan lamanya mereka menimbang, menentukan pilihan yang jawabannya harus Iya.

Edi memandang Dwi di sebelahnya, kali ini dia yakin meski keraguan dan rasa cemas masih menghantui.

"Ya, aku Yakin." Jawabnya.

Dwi membalas tatapan Edi, keduanya saling pandang memastikan sahabatnya itu, sorot matanya begitu yakin. Sebelumnya, mereka berjanji untuk membuka kotak itu bersama, jika sudah yakin -sebagai catatan-.

Kali ini Dwi sendiri yang merasa ragu, entah mengapa hatinya getar. Dia seolah takut, timbul gejolak tidak ingin berpisah dari siapapun, terlebih sahabat baiknya.

Dwi mengepalkan tangannya dengan erat, kemudian pandangannya beralih menatap pada kotak di tangannya.

"Tapi---"

"Aku paham kamu khawatir, Dwi. Aku sebenarnya juga khawatir, bahkan sekarang saja aku masih ragu." Sela Edi memahami keraguan sahabatnya itu.

Edi berjalan ke tepi atap gedung sekolah (Rooftop), semilir segera menerpa rambut Dark Warm miliknya. Iris mata hitamnya menatap lekat kotak besi di tangannya.

"Tidak ada yang tahu apa isi dari kotak hitam ini, kecuali kita. Terlebih, hanya kita yang bisa membukanya. Kalau bukan kita, menurutmu siapa lagi Dwi?" Imbuhnya.

Kepalanya menengadah menatap langit sembari merasakan semilir angin yang berhembus. Dwi berjalan menghampiri Edi, dia ikut menengadahkan kepalanya, merasakan hembusan udara menerpa rambut Dark Brown miliknya.

"Apa kamu masih ingat, Dwi?" Tanya Edi, Dwi melirik sahabat di sampingnya.

Matanya masih terpejam, "Pesan dari pria misterius saat itu?" Dwi balik bertanya.

Edi melirik Dwi sejenak, kemudian mengangguk. Lalu kembali menutup mata merasakan hembusan angin siang itu.

Kotak di tangan keduanya itu berisi sesuatu dengan nama -Code-, dikatakan juga memiliki sifat dan kesadaran sendiri. Karena itu, dibutuhkan orang yang tepat untuk menggunakannya. Mereka adalah orang yang terpilih dan ditakdirkan untuk menjadi pemilik-nya. Belum lagi, hanya mereka berdua yang mengetahuinya di zaman ini, Edi dan Dwi.

Jalan takdir telah membimbing mereka, mengalir mengikuti arusnya hingga sampai di titik ini.

Bagaimanapun juga, takdir tidak akan pernah berubah. Apapun resikonya, seperti apa dampaknya nanti. Selama berada di tangan yang tepat, hal buruk bisa dihindari. Bukankah begitu? Lagipula, hanya kamu sendiri yang bisa mengubah takdirmu!

Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن